BANDA ACEH, KOMPAS.TV - Penggunaan gajah oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh untuk membersihkan material kayu-kayu besar akibat banjir dan longsor menuai sorotan media asing.
Namun, respons dalam menyikapi penggunaan gajah untuk penanganan pascabencana banjir dan longsor Sumatera terbagi.
Penggunaan gajah tersebut dilakukan di tengah upaya perbaikan setelah dilanda banjir bandang dan tanah longsor yang terjadi.
Baca Juga: AS Abaikan Isu Korea Utara di Strategi Keamanan Terbaru, Bikin Korea Selatan Was-Was
Media Hong Kong South China Morning Post, Jumat (19/12/2025) mengungkapkan mengenai cara unik tersebut.
“Empat gajah terlatih dikerahkan untuk membersihkan puing-puing di wilayah Pidie Jaya, namun telah menimbulkan reaksi yang berbeda,” tulis media tersebut.
“Dengan beberapa ahli memuji respons yang efektif terhadap kondisi ekstrem tersebut, sementara yang lain mengkritiknya karena risiko yang dihadapi oleh spesies yang terancam punah."
Keempat gajah Sumatera itu diketahui bernama Mido, Ajis, Abu, dan Noni. Mereka dikerahkan untuk mengangkut kayu gelondongan dan puing-puing lainnya setelah dibawa dari Pusat Pelatihan Gajah Saree di Aceh Besar.
Semua gajah itu memiliki pengalaman serupa pada 2004 silam, setelah peristiwa tsunami Aceh yang meluluhlantakkan provinsi tersebut.
Baca Juga: Media Asing Soroti Reaksi Tito Karnavian atas Bantuan Malaysia buat Banjir Aceh Bikin Netizen Murka
Penulis : Haryo Jati Editor : Tito-Dirhantoro
Sumber : South China Morning Post
- media asing
- gajah
- aceh
- banjir sumatera
- membersihkan puing-puing

:strip_icc()/kly-media-production/medias/5449527/original/068468600_1766067423-1000101389.jpg)

