EtIndonesia. Dalam program berita kilat tertanggal 16 November 2025, media sebelumnya telah mengungkap bukti kuat yang menunjukkan bahwa Partai Komunis Tiongkok (PKT) diduga memanipulasi operasional Institut Ilmu Kehidupan Kamboja, sebuah lembaga yang selama ini mengatasnamakan penelitian dan pemeliharaan kehidupan manusia.
Namun, baru berselang sekitar satu bulan, berbagai indikasi terbaru justru memunculkan kekhawatiran yang lebih besar. Sejumlah temuan menunjukkan bahwa PKT diduga telah memindahkan pola operasi lembaga tersebut kembali ke dalam wilayah Tiongkok, dengan kemasan baru berupa proyek riset medis tingkat nasional.
Pengumuman Resmi yang Datang Tiba-tiba
Berdasarkan informasi yang dipublikasikan di situs resmi Pemerintah Kota Chongqing PKT pada tanggal 3 Desember 2025, dalam Konferensi Platform Inovasi Kolaboratif Hepatosit dan Kedokteran Regeneratif Tiongkok ke-6, pemerintah mengumumkan pendirian sub-basis bank sumber daya hepatosit nasional pertama di Tiongkok.
Namun, setelah dilakukan penelusuran terhadap data dan arsip publik, para jurnalis menemukan kejanggalan serius. Proyek tersebut sejatinya merupakan bank sumber daya penelitian tingkat nasional, tetapi tidak pernah ada informasi terbuka sebelumnya mengenai:
- proses pengajuan proyek,
- tahapan persetujuan administratif,
- kajian kelayakan awal, maupun
- proses pembangunan fasilitas.
Dengan kata lain, peresmian proyek ini muncul secara mendadak tanpa transparansi publik, sebuah pola yang jarang terjadi untuk proyek medis berskala nasional.
Mengapa Hepatosit Menjadi Sorotan?
Pertanyaan pun muncul: mengapa riset hepatosit begitu menarik perhatian dan memicu kekhawatiran luas?
Dalam dunia medis, sebagian besar sel manusia telah mengalami diferensiasi dan memiliki fungsi spesifik. Namun, di dalam sumsum tulang terdapat sekelompok sel yang belum terdiferensiasi sepenuhnya, berfungsi memproduksi sel darah dan sel imun secara berkelanjutan. Sel inilah yang dalam dunia medis dikenal sebagai hepatosit.
Penelitian menunjukkan bahwa hepatosit memiliki kemampuan:
- memperbarui diri (self-renewal),
- berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel,
- serta memicu regenerasi dan perbaikan jaringan.
Karena kemampuannya tersebut, hepatosit sering dijuluki sebagai “benih kehidupan” atau “teknisi serba bisa” bagi tubuh manusia, bahkan berpotensi membantu pengobatan penyakit kronis dan degeneratif yang sulit disembuhkan.
Lebih jauh lagi, sel dari individu berusia sangat muda memiliki tingkat pembelahan yang lebih tinggi dan penuaan yang jauh lebih rendah, sehingga nilai biologisnya sangat tinggi dalam riset regeneratif.
Kesaksian Mengejutkan dari Kamboja
Seorang blogger yang mengaku pernah menyamar di kawasan penipuan listrik di Kamboja mengungkapkan fakta yang mengejutkan. Menurut pengakuannya, satu nyawa anak kecil dapat diperdagangkan hingga 3 juta yuan dan dijual kepada Institut Ilmu Kehidupan Kamboja.
Jika dilihat dari sudut pandang riset medis, bank hepatosit yang kini dibangun di Chongqing memiliki fungsi yang pada dasarnya sangat mirip dengan operasional institut tersebut di Kamboja.
Kapasitas Penyimpanan yang Mengundang Kecurigaan
Investigasi media New Tang Dynasty pada bulan sebelumnya menemukan bahwa situs resmi Institut Ilmu Kehidupan Kamboja secara terbuka mencantumkan penyimpanan hepatosit bayi baru lahir sebagai bisnis utama.
