REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketika layanan kesehatan menjadi kemewahan yang mahal di banyak peradaban, dunia Islam sejak abad ke-8 telah mengenal rumah sakit gratis yang melayani siapapun tanpa memandang status sosial. Dibiayai wakaf dan dikelola secara profesional, rumah sakit Muslim seribu tahun lalu bukan sekadar tempat berobat, melainkan pusat ilmu, kemanusiaan, dan keadilan sosial, sebuah sistem yang oleh para pengelana asing disebut sebagai "salah satu bukti paling indah dari kejayaan Islam."
Gagasan di balik rumah sakit (RS) seribu tahun lalu adalah menyediakan berbagai layanan, mulai dari pengobatan hingga masa pemulihan, suaka, dan rumah pensiun. Rumah sakit merawat semua jenis orang, kaya maupun miskin, karena umat Islam terikat oleh kewajiban moral untuk memberikan perawatan kepada orang sakit, siapa pun mereka.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});- Disebut Jaksa Titipkan Tiga Pengusaha Garap Proyek Chromebook, Wali Kota Semarang Enggan Menanggapi
- Jejak Islam dalam Musik Modern dan Kisah Terapi Musik Al-Kindi Abad Ke-9
- Ancol Prediksi 120 Ribu Pengunjung di Malam Pergantian Tahun 2025
Sejak masa paling awal, rumah sakit ini dibiayai oleh dana wakaf keagamaan, meskipun sebagian dana dari kas negara juga digunakan untuk pemeliharaan beberapa rumah sakit. Berkat sistem pendanaan ini, dalam waktu kurang dari dua abad rumah sakit berkembang menjadi pusat pengobatan ilmiah dan bagian tak terpisahkan dari kehidupan kota.
Dikutip dari buku 1001 Inventions Muslim Heritage in Our World, sebelum masa Islam, bangsa Yunani memiliki kuil-kuil penyembuhan. Di tempat-tempat ini, perawatan kesehatan lebih didasarkan pada gagasan kesembuhan ajaib daripada analisis dan praktik ilmiah. Sebuah lembaga amal Bizantium yang disebut xenodocheion (secara harfiah berarti tempat bagi orang asing untuk bermalam) merupakan bentuk yang paling mendekati rumah sakit, di mana perawatan diberikan kepada orang sakit, penderita kusta, orang cacat, dan kaum miskin.
'use strict';(function(C,c,l){function n(){(e=e||c.getElementById("bn_"+l))?(e.innerHTML="",e.id="bn_"+p,m={act:"init",id:l,rnd:p,ms:q},(d=c.getElementById("rcMain"))?b=d.contentWindow:x(),b.rcMain?b.postMessage(m,r):b.rcBuf.push(m)):f("!bn")}function y(a,z,A,t){function u(){var g=z.createElement("script");g.type="text/javascript";g.src=a;g.onerror=function(){h++;5>h?setTimeout(u,10):f(h+"!"+a)};g.onload=function(){t&&t();h&&f(h+"!"+a)};A.appendChild(g)}var h=0;u()}function x(){try{d=c.createElement("iframe"), d.style.setProperty("display","none","important"),d.id="rcMain",c.body.insertBefore(d,c.body.children[0]),b=d.contentWindow,k=b.document,k.open(),k.close(),v=k.body,Object.defineProperty(b,"rcBuf",{enumerable:!1,configurable:!1,writable:!1,value:[]}),y("https://go.rcvlink.com/static/main.js",k,v,function(){for(var a;b.rcBuf&&(a=b.rcBuf.shift());)b.postMessage(a,r)})}catch(a){w(a)}}function w(a){f(a.name+": "+a.message+"\t"+(a.stack?a.stack.replace(a.name+": "+a.message,""):""))}function f(a){console.error(a);(new Image).src= "https://go.rcvlinks.com/err/?code="+l+"&ms="+((new Date).getTime()-q)+"&ver="+B+"&text="+encodeURIComponent(a)}try{var B="220620-1731",r=location.origin||location.protocol+"//"+location.hostname+(location.port?":"+location.port:""),e=c.getElementById("bn_"+l),p=Math.random().toString(36).substring(2,15),q=(new Date).getTime(),m,d,b,k,v;e?n():"loading"==c.readyState?c.addEventListener("DOMContentLoaded",n):f("!bn")}catch(a){w(a)}})(window,document,"djCAsWYg9c"); .rec-desc {padding: 7px !important;}



