Pak Yuri dan Filosofi ‘Pohon Uang’: 13 Tahun Jadi Ojek Perahu di Pangandaran

kumparan.com
3 jam lalu
Cover Berita

Pak Yuri seorang pengemudi ojek perahu, pernah berkata, "Pangandaran itu seperti pohon uang." Suaranya meninggi, berusaha melawan deru angin dan deburan ombak Pantai Barat Pangandaran.

“Asalkan kita ada kemauan, asalkan kita mau bergerak, pasti ada saja rezekinya.”

Filosofi sederhana inilah yang dipegang teguh oleh Pak Yuri. Pria berusia 32 tahun yang wajahnya telah ditempa matahari pesisir ini percaya bahwa laut adalah ladang rezeki yang tak pernah kering.

Perahu Biru, Sang Teman Setia Pak Yuri

Perahu yang dikemudikan Pak Yuri sekilas tak terlihat istimewa. Warnanya biru terang, menyatu dengan langit dan hamparan laut, senada dengan puluhan ojek perahu lain yang tertata rapi di bibir Pantai Barat Pangandaran.

Namun bagi Pak Yuri, perahu fiber lebih dari sekadar benda mati. Itu adalah teman seperjalanan paling setia yang membawanya mengelilingi “pohon uang”-nya.

Sempat merantau ke Bandung, Pak Yuri akhirnya kembali ke kampung halaman. “Memang sudah jiwanya di sini,” gumamnya pelan. Sejak tahun 2008, ia meneruskan jejak orang tuanya menjadi penyedia jasa ojek perahu dan menjadikan laut sebagai rumah keduanya.

Mencari Ketenangan di Tengah Laut

Selain rutinitas mengantar wisatawan, Pak Yuri memiliki “dunia lain” di atas perahunya. Saat pesisir sedang sepi atau menunggu giliran penumpang, ia tak menghabiskan waktu dengan duduk diam di pasir pantai.

Ia bertransisi dari pengangkut wisatawan menjadi pemancing ulung. Dengan terampil, ia mematikan mesin, membiarkan perahu mengapung mengikuti irama laut, lalu melempar kail andalannya.

Momen ini adalah kemewahan bagi Pak Yuri. Di tengah keheningan yang hanya dipecahkan oleh gemericik ombak, ia menemukan ketenangan. Lautan memberinya paket lengkap: pekerjaan, hiburan, dan penghidupan.

Tantangan Keselamatan dan Karakter Penumpang

Menjadi nahkoda “pohon uang” bukan tanpa risiko. Kapal Pak Yuri memiliki kapasitas maksimum sepuluh orang. Ia sadar betul, pekerjaannya bukan sekadar menyalakan mesin, tapi memastikan nyawa penumpang selamat sampai ke tepi.

“Minimal punya kemampuan dasar berenang, meskipun hanya sebatas bisa,” tegasnya.

Pelampung oranye selalu tersedia di kapalnya. Sebelum berlayar, ia selalu membaca tanda alam. Jika angin kencang dan gelombang menjadi agresif, Pak Yuri memilih untuk tidak melaut demi keselamatan.

Namun, tantangan terbesar justru sering datang dari faktor manusia. Pak Yuri kerap menghadapi penumpang yang mengabaikan instruksi keselamatan.

“Saya sudah jelas memberikan instruksi, tapi ya namanya orang, kadang ada yang mengerti cepat, ada yang lambat,” ujarnya cemas. Baginya, beban mental membawa nyawa orang lain jauh lebih berat ketimbang mengangkat jangkar besi.

Harapan Sederhana sang Nakhoda

Sudah 13 tahun Pak Yuri menggeluti profesi ini. Ia merasakan betul beratnya perubahan zaman, terutama saat harga BBM naik drastis sementara tarif wisata tak banyak berubah.

Meski begitu, kebahagiaannya tetap sederhana: cuaca cerah, ombak tenang, dan pulang membawa rezeki yang cukup tanpa rasa lelah yang berlebih.

Untuk masa depan wisata Pangandaran, harapan Pak Yuri tak muluk-muluk. Ia hanya ingin birokrasi tidak berubah menjadi “ombak besar” yang menghambat rakyat kecil mencari nafkah.

“Jangan membuat aturan yang rumit,” harapnya.

Bagi Pak Yuri, Pangandaran akan selalu menjadi “pohon uang” abadi tempat jiwanya tertambat. Selama ia masih bisa menghidupkan mesin perahu birunya, selama itu pula ia akan terus menjemput rezeki halal di lautan.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Cuaca Buruk, Kendaraan Antre 12 Jam di Pelabuhan Merak | SAPA SIANG
• 6 jam lalukompas.tv
thumb
Stok dan Harga Bahan Pokok di Mempawah Dipastikan Aman Jelang Nataru
• 6 jam lalukumparan.com
thumb
Girlband LEMON Bawa Energi Positif di Single Terbaru
• 15 jam lalumedcom.id
thumb
Sumardji Sebut Penampilan Timnas Indonesia U-22 di SEA Games 2025 Tak Masuk Akal
• 15 jam lalutvonenews.com
thumb
Masuk Jajaran Perusahaan Diduga Penyebab Bencana Sumatera, Toba Pulp Lestari Buka Suara
• 16 jam lalurepublika.co.id
Berhasil disimpan.