Tantangan Berat John Herdman Kandidat Kuat Pelatih Timnas: Wajib Bawa Indonesia Tembus Piala Dunia dan Lepas dari Bayang Shin Tae-yong

harianfajar
19 jam lalu
Cover Berita

FAJAR, JAKARTA — Wacana penunjukan John Herdman sebagai pelatih Timnas Indonesia tak sekadar soal pergantian figur di kursi kepelatihan. Ia adalah simbol perubahan arah, ekspektasi baru, sekaligus ujian besar bagi federasi dan sepak bola nasional. Jika benar dipercaya memimpin Garuda, Herdman akan memikul dua beban utama: membawa Indonesia menembus Piala Dunia dan melepaskan tim dari bayang-bayang era Shin Tae-yong.

Nama Herdman menguat seiring kebutuhan Indonesia akan pelatih berpengalaman internasional dengan rekam jejak konkret. Bukan sekadar pelatih dengan reputasi regional, melainkan arsitek yang pernah membawa negara “non-unggulan” menembus panggung dunia. Di titik inilah profil Herdman menjadi relevan.

Lahir di Consett, Inggris, pada 19 Juli 1975, Herdman bukan produk glamor sepak bola Eropa. Ia tak meniti karier panjang sebagai pemain profesional. Namun justru dari jalur akademik dan pengembangan usia muda, ia membangun fondasi kepelatihannya. Pilihan itu membentuk Herdman sebagai pelatih yang kuat dalam aspek struktur, metodologi latihan, dan manajemen jangka panjang.

Perjalanan internasional Herdman dimulai di Selandia Baru. Pada usia relatif muda, ia dipercaya menangani tim nasional putri. Hasilnya signifikan. Dua kali membawa Selandia Baru tampil di Piala Dunia Wanita FIFA 2007 dan 2011 menjadi bukti awal kemampuannya mengelola tim nasional dalam turnamen besar.

Puncak reputasi Herdman datang saat hijrah ke Kanada pada 2011. Di timnas putri Kanada, ia membangun generasi kompetitif yang stabil di level dunia. Dua medali perunggu Olimpiade—London 2012 dan Rio de Janeiro 2016—menjadi pencapaian monumental. Kanada bukan lagi sekadar peserta, melainkan pesaing.

Keberanian Herdman diuji pada 2018 ketika ia mengambil alih timnas putra Kanada. Keputusan itu sempat diragukan. Namun hasil akhirnya justru historis. Kanada lolos ke Piala Dunia 2022 setelah penantian 36 tahun. Herdman pun mencatatkan prestasi langka: membawa tim putra dan putri dari satu negara tampil di Piala Dunia.

Prestasi itu mengukuhkan Herdman sebagai pelatih pembangun sistem. Ia bukan “pemadam kebakaran”, melainkan perancang proyek jangka menengah hingga panjang. Di kawasan CONCACAF, Kanada tampil disiplin, agresif, dan matang secara mental. Mereka bukan tim bertahan semata, tetapi mampu mendikte permainan.

Setelah berpisah dengan Kanada pada 2023, Herdman sempat melatih Toronto FC. Kerja sama itu berakhir pada 2024 dan membuatnya berstatus tanpa klub. Sejak saat itu, namanya dikaitkan dengan sejumlah tim nasional, termasuk Jamaika dan Honduras.

Namun laporan media Honduras, Diez, menyebut Herdman menolak tawaran Jamaika dan memprioritaskan Indonesia. Jika benar, pilihan itu mencerminkan ketertarikan Herdman pada proyek besar, bukan sekadar target jangka pendek.

Tantangan Taktik dan Realitas Indonesia

Secara taktik, Herdman dikenal fleksibel. Ia tidak dogmatis pada satu formasi. Bersama Kanada, sistem tiga bek seperti 3-4-3 atau 3-4-2-1 menjadi kerangka utama. Skema ini memaksimalkan kecepatan, agresivitas sayap, dan transisi cepat.

Namun Herdman juga adaptif. Dalam situasi tertentu, ia menggunakan empat bek—4-4-2 atau 4-2-3-1—demi keseimbangan. Build-up rapi dari belakang, progresi vertikal cepat, serta eksploitasi sisi lapangan menjadi ciri khas.

Pertanyaannya: apakah filosofi ini cocok dengan Timnas Indonesia?

Indonesia memiliki karakter berbeda dengan Kanada. Postur, intensitas duel, dan pengalaman pemain menjadi tantangan tersendiri. Herdman harus mampu memodifikasi pendekatannya agar sesuai dengan kekuatan Indonesia: kecepatan, teknik individu, dan fleksibilitas posisi.

Selain itu, tantangan terbesar Herdman justru non-teknis. Ia akan bekerja di bawah ekspektasi publik yang sangat tinggi. Target Piala Dunia bukan lagi mimpi, melainkan tuntutan.

Lepas dari Bayang Shin Tae-yong

Bayang-bayang Shin Tae-yong menjadi ujian psikologis tersendiri. Pelatih asal Korea Selatan itu meninggalkan fondasi kuat: disiplin, fisik, dan mental bertanding. Ia juga sukses mengangkat level Timnas Indonesia di Asia.

Herdman tidak hanya dituntut melanjutkan fondasi itu, tetapi juga memberi identitas baru. Jika gagal, perbandingan dengan Shin Tae-yong akan terus menghantui. Jika berhasil, ia akan dikenang sebagai pelatih yang membawa Indonesia naik kelas secara struktural.

Jalan Panjang Menuju Dunia

Jika benar ditunjuk, Herdman membutuhkan waktu, dukungan penuh federasi, serta kesabaran publik. Ia bukan pelatih instan, melainkan pembangun sistem. Namun jika proyek itu berjalan konsisten, arah baru menuju Piala Dunia—entah 2030 atau setelahnya—bukan lagi sekadar angan.

John Herdman bukan solusi instan. Tetapi di tengah kebutuhan Indonesia akan lompatan besar, ia mungkin adalah tantangan yang layak diambil.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
SEA Games 2025: Tatap Medali Emas, Aldila Sutjiadi/Janice Tjen Tantang Thailand
• 19 jam lalugenpi.co
thumb
Tok! Ini Daftar Kontraktor Pipa Transmisi Gas Dumai-Sei Mangkei
• 20 jam lalucnbcindonesia.com
thumb
Kanselir Jerman Optimistis Proses Diplomatik Ukraina Segera Capai Titik Damai
• 10 jam lalupantau.com
thumb
Purbaya Optimistis Anggaran MBG Terserap 100% di Akhir 2025
• 4 jam lalucnbcindonesia.com
thumb
Harga Bahan Pokok Naik Jelang Nataru, Satgas Pangan Polda Banten Perketat Pengawasan
• 23 jam lalumerahputih.com
Berhasil disimpan.