Desa Babo di Kecamatan Bandar Pusaka menjadi salah satu wilayah dengan tingkat kerusakan terparah di Kabupaten Aceh Tamiang setelah Kota Kuala Simpang. Seluruh desa lumpuh dan rumah warga habis tersapi oleh banjir yang terjadi pada akhir November lalu.
Puing reruntuhan bangunan serta material banjir dan longsor terlihat berserakan di sepanjang jalan di desa yang merupakan Ibu Kota Kecamatan Bandar Pusaka.
Derasnya arus banjir dengan ketinggian air mencapai lebih dari 5 meter menyapu bersih pemukiman warga. Berdasarkan data terkini, sebanyak 518 Kartu Keluarga (KK) terdampak langsung, kehilangan rumah, harta benda, hingga mata pencaharian mereka.
Memasuki pekan ketiga pasca-bencana, kondisi Desa Babo masih sangat memprihatinkan. Puing-puing bangunan, material kayu, dan sisa longsoran tanah masih berserakan di sepanjang jalan desa. Hingga saat ini, akses listrik dan jaringan internet masih terputus total, membuat warga merasa terisolasi.
Baca juga: Jalur Darat ke Bener Meriah Sudah Bisa Dilalui, BNPB: Percepat Pemulihan Daerah Terdampak Bencana Bertahan di Reruntuhan dengan Terpal Meskipun terdapat posko pengungsian yang berjarak sekitar 2 km, sebagian warga memilih tetap tinggal di lokasi reruntuhan rumah mereka. Dengan peralatan seadanya, mereka mendirikan tenda darurat beralaskan kayu dan terpal di atas tanah milik mereka sendiri.
Alasan ekonomi menjadi faktor utama warga enggan berpindah. "Kami tidak punya tanah lain. Mau pindah ke mana lagi? Kehidupan kami di sini, mata pencaharian di sini," ungkap Wagira, salah seorang warga Desa Babo.
Bantuan Mulai Mengalir Terkait kebutuhan dasar, warga mengaku sudah mulai menerima bantuan berupa bahan pokok dan air bersih dari berbagai pihak, baik dari pemerintah pusat, relawan maupun komunitas lokal.
Warga Desa Babo kini sangat menantikan langkah konkret pemerintah untuk melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi desa, terutama pemulihan fasilitas publik agar roda ekonomi masyarakat dapat kembali berputar.



