Operasi jantung tidak lagi selalu identik dengan pemulihan panjang. Seorang pasien perempuan berusia 38 tahun asal Purwakarta dapat kembali beraktivitas ringan hanya enam hari setelah menjalani operasi jantung melalui teknik minimally invasive cardiac surgery (MICS) di Heartology Cardiovascular Hospital. Prosedur ini mengombinasikan perbaikan katup mitral, penutupan lubang sekat jantung (atrial septal defect/ASD), serta perbaikan katup trikuspid dalam satu tindakan.
Pasien bernama Ny. Nurfitriyana sebelumnya mengalami keluhan mudah lelah, jantung berdebar cepat, dan sesak napas yang semakin memberat. Ia menjalani pemeriksaan lanjutan oleh tim dokter Heartology dan ditemukan adanya ASD berukuran besar yang telah memengaruhi fungsi dua katup jantung, yakni mitral dan trikuspid. Kondisi tersebut memerlukan tindakan bedah korektif secara menyeluruh.
Pemeriksaan echocardiography lanjutan dilakukan untuk memastikan tingkat keparahan gangguan jantung. “Saat kami melakukan pemeriksaan ekokardiografi, terlihat bahwa kebocoran di sekat jantung ternyata sudah berdampak pada kerja katup mitral dan trikuspid. Ini membutuhkan intervensi menyeluruh, bukan hanya menutup lubang di sekat. Diagnosis yang akurat di tahap ini menjadi kunci keberhasilan keseluruhan tindakan,” ujar dr. Ario Soeryo Kuncoro, Sp.JP(K), FIHA, Echocardiologist Heartology Cardiovascular Hospital.
Berdasarkan hasil tersebut, tim dokter memutuskan melakukan operasi dengan pendekatan MICS, teknik bedah dengan sayatan kecil yang bertujuan meminimalkan trauma jaringan dan mempercepat pemulihan pasien. Tindakan dilakukan oleh dr. Dicky A. Wartono, Sp.BTKV, bersama dr. Akmal A. Sembiring, Sp.BTKV, dan dr. Rynaldo P. Hutagalung, Sp.BTKV.
Menurut dr. Dicky, prosedur ini tergolong high-complexity MICS karena menggabungkan tiga tindakan mayor dalam satu kali operasi minimal invasif. “Prosedur ini termasuk kategori high-complexity MICS. Kami melakukan koreksi pada tiga area vital jantung melalui ruang yang sangat terbatas, dengan hasil yang sangat memuaskan,” katanya.
Pascaoperasi, kondisi pasien menunjukkan perbaikan signifikan. Fungsi jantung kembali stabil dan keluhan sesak berkurang drastis dalam beberapa hari. Enam hari setelah tindakan, pasien dinyatakan pulih dan dapat kembali melakukan aktivitas ringan. Menurut dr. Radityo Prakoso, Sp.JP(K), kasus ini menunjukkan pentingnya integrasi diagnosis presisi, pencitraan lanjutan, dan teknik bedah modern dalam mendukung pemulihan pasien jantung secara lebih cepat.





