Providence: Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI) pada Selasa, 16 Desember 2025 memperluas pencarian pelaku penembakan massal di Brown University yang menewaskan dua mahasiswa, seiring perburuan tersangka memasuki hari keempat.
Foto-foto yang diunggah FBI di media sosial memperlihatkan para ahli laboratorium forensik dan tim respons bukti menyisir area sekitar kampus Brown di Providence, Rhode Island, yang tertutup salju. Penembakan terjadi pada Sabtu, ketika seorang pria bersenjata senapan memasuki sebuah gedung kampus tempat ujian tengah berlangsung, lalu melepaskan tembakan sebelum melarikan diri.
Dalam pengarahan pada Selasa, pejabat kota Providence memutar linimasa video terbaru yang memperlihatkan sosok yang disebut sebagai “person of interest” berjalan melewati kawasan permukiman di kota tersebut.
“Kami memiliki rekaman video yang ditingkatkan kualitasnya, sehingga kami meminta masyarakat untuk memperhatikan gerak tubuh dan postur badan yang mungkin dapat membantu mengidentifikasi individu ini,” kata Kepala Kepolisian Providence Kolonel Oscar Perez, seperti dikutip Channel News Asia, Rabu, 17 Desember 2025.
Perez kembali mengimbau warga yang memiliki kamera pengawas di rumah atau kendaraan agar menyerahkan rekaman kepada polisi. Ia menambahkan bahwa penyelidik telah menerima sekitar 200 laporan atau petunjuk yang dinilai dapat ditindaklanjuti.
Pihak berwenang sebelumnya sempat menahan seorang pria terkait penembakan tersebut, namun kemudian membebaskannya setelah memastikan ia tidak terkait dengan kasus itu. Teori Konspirasi FBI, yang menawarkan hadiah sebesar US$50.000 bagi informasi yang mengarah pada penangkapan tersangka, menyatakan pelaku harus dianggap “bersenjata dan berbahaya.” Ia digambarkan memiliki tinggi sekitar 173 sentimeter dengan postur tubuh kekar.
Pada Selasa, Brown University meminta mahasiswa yang mungkin berada di sekitar lokasi kejadian pada Sabtu untuk mengatur wawancara dengan kepolisian.
Universitas tersebut juga mengeluarkan pernyataan terpisah yang mengecam “tuduhan, spekulasi, dan teori konspirasi” di media sosial yang diarahkan kepada salah satu mahasiswanya.
“Jika nama individu ini memiliki relevansi apa pun dengan penyelidikan yang sedang berlangsung, pihak berwenang tentu akan secara aktif mencarinya dan menyampaikan informasi tersebut kepada publik,” demikian pernyataan pihak kampus.
Dua mahasiswa yang tewas dalam serangan tersebut adalah Ella Cook, wakil ketua organisasi Partai Republik di Brown, serta Mukhammad Aziz Umurzokov, mahasiswa asal Uzbekistan yang bercita-cita menjadi ahli bedah saraf.
“Ella, yang berasal dari Mountain Brook, Alabama, adalah anggota komunitas kami yang penuh semangat dan memiliki rasa ingin tahu intelektual yang tinggi, khususnya dalam studi Prancis dan Frankofon,” kata Presiden Brown Christina H. Paxson. Rentetan Penembakan Massal Sementara itu, Paxson menggambarkan Mukhammad sebagai sosok yang dikenal tekun, penuh tanggung jawab, dan disiplin, terutama dalam mengejar ambisinya untuk memberikan dampak positif bagi dunia melalui profesi bedah saraf.
Insiden ini menjadi bagian dari rangkaian penembakan massal di Amerika Serikat, di tengah kebuntuan politik terkait upaya pembatasan akses senjata api. Menurut Gun Violence Archive, yang mendefinisikan penembakan massal sebagai insiden dengan empat orang atau lebih tertembak, lebih dari 300 kasus telah terjadi di AS sepanjang tahun ini.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump, dalam sebuah acara Natal di Gedung Putih pada Minggu, menyinggung singkat peristiwa tersebut dengan mengatakan bahwa “hal-hal seperti ini bisa terjadi” dan menyampaikan harapan agar para korban luka “segera pulih.”
Brown University, yang memiliki sekitar 11.000 mahasiswa, mengeluarkan peringatan darurat pada Sabtu setelah laporan penembakan di dekat departemen teknik dan fisika, di mana dua ujian dijadwalkan berlangsung saat kejadian.
Baca juga: AS Akan Bebaskan Pria yang Ditahan Terkait Penembakan Brown University

