Kairo: Israel menyetujui kesepakatan gas alam terbesar dalam sejarah negara itu, dengan Mesir sebagai tujuan ekspor utama. Pengumuman tersebut disampaikan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Rabu, 17 Desember 2025, yang mengonfirmasi persetujuan pemerintah atas perjanjian pasokan gas bernilai puluhan miliar dolar Amerika Serikat (AS).
Nilai kesepakatan tersebut diperkirakan mencapai USD34,67 miliar atau sekitar Rp579,24 triliun. Perjanjian ekspor yang ditandatangani pada Agustus lalu itu melibatkan perusahaan energi Chevron bersama mitranya, NewMed dan Ratio, dengan pasokan gas berasal dari ladang gas alam Leviathan.
Baca Juga :
Bantu Krisis Energi, Israel Sepakat Pasok Gas Alam ke Mesir“Kesepakatan gas ini adalah kesepakatan komersial murni yang disimpulkan berdasarkan pertimbangan ekonomi dan investasi semata dan tidak melibatkan dimensi atau pemahaman politik apa pun,” kata Diaa Rashwan, ketua Layanan Informasi Negara Mesir, dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari Anadolu, Jumat 19 Desember 2025.
Rashwan menegaskan kembali bahwa dukungan Mesir untuk perjuangan Palestina “tetap teguh dan tidak akan berubah.”
“Mesir mendukung hak-hak sah rakyat Palestina, menolak pengusiran paksa, dan berpegang pada solusi dua negara,” kata Rashwan.
“Kesepakatan gas ini adalah kontrak komersial yang tunduk pada aturan pasar dan mekanisme investasi internasional, terlepas dari penggunaan atau interpretasi politik apa pun,” tambah Rashwan.
Sementara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menambahkan bahwa perjanjian tersebut “secara signifikan memperkuat posisi Israel sebagai kekuatan energi regional dan berkontribusi terhadap stabilitas di kawasan.”
Kesepakatan ini juga diperkirakan membantu meredakan Kesepakatan ini juga diperkirakan membantu meredakan krisis energi di Mesir, yang dalam beberapa tahun terakhir menghabiskan miliaran dolar untuk mengimpor gas alam cair setelah produksi domestiknya tidak lagi mampu memenuhi permintaan.
Juru bicara Chevron menyambut keputusan Israel untuk menerbitkan izin ekspor gas alam dari reservoir Leviathan ke Mesir. Sebelumnya, Chevron menyatakan pada November bahwa pihaknya hampir mengambil keputusan investasi akhir untuk memperluas ladang gas Leviathan di lepas pantai Mediterania Israel, namun masih menunggu persetujuan ekspor dari pemerintah Israel.
Israel menemukan cadangan gas alam dalam jumlah besar di lepas pantai Mediterania pada awal 2000-an dan mulai mengekspor gas hampir satu dekade lalu, pertama ke Yordania dan kemudian ke Mesir.
Berdasarkan kesepakatan tersebut, ladang Leviathan yang diperkirakan memiliki cadangan sekitar 600 miliar meter kubik akan menjual sekitar 130 miliar meter kubik gas ke Mesir hingga 2040 atau sampai seluruh nilai kontrak terpenuhi, demikian disampaikan NewMed dalam pernyataannya.
Produksi gas Mesir mulai menurun pada 2022, memaksa negara itu meninggalkan ambisinya untuk menjadi pusat pasokan energi regional dan semakin bergantung pada Israel untuk menutup kekurangan pasokan.
Mesir, yang berbatasan langsung dengan Israel dan Gaza, selama ini berperan sebagai mediator penting antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas, termasuk menjelang gencatan senjata yang dimediasi Amerika Serikat dan disepakati pada Oktober.
Namun demikian, Kairo juga menjadi salah satu pengkritik vokal ofensif Israel yang telah menewaskan puluhan ribu warga Palestina dan menyebabkan kerusakan luas di Gaza.




