SPaSI Unhas Siapkan Fragmen-fragmen Mappadendang untuk FTMI XIX

harianfajar
14 jam lalu
Cover Berita

FAJAR, MAKASSAR – Serikat Pencinta Seni Sastra Indonesia (SPaSI) IMSI KMFIB Universitas Hasanuddin tengah menyiapkan pertunjukan teater untuk mengikuti Festival Teater Mahasiswa Indonesia (FTMI) XIX Sinkretis Unisad Sengkang se-Sulawesi Selatan dan Barat 2025. Festival ini dijadwalkan berlangsung pada 17–23 Januari 2026 di Sengkang, Kabupaten Wajo, yang menjadi tuan rumah pelaksanaan.

FTMI tahun ini mengusung tema besar “Kulturalita (Kultur Panggung Realita)”, sebuah simpulan dari kata kultur dan realita. Tema tersebut membuka ruang bagi peserta untuk membaca kembali kebudayaan dalam konteks kehidupan masyarakat masa kini. Menyambut tema itu, SPaSI IMSI KMFIB UH memilih mengangkat budaya Mappadendang, tradisi masyarakat Bugis yang kini mengalami pergeseran nilai.

Pertunjukan dikemas dengan pendekatan teater gerak, menjadikan ekspresi tubuh sebagai bahasa utama di atas panggung. Dialog tetap hadir, namun tidak dominan, sehingga makna lebih banyak disampaikan melalui gerak, suasana, dan simbol. Pementasan dibagi ke dalam lima fragmen, dan hingga kini proses latihan telah memasuki fragmen keempat dengan capaian sekitar 50 persen dari keseluruhan garapan, di luar unsur musik dan tata lampu.

Proses penggarapan berlangsung dalam kurun waktu sekitar satu bulan, dimulai sejak November 2025. Tantangan utama yang dihadapi tim adalah keterbatasan waktu, mengingat sebagian besar aktor masih menjalani aktivitas perkuliahan. Latihan biasanya dilakukan pada malam hari setelah kelas berakhir, bahkan kerap dimulai selepas waktu magrib.

Untuk memperkuat kedalaman materi, tim SPaSI IMSI KMFIB UH melakukan riset lapangan selama tiga hari di Kabupaten Barru. Lokasi ini dipilih karena masyarakatnya masih cukup kental menjalankan tradisi Mappadendang. Riset bertujuan menggali nilai budaya, makna simbolik, serta perubahan yang terjadi dalam praktik Mappadendang di tengah masyarakat saat ini.

Melalui pementasan ini, SPaSI IMSI KMFIB UH berupaya menghadirkan panggung sebagai ruang refleksi—tempat budaya dan realita saling berjumpa—serta mengajak penonton menengok kembali nilai-nilai yang perlahan memudar dalam tradisi.

Sejumlah aktor terlibat dalam pementasan ini, di antaranya Uli, Nanda, Nela, Itto, Ucek, Olive, Andira, dan Dodo. Tim produksi terdiri atas Akri, Ilmi sebagai bendahara, Nanda sebagai sekretaris, serta Muhammad Alif Saputra (Ibo) yang juga bertindak sebagai sutradara.

Sutradara Muhammad Alif Saputra berharap pementasan ini dapat tampil maksimal di Sengkang dan pesan yang ingin disampaikan dapat diterima penonton. Menurutnya, pengangkatan budaya Mappadendang bukan dimaksudkan untuk menghakimi atau memperbaiki tradisi, melainkan memberi informasi sekaligus membuka kesadaran akan pergeseran nilai yang terjadi seiring waktu.

“Harapan kami, penonton dapat melihat Mappadendang bukan sekadar sebagai pertunjukan budaya, tetapi sebagai realitas sosial yang terus bergerak dan berubah,” ujar laki-laki berambut ikal ini. (*/)

Penulis: Salsabila
Magang Fajar, Universitas Hasanuddin


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Napoli Melaju ke Final Piala Super Italia Usai Bekuk AC Milan
• 5 jam lalurepublika.co.id
thumb
BUMI Resmi Caplok 64,98 Persen Saham Perusahaan Tambang Emas Australia
• 2 jam laluidxchannel.com
thumb
Mengapa Banyak Siswa Mudah Mengantuk di Kelas?
• 13 jam lalukumparan.com
thumb
Rico Waas: Korupsi Pengkhianatan terhadap Bangsa dan Rakyat
• 17 jam lalumediaapakabar.com
thumb
Perkara Korupsi Eks Wamenaker Masuk Tahap II, Noel: Petarung Harus Siap!
• 22 jam laluokezone.com
Berhasil disimpan.