Begini Hitungan Bank Indonesia Terkait Dampak Ekonomi Akibat Bencana Sumatera

kumparan.com
11 jam lalu
Cover Berita

Bank Indonesia (BI) masih menghitung dampak ekonomi akibat bencana di Pulau Sumatera. BI menilai dampak bencana tidak bisa dilihat secara sederhana. Ada berbagai faktor yang diperhitungkan, mulai dari hilangnya nilai aset, terganggunya produktivitas dan aktivitas ekonomi, hingga dampak positif dari proses rekonstruksi pascabencana.

Sebagai asesmen awal, BI menghitung potensi hilangnya aktivitas ekonomi selama sekitar 32 hari. Dari perhitungan sementara tersebut, dampaknya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tahunan diperkirakan masih terbatas, yakni sekitar minus 0,017 persen. Namun, angka ini belum final karena BI masih menunggu data yang lebih lengkap, termasuk hasil survei dari Badan Pusat Statistik (BPS).

“Dampaknya itu kepada perekonomian memang agak negatif tetapi karena tadi masih perhitungan sementara dalam PDB setahun ini perkiraannya baru minus 0,017 persen,” ungkap Deputi Gubernur BI Aida S Budiman saat konferensi pers di Gedung BI, Rabu (17/12).

Dari sisi inflasi, BI mencatat tekanan harga masih dalam kendali. Meski ada potensi kenaikan di wilayah terdampak bencana, hasil pemantauan harga mingguan BI menunjukkan sebagian komoditas pangan yang sebelumnya menyumbang lonjakan volatile food mulai mengalami perbaikan.

Aida menjelaskan komoditas seperti beras, telur ayam, dan bawang yang sebelumnya mendorong inflasi pangan sudah menunjukkan tren membaik. Komoditas yang masih relatif tinggi antara lain daging ayam ras dan cabai rawit. Secara keseluruhan, inflasi diproyeksikan tetap berada sedikit di atas titik tengah target 2,5 persen dan masih dalam rentang sasaran.

Penguatan pengendalian inflasi akan terus dilakukan melalui koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP), khususnya di wilayah yang terdampak bencana.

Aida menegaskan secara umum prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia pada akhir 2025 masih menunjukkan perbaikan. Pada kuartal IV 2025, pertumbuhan diperkirakan lebih tinggi dibanding kuartal III yang tercatat 5,03 persen. Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi 2025 diproyeksikan berada pada kisaran 4,7-5,5 persen dan berlanjut meningkat pada 2026 di rentang 4,9-5,7 persen.

Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia yang menunjukkan perbaikan itu perlu terus diperkuat. Konsumsi rumah tangga pada triwulan IV 2025 membaik, didukung belanja sosial pemerintah serta meningkatnya keyakinan rumah tangga terhadap pendapatan dan lapangan kerja.

Investasi nonbangunan juga membaik seiring meningkatnya keyakinan pelaku usaha, tercermin dari ekspansi Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur. Namun, BI mengingatkan kinerja ekspor berpotensi melambat, sehingga penguatan permintaan domestik menjadi kunci menjaga momentum pertumbuhan.

Dengan bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran yang terus diperkuat serta sinergi dengan stimulus fiskal pemerintah, BI optimistis stabilitas tetap terjaga dan pertumbuhan ekonomi nasional tetap berada di jalur yang solid, meski menghadapi tantangan dari bencana alam di sejumlah wilayah.

“Bank Indonesia terus memperkuat bauran kebijakan melalui penguatan bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran yang bersinergi erat dengan kebijakan stimulus fiskal dan sektor riil Pemerintah untuk mendorong pertumbuhan yang lebih tinggi dan berdaya tahan,” kata Perry.

BI Pastikan Distribusi Uang Tunai Aman di Wilayah Bencana Sumatera

Deputi Gubernur BI Ricky Perdana Gozali memastikan kebutuhan uang tunai masyarakat, termasuk di wilayah bencana Sumatera tetap terpenuhi. Distribusi uang rupiah dilakukan melalui 46 kantor perwakilan BI di seluruh Indonesia, dengan koordinasi khusus di wilayah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

BI juga menambah pengiriman uang tunai ke daerah terdampak melalui berbagai moda transportasi alternatif, bekerja sama dengan pemerintah daerah, TNI, dan kepolisian. Langkah ini sekaligus mengantisipasi peningkatan kebutuhan uang tunai menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru).

“Kami sudah melakukan penambahan pengiriman uang rupiah tambahan ke wilayah bencana melalui berbagai moda transportasi alternatif yang kita sudah lakukan. Dalam hal ini kami berterima kasih banyak kepada pemerintah daerah, TNI, dan kepolisian dalam rangka kita memenuhi kebutuhan uang tunai di daerah-daerah tersebut,” kata Ricky.

Untuk periode Nataru, BI kembali menggelar program Semarak Rupiah Natal dan Tahun Baru (Seruni) pada 8-23 Desember 2025. Program ini memungkinkan masyarakat menukarkan uang melalui seluruh kantor perwakilan BI di Indonesia, dengan kapasitas penukaran yang ditingkatkan hingga 36 persen seiring proyeksi naiknya permintaan.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Rupiah Menguat Usai Rilis Data Utang Luar Negeri RI Turun di Oktober 2025
• 18 jam laluviva.co.id
thumb
Antar Chelsea ke Semifinal Carabao Cup dengan Cetak 2 Gol, Garnacho tak Masalah Cadangan
• 16 jam laluharianfajar
thumb
Banyak Terjebak Praktik Ilegal, KemenPPPA: Korban Kekerasan Seksual Sulit Akses Aborsi Aman
• 8 jam lalusuara.com
thumb
PPATK Temukan Transaksi Mencurigakan Bidang SDA di Sumatera
• 23 jam laluokezone.com
thumb
Jaga Layanan Digital NATARU 2025/2026, TelkomGroup Kerahkan 13.700 Personel Siaga 24/7
• 12 jam laluwartaekonomi.co.id
Berhasil disimpan.