TABLOIDBINTANG.COM - Film aksi drama, Timur yang dibintangi Iko Uwais mulai tayang di bioskop hari ini, Kamis (18/12). Meski tayang bersamaan dengan Avatar: Fire and Ash, film karya produksi Uwais Pictures ini tampil percaya diri.
Langkah tersebut membuat Timur menjadi salah satu film nasional yang tak mengubah jadwal rilis meski harus berbagi layar dengan waralaba film terbesar dunia.
Saat banyak film memilih menepi demi mengamankan perolehan penonton, Timur justru maju menghadapi tantangan.
Keputusan berani ini langsung menyita perhatian publik dan pelaku industri perfilman. Persaingan film Indonesia melawan film Hollywood di pekan yang sama terbilang jarang terjadi, terlebih harus berhadapan dengan nama besar seperti Avatar.
Executive Producer Timur, Yentonius Jerriel Ho, menegaskan bahwa sejak awal tim produksi tak pernah berniat menghindari persaingan. Menurutnya, kehadiran Timur di minggu yang sama dengan Avatar merupakan bentuk kepercayaan diri film nasional.
“Kami tahu betul siapa yang kami hadapi. Tapi Timur tidak dibuat untuk bersembunyi. Film Indonesia harus berani berdiri di layar yang sama,” ujar Yentonius kepada wartawan di Jakarta, Kamis (18/12).
Ia menambahkan, persaingan ini bukan semata soal jumlah penonton, melainkan soal sikap dan harga diri industri film Tanah Air. Timur diharapkan menjadi simbol bahwa karya anak bangsa mampu bersaing tanpa merasa inferior.
Film Timur juga menandai debut Iko Uwais sebagai sutradara film panjang. Aktor laga yang telah dikenal di kancah internasional ini tak hanya duduk di kursi sutradara, tetapi juga tampil sebagai pemeran utama.
Dengan koreografi aksi intens, visual sinematik modern, serta narasi heroik bernuansa nasionalisme, Timur menawarkan aksi lokal dengan cita rasa global.
Sementara itu, produser Ryan Santoso mengakui bahwa merilis film di waktu yang sama dengan Avatar merupakan risiko besar. Namun menurutnya, risiko tersebut memang harus diambil demi menjaga eksistensi film Indonesia di negeri sendiri.
“Melawan film sebesar Avatar tentu bukan hal mudah. Tapi keterbatasan bukan alasan untuk mundur. Kami ingin menunjukkan bahwa film Indonesia berani tampil dan bersuara,” tegasnya.
Dengan keberanian tersebut, Timur hadir bukan hanya sebagai tontonan aksi, tetapi juga pernyataan sikap sinema nasional di tengah dominasi film-film Hollywood.

