EtIndonesia. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump secara mengejutkan mengumumkan langkah keras yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Venezuela. Dalam pernyataan resminya, Trump tidak hanya menetapkan rezim Presiden Venezuela, Nicolás Maduro sebagai organisasi ekstremis asing, tetapi juga memerintahkan pemberlakuan blokade total terhadap seluruh kapal tanker dan kapal niaga yang disanksi yang keluar-masuk perairan Venezuela.
Keputusan ini menandai eskalasi paling drastis dalam kebijakan Amerika Serikat terhadap Venezuela dalam dua dekade terakhir, sekaligus mempertegas perubahan pendekatan Washington dari tekanan diplomatik dan ekonomi menuju langkah koersif berskala militer.
Trump: Venezuela Dikepung Armada Terbesar dalam Sejarah Kawasan
Dalam unggahan di platform media sosial Truth Social pada 16 Desember, Trump menyatakan bahwa Venezuela kini telah “sepenuhnya dikepung” oleh armada laut Amerika Serikat terbesar yang pernah dikerahkan di kawasan Amerika Selatan.
“Armada ini akan terus diperbesar hingga Venezuela mengembalikan seluruh minyak, tanah, dan aset lain yang telah mereka curi dari Amerika Serikat,” tulis Trump.
Trump menegaskan bahwa tekanan ini tidak akan dihentikan sampai seluruh aset yang diklaim milik Amerika Serikat dikembalikan sepenuhnya. Dia juga menuduh rezim Maduro menggunakan pendapatan minyak negara untuk mendanai ekstremisme narkoba, perdagangan manusia, pembunuhan, dan penculikan lintas negara.
Penetapan sebagai Organisasi Ekstremis Asing
Berdasarkan tuduhan tersebut, pemerintah Amerika Serikat secara resmi menetapkan rezim Maduro sebagai organisasi ekstremis asing. Penetapan ini didasarkan pada empat tuduhan utama:
- Pencurian aset Amerika Serikat
- Pendanaan ekstremisme narkoba
- Keterlibatan dalam perdagangan manusia internasional
- Aktivitas kriminal lintas negara
Sebagai konsekuensi langsung, Washington memberlakukan blokade total terhadap Venezuela, termasuk penyitaan minyak dan aset lain hingga seluruh tuntutan dipenuhi.
Harga Minyak Dunia Langsung Bergejolak
Menurut laporan Reuters, pengumuman tersebut segera memicu gejolak di pasar energi global. Pada sesi perdagangan Asia tanggal 16 Desember, harga minyak mentah Amerika Serikat (WTI) sempat melonjak lebih dari 1 persen akibat kekhawatiran gangguan pasokan dari salah satu negara dengan cadangan minyak terbesar di dunia.
Namun demikian, pemerintah AS hingga kini belum mengungkap secara rinci mekanisme teknis pelaksanaan blokade, termasuk apakah operasi ini akan sepenuhnya dijalankan oleh Angkatan Laut AS, Penjaga Pantai, atau gabungan keduanya.
Peningkatan Kehadiran Militer AS di Karibia
Dalam beberapa bulan terakhir, Amerika Serikat secara konsisten meningkatkan kehadiran militernya di kawasan Karibia. Salah satu langkah paling mencolok adalah pengerahan kapal induk USS Gerald R. Ford beserta armada tempurnya ke wilayah tersebut.
Para analis menilai langkah ini bukan sekadar unjuk kekuatan, melainkan persiapan untuk operasi jangka panjang, baik dalam bentuk blokade laut berkelanjutan maupun intersepsi kapal berskala besar.
Penyitaan Kapal Tanker Picu Embargo De Facto
Sekitar satu minggu sebelum pengumuman blokade, militer AS menyita sebuah kapal tanker minyak yang telah berada dalam daftar sanksi selama hampir 20 tahun, di dekat perairan Venezuela. Trump menyatakan bahwa Amerika Serikat berniat menyita minyak di dalam kapal tersebut.
Menurut Departemen Keuangan AS, kapal tanker itu telah masuk daftar sanksi sejak tiga tahun lalu karena diduga terlibat dalam jaringan penyelundupan minyak yang digunakan untuk mendanai militer Iran dan kelompok proksinya.
Reuters melaporkan bahwa setelah penyitaan tersebut, sejumlah kapal tanker bermuatan penuh memilih bertahan di perairan Venezuela dan tidak berani berlayar keluar. Kondisi ini menciptakan situasi embargo de facto, bahkan sebelum blokade resmi diumumkan.
Maduro Tuduh AS Ingin Menggulingkan Pemerintahan Venezuela
Menanggapi langkah Washington, Presiden Nicolás Maduro menuduh bahwa pengerahan militer Amerika Serikat bertujuan menggulingkan pemerintahannya dan menguasai sumber daya minyak serta mineral Venezuela.
Pemerintah Venezuela menyebut kebijakan tersebut sebagai bentuk “agresi imperialisme” dan pelanggaran terhadap kedaulatan nasional.
Operasi Anti-Narkoba AS Tingkatkan Ketegangan Kawasan
Di sisi lain, pihak Amerika Serikat mengungkapkan bahwa dalam beberapa bulan terakhir, militernya telah melancarkan lebih dari 20 operasi militer terhadap kapal-kapal yang diduga terlibat dalam perdagangan narkoba di wilayah Karibia dan Samudra Pasifik.
Operasi-operasi tersebut dilaporkan menewaskan setidaknya 90 orang, sekaligus meningkatkan ketegangan keamanan di kawasan. Washington menyatakan bahwa operasi ini merupakan bagian dari perang global melawan kartel narkoba dan jaringan kriminal transnasional.
Situasi Kawasan Menuju Titik Kritis
Dengan blokade total yang kini resmi diberlakukan, Venezuela dan kawasan Amerika Selatan berada di ambang konfrontasi geopolitik besar. Para pengamat menilai bahwa langkah ini berpotensi memicu dampak luas, mulai dari krisis energi global hingga perubahan keseimbangan kekuatan di belahan barat dunia.
Situasi selanjutnya akan sangat bergantung pada respons Caracas, reaksi negara-negara Amerika Latin, serta sejauh mana Washington bersedia melanjutkan tekanan militernya.



