Jakarta, VIVA – Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Filianingsih Hendarta memprediksi, pada tahun 2026 transaksi pembayaran digital akan tumbuh positif sebesar 29,7 persen secara year-on-year (yoy).
“Didukung dengan perluasan penggunaan QRIS, inovasi teknologi, penguatan aspek keamanan, dan tentunya juga kepercayaan publik,” kata Filianingsih dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI periode Desember 2025, Rabu, 17 Desember 2025.
Dia menjelaskan, ekonomi digital Indonesia tumbuh kuat sepanjang 2025, tercermin pada pertumbuhan transaksi pembayaran digital. Per November 2025, volume transaksi pembayaran digital tumbuh sebesar 41,12 persen (yoy) dengan total transaksi mencapai 4,66 miliar.
- istimewa
Transaksi pembayaran digital ini meliputi mobile banking, QRIS, dan internet banking. Di antara ketiga jenis transaksi tersebut, mobile banking mencetak jumlah transaksi terbanyak sebesar 2,79 miliar. Disusul oleh QRIS yang mencatatkan 1,68 miliar transaksi.
Sedangkan bila ditinjau dari segi pertumbuhan, volume transaksi aplikasi mobile dan internet banking masing-masing tumbuh sebesar 15,91 persen (yoy) dan 16,11 persen (yoy), sementara transaksi QRIS tumbuh 143,64 persen (yoy).
Filianingsih menyatakan kinerja tersebut mencerminkan makin luasnya adopsi pembayaran digital di kalangan masyarakat dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
“Kinerja ini menunjukkan bahwa digitalisasi sistem pembayaran ini sudah menjadi fondasi utama aktivitas ekonomi, terutama untuk konsumsi, transportasi, dan juga layanan publik,” ujar Filianingsih.
Dari sisi infrastruktur, volume transaksi ritel yang diproses melalui BI-FAST mencapai 439 juta transaksi atau tumbuh 29,77 persen (yoy) dengan nilai transaksi mencapai Rp1.092 triliun pada November 2025.
Sementara itu, volume transaksi nilai besar yang diproses melalui BI-RTGS tercatat sebanyak 0,87 juta transaksi, dengan nilai sebesar Rp20.463 triliun pada November 2025.
Dari sisi pengelolaan uang rupiah, Uang Kartal Yang Diedarkan (UYD) tumbuh 13,09 persen (yoy) menjadi Rp1.250,60 triliun pada November 2025.



