Jangan Terhenti di Esteban Vizcarra! PSIS Semarang Wajib Datangkan Pemain Jebolan Super League

harianfajar
15 jam lalu
Cover Berita

FAJAR, SEMARANG — Langkah PSIS Semarang merekrut Esteban Vizcarra dan Alberto Goncalves menandai babak baru ambisi Laskar Mahesa Jenar di Pegadaian Championship Liga 2 2025/2026. Dua nama besar, dua pemain naturalisasi, dan dua figur berpengalaman ini menjadi simbol keseriusan manajemen baru untuk keluar dari krisis. Namun, pertanyaannya kini bergeser: apakah cukup?

PSIS kembali “membajak” pemain Persela Lamongan. Setelah sebelumnya mendatangkan Wawan Febrianto dan Ocvian Chanigio, kini giliran Vizcarra dan Beto Goncalves yang resmi diperkenalkan kepada publik Stadion Jatidiri. Keduanya diumumkan dengan narasi besar—pengalaman, kepemimpinan, dan mental juara.

“Dirinya hadir untuk melanjutkan sebuah perjalanan pendahulu dari Negeri Tango, Argentina. Sugeng rawuh, Estebán Gabriel Vizcarra,” tulis akun resmi @psisofficial.

Sementara Beto diperkenalkan dengan pesan penuh harapan: age just a number. Kalimat yang indah, namun di sepak bola profesional, usia tetaplah variabel krusial.

Nama Besar, Statistik Biasa

Masalahnya, statistik musim ini tak sepenuhnya mendukung romantisme tersebut. Bersama Persela Lamongan, Beto hanya mencatatkan satu gol dan satu assist dari 10 pertandingan. Vizcarra pun tak jauh berbeda—satu gol dan satu assist dari enam laga.

Tentu, angka bukan satu-satunya tolok ukur. Pengalaman, kepemimpinan di ruang ganti, dan ketenangan dalam situasi genting adalah nilai yang tak tercatat di lembar statistik. Namun, PSIS saat ini berada dalam kondisi yang menuntut lebih dari sekadar aura senioritas.

Laskar Mahesa Jenar terpuruk di papan bawah. Targetnya jelas: keluar dari zona merah dan menyalakan kembali peluang promosi ke Super League. Dalam konteks ini, rekrutan bukan hanya harus berpengalaman, tetapi juga siap memberi dampak instan di atas lapangan.

Faktor Nonteknis yang Menguntungkan PSIS

Tak bisa dimungkiri, eksodus pemain Persela Lamongan ke PSIS tak lepas dari faktor struktural. Hengkangnya Fariz Julinar dan Datu Nova Fatmawati dari Persela menuju PSIS sebagai CEO menciptakan efek domino. Persela dikabarkan mengalami kekosongan manajemen dan kendala finansial, membuat sejumlah pemain memilih mencari kepastian karier.

PSIS berada di posisi yang diuntungkan. Stabilitas manajemen baru, visi yang lebih jelas, serta jaminan kompetisi membuat klub ibu kota Jawa Tengah ini menjadi magnet bagi pemain-pemain berpengalaman Liga 2.

Namun, keuntungan struktural ini seharusnya tidak membuat PSIS terjebak dalam pola rekrutmen aman: mengambil pemain senior yang tersedia, tanpa menimbang kecocokan jangka menengah.

Jangan Hanya Nostalgia, PSIS Butuh Kualitas Super League

Jika PSIS benar-benar serius menatap promosi, rekrutmen berikutnya harus naik kelas. Vizcarra dan Beto bisa menjadi pondasi awal, tetapi bukan puncak strategi.

PSIS wajib membidik pemain jebolan Super League—bukan sekadar yang pernah tampil di sana, tetapi yang masih berada dalam usia produktif dan ritme kompetisi tinggi. Liga 2 adalah kompetisi keras, fisikal, dan menuntut konsistensi. Pemain dengan pengalaman Super League biasanya lebih siap menghadapi tekanan tersebut.

Idealnya, PSIS mendatangkan:

Satu bek tengah Super League untuk menstabilkan lini belakang,

Satu gelandang box-to-box dengan stamina dan agresivitas,

Satu penyerang usia 24–29 tahun yang masih lapar gol, bukan sekadar nama besar.

Tanpa tambahan kualitas seperti itu, PSIS berisiko menjadi tim “ramai nama, minim daya dobrak”.

Komposisi Tim Masih Belum Seimbang

Hingga kini, PSIS sudah merekrut tujuh pemain baru:

Tegar Infantrie, Fahmi Al Ayyubi, Gustur Cahyo, Wawan Febrianto, Ocvian Chanigio, Esteban Vizcarra, dan Alberto Goncalves.

Jumlah tersebut cukup banyak, namun distribusi kualitasnya belum sepenuhnya merata. Beberapa pemain datang untuk menutup lubang, bukan meningkatkan level tim secara signifikan.

Vizcarra dan Beto akan sangat membantu dalam fase krusial—menjaga mental tim, memimpin pemain muda, dan menghadapi laga-laga ketat. Namun beban tak boleh sepenuhnya diletakkan di pundak mereka.

Momentum Tidak Boleh Disia-siakan

PSIS sedang berada di momentum penting. Manajemen baru membawa energi baru, kepercayaan publik perlahan kembali, dan bursa transfer paruh musim memberi ruang koreksi.

Jika momentum ini hanya diisi dengan nostalgia dan pragmatisme jangka pendek, PSIS berisiko mengulang siklus lama: bertahan di Liga 2 tanpa arah jelas.

Sebaliknya, jika berani melangkah lebih jauh—mendatangkan pemain jebolan Super League yang masih “hidup”—PSIS bisa menjelma menjadi kekuatan sesungguhnya di putaran kedua.

Vizcarra Bukan Titik Akhir

Esteban Vizcarra adalah simbol. Beto Goncalves adalah pernyataan niat. Tapi keduanya tidak boleh menjadi titik akhir ambisi PSIS Semarang.

Liga 2 tidak menunggu. Persaingan semakin ketat, dan klub yang paling siap secara kualitaslah yang akan naik kelas.

Jika PSIS ingin benar-benar “meledak”, satu pesan harus dipegang teguh: jangan berhenti di Vizcarra—lanjutkan dengan pemain level Super League.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Parasnya manglingi, begini foto masa muda Ian Kasela sebelum tenar jadi vokalis Radja
• 42 menit lalubrilio.net
thumb
Roy Suryo Cs Tetap Tersangka Usai Upaya Gugurkan Status Lewat Gelar Perkara Khusus Gagal
• 17 jam lalutvonenews.com
thumb
KSOP Tanjungbalai Karimun Siapkan 173 Armada Layani Angkutan Nataru
• 11 jam lalutvrinews.com
thumb
HiPo Rewind 2025: 10 Band Kalbar yang Bersinar Tahun Ini
• 21 jam lalukumparan.com
thumb
Orang Tak Dikenal Meninggal Tertabrak Kereta Tanker di Rel Magersari Sidoarjo
• 16 jam lalusuarasurabaya.net
Berhasil disimpan.