Film Avatar: The Way of Water Digugat Karena Dugaan Plagiarisme Alur Cerita

Film Avatar: The Way of Water karya James Cameron kembali menjadi perbincangan setelah terseret gugatan hukum terkait dugaan penjiplakan alur cerita. Perkara ini diajukan oleh seorang penulis sekaligus animator 3D, Eric Ryder, yang mengklaim bahwa plot film tersebut diambil dari proyek karyanya berjudul KRZ 2068. Isu film avatar digugat pun mencuat dan menarik perhatian khalayak luas.

Kasus film avatar digugat menjadi sorotan karena menyangkut identitasnya sebagai salah satu film terlaris sepanjang masa. Gugatan ini tidak hanya berdampak pada reputasi kreator, tetapi juga membuka kembali diskusi tentang orisinalitas dan perlindungan hak cipta dalam industri perfilman global.

Perkara film avatar digugat bermula ketika Eric Ryder mengajukan gugatan terhadap James Cameron dan perusahaan produksinya, Lightstorm Entertainment. Ryder menuding adanya penjiplakan ide dan alur cerita dari proyek KRZ 2068 ke dalam Avatar: The Way of Water yang dirilis pada 2022.

Gugatan tersebut didaftarkan di Pengadilan Tinggi Los Angeles. Ryder menyatakan bahwa proyek KRZ 2068 telah lebih dahulu dikembangkan dan bahkan sempat menjadi bagian dari kerja sama resmi dengan Lightstorm Entertainment.

Dalam gugatan film avatar digugat, Ryder menjelaskan bahwa sebelumnya telah terjalin kerja sama dengan Lightstorm untuk mengembangkan film berdasarkan ide ceritanya. Proyek itu digambarkan sebagai film science fiction bertema lingkungan dengan format 3D.

Ryder menyebutkan bahwa ide cerita yang ia miliki berfokus pada penjajahan dan penjarahan korporasi terhadap lingkungan alam yang subur dan menakjubkan di sebuah bulan yang jauh. Tema ini disebut menjadi inti cerita KRZ 2068.

Isu plagiarisme alur cerita film Avatar semakin menguat setelah Ryder mengungkap bahwa proyek tersebut dihentikan sepihak. Ia mengklaim telah bekerja sama hampir dua tahun sebelum Lightstorm menghentikan proyek dengan alasan tidak ada ketertarikan pasar terhadap film fiksi ilmiah bertema lingkungan.

Tak lama setelah penghentian itu, menurut Ryder, Lightstorm mulai menggarap film Avatar. Ryder menuding bahwa Avatar, khususnya The Way of Water, secara luas dan substansial menggunakan materi yang tercantum dalam perjanjian antara dirinya dan Lightstorm.

Dalam dokumen, gugatan merinci kesamaan alur cerita antara KRZ 2068 dan Avatar: The Way of Water. Cerita Ryder melibatkan seorang protagonis yang dikirim ke sebuah planet yang jauh oleh perusahaan pertambangan yang berbasis di Bumi.

Ryder menilai ekspresi cerita dan elemen kunci narasi memiliki kemiripan yang lumayan substansial. Plagiarisme yang dimaksud juga menyoroti detail penting lain, yakni alur tentang pemanenan zat berbasis hewan yang dapat memperpanjang umur manusia. Menurut Ryder, elemen ini ada dalam KRZ 2068 namun tidak muncul dalam film Avatar yang pertama.

Perjanjian Ryder dengan Lightstorm disebut mengatur bahwa materi proyek tidak boleh digunakan tanpa pemberian bagian pendapatan komersial dan kredit sebagai penulis atau produser. Atas dasar itu, Ryder menuntut ganti rugi kontrak, ganti rugi perbuatan melawan hukum, ganti rugi hukuman, serta keuntungan yang diperoleh para tergugat.

Untuk diketahui, film avatar digugat bukan kali pertama dilakukan Ryder. Pada 2011, ia pernah mengajukan gugatan terkait film Avatar pertama, namun ditolak oleh pengadilan California.

Gugatan terbaru ini ditegaskan tidak berkaitan dengan perkara sebelumnya. Ryder menyatakan bahwa tindakan penjiplakan baru pertama kali terjadi pada Avatar: The Way of Water, sehingga menjadi dasar tuntutan hukum terkini.

Dengan pendapatan Avatar yang mencapai miliaran dolar secara global, nilai tuntutan ganti rugi dalam perkara ini berpotensi sangat besar dan berdampak luas bagi industri hiburan.