Sementara itu, meski Pemerintah Kota Chongqing menyampaikan informasi dengan bahasa yang jauh lebih halus, fungsi serupa tetap terungkap. Dalam pengumuman resminya, disebutkan bahwa:
- bank hepatosit di Chongqing telah menyimpan lebih dari 4.000 sampel hepatosit patologis,
- dan memiliki kapasitas penyimpanan hingga 2 juta sampel hepatosit.
Angka tersebut dinilai sangat besar dan melampaui kebutuhan riset medis konvensional, sehingga memicu pertanyaan serius di kalangan publik.
Ekspansi ke Dalian dan Reaksi Publik
Tak hanya berhenti di Chongqing, PKT juga mulai membangun bank hepatosit di Dalian, Provinsi Liaoning. Sejumlah video yang beredar di platform Douyin memperlihatkan upacara peletakan batu pertama Bank Hepatosit Tiongkok Timur Laut yang digelar baru-baru ini.
Reaksi publik pun bermunculan. Kolom komentar di Douyin dipenuhi rasa ketakutan dan kecurigaan. Beberapa komentar yang mencuat antara lain:
- “Melihat ini saja sudah bikin merinding. Anak-anak di Chongqing harus benar-benar dijaga.”
- “Apakah ini dipindahkan dari Kamboja setelah tempat itu dibom?”
Komentar-komentar tersebut mencerminkan kecemasan mendalam masyarakat terhadap potensi penyalahgunaan riset medis.
Sorotan Internasional dan Kecaman dari Jepang
Di tingkat internasional, isu pengambilan organ hidup-hidup oleh PKT kembali memicu kemarahan luas. Bahkan parlemen Jepang kini tak lagi tinggal diam.
Pada tanggal 10 Desember 2025, Gedung Anggota Dewan Tinggi Jepang menggelar pemutaran dokumenter berjudul “Pemutaran Organ Milik Negara”. Sebelum pemutaran, Kitamura Harunori, senator Partai Konservatif Jepang sekaligus pengacara, menyampaikan kecaman keras.
Dengan nada tegas dan emosional, Kitamura menyatakan bahwa praktik pengambilan organ hidup-hidup oleh PKT merupakan kejahatan yang bahkan dunia mafia pun enggan melakukannya.
Desakan Legislasi Anti Wisata Transplantasi
Dalam sidang interpelasi parlemen pada 16 Desember 2025, Kitamura kembali mendesak pemerintah Jepang untuk segera:
- memberlakukan undang-undang pelarangan wisata transplantasi,
- memperketat sanksi dalam Undang-Undang Imigrasi dan Manajemen Kependudukan.
Dia menegaskan bahwa warga Jepang yang tetap pergi ke Tiongkok untuk transplantasi organ dengan sadar akan risiko pengambilan organ paksa harus menghadapi sanksi berat, termasuk:
- pembatasan masuk kembali ke Jepang,
- denda,
- hingga pencabutan kualifikasi medis bagi tenaga kesehatan.
Menurutnya, tanpa disadari, praktik ini dapat mendorong kejahatan kemanusiaan berskala besar.
Usulan Peringatan Terbuka untuk Publik
Sebagai langkah praktis, Kitamura mengusulkan pemasangan peringatan besar dan jelas di:
- bandara,
- rumah sakit,
- serta titik keluar-masuk imigrasi.
Contoh peringatan yang diusulkan antara lain:
“Transplantasi organ di Tiongkok berisiko pengambilan organ paksa. Harap jangan pergi.”
atau:
“Berpartisipasi dalam wisata transplantasi dapat melanggar hukum hak asasi manusia.”
Tujuannya adalah agar masyarakat awam memahami risikonya secara langsung dan tidak terjerumus tanpa sadar.
Tren Global Melawan Wisata Transplantasi
Sebagai perbandingan, Israel, Spanyol, Italia, Norwegia, dan Taiwan telah lebih dahulu memberlakukan undang-undang yang melarang wisata transplantasi, menjadikan isu ini semakin mendapat legitimasi internasional.
Pemirsa sekalian, dengan semakin banyaknya indikasi dan reaksi global, apakah Anda mendukung usulan pengacara Kitamura Harunori untuk menghentikan wisata transplantasi dan memperketat regulasi internasional? Silakan bagikan pandangan Anda.





