Phnom Penh, VIVA – Ketua Senat Kamboja Hun Sen, Selasa, membantah laporan sejumlah media Thailand yang menuding keterlibatan tentara Rusia dan warga negara asing lainnya dalam pertempuran di wilayah Kamboja.
Hun Sen menegaskan, klaim tersebut tidak benar dan mencederai martabat Kamboja serta negara dan individu yang disebutkan.
Dalam pernyataan yang diunggah melalui media sosialnya, Hun Sen memastikan tidak ada warga negara Rusia maupun pejuang asing lain yang terlibat dalam operasi tempur atau bertugas sebagai penasihat militer bagi angkatan bersenjata Kamboja.
"Untuk menjunjung tinggi martabat Kamboja, serta Rusia dan warga negara asing lainnya yang telah dituduh, saya ingin mengklarifikasi bahwa Kamboja tidak memiliki warga negara Rusia atau warga negara asing lainnya yang berpartisipasi dalam pertempuran di medan perang atau bertindak sebagai penasihat militer untuk tentara Kamboja," kata Hun Sen dilansir khmertimeskh, Rabu, 17 Desember 2025.
- Dok Hun Sen
Ia menegaskan, Kamboja tidak pernah menampung pasukan militer asing sejak berakhirnya misi Otoritas Transisi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Kamboja (UNTAC) pada 1993. "Kami tidak memiliki pasukan militer asing yang hadir di wilayah Kamboja sejak UNTAC meninggalkan Kamboja pada tahun 1993," ujarnya
Hun Sen mengakui bahwa Kamboja pernah menjadi tuan rumah latihan militer gabungan maupun bilateral, termasuk kunjungan kapal angkatan laut asing ke pelabuhan di Provinsi Preah Sihanouk. Namun, menurutnya, kegiatan tersebut merupakan praktik lazim dalam kerja sama pertahanan antarnegara.
Ia juga menyinggung keberadaan warga negara asing di Kamboja yang terdiri atas turis, investor, teknisi, serta karyawan perusahaan asing dan lokal. Hun Sen menegaskan, keberadaan mereka tidak berkaitan dengan aktivitas militer maupun pertempuran.
"Kami mengakui bahwa banyak warga negara asing dari berbagai negara saat ini tinggal di Kamboja sebagai turis, investor, teknisi, atau karyawan perusahaan asing atau lokal. Tetapi mereka tidak terlibat dalam sektor militer atau dalam pertempuran apa pun," ujarnya.
Pernyataan Hun Sen disampaikan di tengah meningkatnya ketegangan dan bentrokan bersenjata di sepanjang perbatasan Kamboja–Thailand, yang turut memicu beredarnya klaim tidak terverifikasi dan informasi keliru di media sosial serta sejumlah laporan media asing.
Meski tidak menyebut media tertentu, Hun Sen menekankan pentingnya menghormati fakta dan menegaskan komitmen Kamboja untuk menjaga kedaulatan nasional tanpa keterlibatan pasukan asing.
Reaksi Kedubes RusiaSementara, Kedutaan Besar Rusia di Thailand juga membantah laporan tentang "tentara bayaran" Rusia yang bergabung dalam konflik perbatasan Thailand-Kamboja.
Kedutaan Besar Rusia di Thailand telah mengeluarkan pernyataan yang menolak laporan bahwa warga negara Rusia telah terlibat dalam konflik perbatasan Thailand-Kamboja sebagai "tentara bayaran", dengan mengatakan bahwa klaim tersebut tidak berdasar.
Dalam pesan yang dirilis pada hari Senin, 15 Desember, kedutaan mengatakan bahwa mereka mengetahui bahwa beberapa media Thailand telah melaporkan kemungkinan bahwa warga negara Rusia disewa oleh Kamboja untuk bergabung dalam konflik di sepanjang perbatasan Thailand-Kamboja.
Kedutaan mengatakan bahwa laporan tersebut tidak memiliki dasar faktual dan tampaknya telah dibuat-buat oleh sumber-sumber di luar wilayah tersebut, dengan tujuan untuk merusak hak-hak warga negara Rusia yang tinggal di Thailand sebagai turis atau pebisnis.
Ditambahkan bahwa klaim tersebut dapat merusak persahabatan yang telah lama terjalin antara Rusia dan Thailand.
Kedutaan juga mengatakan bahwa Kementerian Luar Negeri Rusia memiliki posisi yang jelas mengenai sengketa perbatasan Thailand-Kamboja. Disebutkan bahwa juru bicara kementerian telah membahas masalah ini dalam sebuah pengarahan pada tanggal 11 Desember.
Juru bicara tersebut menegaskan kembali: "Rusia memiliki hubungan yang ramah dan kooperatif dengan Thailand dan Kamboja. Kami menegaskan kembali bahwa kami mendukung penyelesaian sengketa ini hanya melalui cara damai,"





