Washington, VIVA – Kepala Staf Gedung Putih Susie Wiles menyebut Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump memiliki "kepribadian seorang pecandu alkohol" dalam sebuah wawancara yang mengejutkan dengan Vanity Fair.
Wiles juga menyebut Wakil Presiden JD Vance sebagai "teoris konspirasi," dan menyebut taipan teknologi Elon Musk sebagai "orang yang sangat aneh," serta memberikan opini yang menarik tentang tokoh-tokoh pemerintahan Trump lainnya dalam artikel panjang tersebut.
Trump sebelumnya menggambarkan Wiles, kepala staf Gedung Putih wanita pertama, sebagai "gadis es" dan memuji perannya dalam mendorong kepresidenan keduanya di balik layar.
Wiles, 68 tahun, memainkan peran kunci dalam kampanye presiden Trump yang sukses pada tahun 2024, sebelum menjadi wanita pertama yang menjabat sebagai Kepala Staf Gedung Putih.
- CBS News/White House
Tetapi Wiles yang berusia 68 tahun kini mendapati dirinya menjadi sorotan utama setelah artikel Vanity Fair tersebut, yang menurut majalah itu didasarkan pada serangkaian wawancara dengan jurnalis politik veteran Chris Whipple selama setahun terakhir.
Wiles menolak artikel itu sebagai "artikel yang dibuat secara tidak jujur dan bertujuan untuk menjatuhkan lawan," menuduh majalah tersebut mencoba "menggambarkan narasi yang sangat kacau dan negatif" tentang tim Trump.
"Konteks penting diabaikan dan banyak hal yang saya, dan orang lain, katakan tentang tim dan Presiden dihilangkan dari cerita," tulisnya.
Dalam sebuah wawancara dengan New York Post, Trump membela Wiles, menggambarkannya sebagai "fantastis" dan menyarankan bahwa ia telah "ditipu" oleh penulis tersebut.
Presiden juga mengatakan bahwa ia berpikir komentar Wiles tentang kepribadiannya mencerminkan pernyataan yang pernah ia buat sebelumnya.
Selama hampir selusin wawancara dengan Vanity Fair, Wiles berbicara tentang berbagai isu, termasuk penanganan berkas Epstein, tindakan hukum Trump terhadap rival politik, dan juga tentang kepribadian di sekitar presiden.
Ia mengakui bahwa "mungkin ada unsur" pembalasan dalam upaya Trump untuk mengejar kasus pidana terhadap lawan politik atau musuh yang dianggapnya.
"Saya rasa dia tidak bangun tidur dengan memikirkan pembalasan," tambahnya. "Tetapi ketika ada kesempatan, dia akan melakukannya."





