Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan pengembang energi surya (solar developer) SUN Energy gencar mencari proyek-proyek yang berbasis di luar negeri seperti Vietnam dan Thailand, seiring dengan makin luasnya adopsi energi terbarukan.
Chief Executive Officer (CEO) SUN Energy, Emmanuel Jefferson Kuesar, mengemukakan bahwa total instalasi proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) mencapai 400 megawatt peak (MWp), dengan 250 MWp berlokasi di Indonesia, 130 MWp di Australia dan masing-masing 20 MWp di Thailand dan Vietnam.
“Kami tentu tidak hanya fokus di Indonesia, tetapi juga banyak pengembangan di Vietnam dan Thailand. Kami terus eksplorasi peluang proyek di kedua negara tersebut, serta ke negara-negara lain yang kami nilai sama agresifnya dengan Indonesia [dalam transisi energi], mau go green dan punya target net zero,” kata Jefferson dalam diskusi bertajuk Inisiatif Dekarbonisasi Wujudkan Industri Hijau di Jakarta, Kamis (18/12/2025).
Jefferson turut menyoroti adanya peningkatan pesat dalam kesadaran pasar di Indonesia untuk adopsi energi terbarukan. Saat ini, perusahaannya telah memiliki lebih dari 300 pelanggan, dan klien makin proaktif mencari solusi energi hijau.
Menurutnya, tren kesadaran ini didorong oleh tiga faktor utama. Pertama, regulasi di berbagai negara, terutama Eropa, telah mendorong perusahaan multinasional di Indonesia untuk melakukan dekarbonisasi. Pemakaian energi terbarukan dalam aktivitas produksi maupun operasional menjadi salah satu mekanisme yang ditempuh untuk mencapai target tersebut.
Kedua, Jefferson turut mencatat bahwa kehadiran standar keberlanjutan di sejumlah destinasi ekspor membuat para pemasok asal Indonesia gencar memakai sumber energi alternatif, alih-alih yang berbahan fosil.
Baca Juga
- OASA Bareng BUMN China Ikut Tender PSEL Danantara di Bogor dan Denpasar
- PLN Mau Tambah Kapasitas PLTS Terapung Cirata 550 MWac, Calon Terbesar di Dunia
- RDF Rorotan akan Uji Coba Sekali sebelum Operasional Penuh
“Selain itu, pemakaian energi terbarukan ternyata tidak hanya memberi keunggulan dari sisi marketing. Mereka sudah bisa melihat bahwa EBT benar-benar membantu menekan biaya operasional, sehingga meningkatkan daya saing perusahaan,” kata Jefferson.
Di tengah kesadaran sektor bisnis yang meningkat, SUN Energy turut melihat peluang besar dalam pengembangan energi berbasis surya di Indonesia, terlebih dengan bauran yang masih kecil dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan.
Jefferson mencatat bahwa kontribusi energi surya terhadap pemenuhan kebutuhan listrik di Indonesia saat ini masih rendah, yakni sekitar 1%. Angka ini tertinggal jauh dibandingkan negara tetangga seperti Vietnam (23%) dan Thailand atau Malaysia (sekitar 10%).
Untuk 2026, SUN Energy menyatakan komitmen untuk tetap menjadi pengembang nomor satu di Indonesia. Perusahaan berencana mengeksplorasi proyek di luar kuota PLTS Atap PLN, seperti melalui ground-mounted solar, floating solar, dan Battery Storage System (BSS), sembari menantikan regulasi mengenai ground-mounted solar yang saat ini sedang direncanakan.


:strip_icc()/kly-media-production/medias/2913252/original/006053400_1568693352-WhatsApp_Image_2019-09-17_at_10.57.35_AM.jpeg)

