Gelombang kekerasan kembali mengguncang Kolombia. Empat polisi tewas dalam dua serangan terpisah yang diduga dilakukan kelompok gerilyawan sayap kiri (ELN) di wilayah barat daya negara itu, kawasan yang selama ini menjadi medan perebutan kendali perdagangan kokain.
Dilansir APF, Rabu (17/12/2025), serangan pertama terjadi di Kota Cali pada Selasa waktu setempat. Dua polisi tewas setelah bom meledak saat mereka tengah berpatroli menggunakan sepeda motor. Otoritas Kolombia menyebut serangan tersebut dilakukan oleh Tentara Pembebasan Nasional (ELN), kelompok gerilyawan terbesar yang masih aktif di Amerika Latin.
Tak lama berselang, dua polisi lainnya tewas di sebuah desa di Departemen Cauca, wilayah yang berbatasan langsung dengan Cali. Kantor polisi setempat diserang selama berjam-jam menggunakan bahan peledak, granat, serta tembakan senapan. Gubernur Cauca, Octavio Guzman, mengatakan serangan itu menyebabkan kerusakan parah di kawasan permukiman.
Video yang dibagikan di media sosial menunjukkan beberapa bangunan di jalan utama desa tersebut hancur lebur.
Menteri Pertahanan Kolombia, Pedro Sanchez, menyebut serangan di Cauca dilakukan oleh kelompok pembangkang dari gerilyawan Marxis FARC yang menolak perjanjian damai dengan pemerintah pada 2016. Kelompok-kelompok bersenjata ini diketahui bersaing ketat memperebutkan wilayah strategis, terutama perkebunan koka dan jalur perdagangan narkoba.
Dengan insiden terbaru ini, jumlah anggota polisi dan militer Kolombia yang tewas akibat aksi kelompok bersenjata sepanjang tahun ini mendekati 150 orang.
Ketegangan juga meningkat setelah ELN memberlakukan jam malam selama tiga hari di wilayah-wilayah yang mereka kuasai sejak Minggu lalu. Langkah itu disebut sebagai respons atas "ancaman intervensi" dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang awal bulan ini menyatakan negara produsen kokain yang memasok narkoba ke AS "dapat diserang."
Kolombia sendiri merupakan pengekspor narkoba terbesar di dunia, sementara Amerika Serikat menjadi pasar konsumsi terbesarnya. Washington pada Selasa mengumumkan rencana untuk menetapkan Clan del Golfo-geng perdagangan narkoba terbesar di Kolombia-sebagai organisasi teroris, meski kelompok itu tengah terlibat dialog dengan pemerintahan Presiden Gustavo Petro.
Pada hari Minggu, Presiden Gustavo Petro memerintahkan pasukan keamanan Kolombia untuk menyerang kelompok tersebut, yang bersaing dengan para pembangkang FARC untuk memperebutkan wilayah dan kendali atas perkebunan koka yang menguntungkan serta jalur perdagangan narkoba.
Hubungan yang secara historis kuat antara Bogota dan Washington telah memburuk di bawah Petro-pemimpin sayap kiri pertama Kolombia-sejak Trump kembali menjabat pada Januari.
Sebagai kritikus keras pemerintahan Trump, Petro telah dikenai sanksi, dituduh melakukan perdagangan narkoba, dan negaranya telah dihapus dari daftar sekutu AS dalam perang melawan perdagangan narkoba.
(eva/yld)


