FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pegiat media sosial, Herwin Sudikta, merespons wacana mobil nasional yang kerap dibandingkan dengan keberhasilan Vietnam membangun industri otomotifnya.
Dikatakan Herwin, persoalan utama Indonesia bukan soal ketertinggalan dari negara lain.
Akan tetapi, kegagalan membangun model pembangunan yang sesuai dengan kekuatan domestik.
Herwin menegaskan, pertanyaan yang seharusnya diajukan bukan mengapa Indonesia tidak bisa menjadi seperti Vietnam.
“Pertanyaannya bukan mengapa Indonesia tidak bisa jadi Vietnam?,” ujar Herwin kepada fajar.co.id, Jumat (19/12/2025).
“Tetapi bagaimana Indonesia membentuk model pembangunan sendiri yang memaksimalkan kekuatan domestik sambil tetap bersaing di dunia global,” tambahnya.
Ia menekankan bahwa kritik tersebut bukan berarti menolak industrialisasi.
Namun, Herwin menyebut ada kejanggalan dalam prioritas pembangunan nasional ketika sektor fundamental justru terabaikan.
“Bukan anti industri. Tapi absurd kalau negara yang kuat di pangan justru impor beras, sementara sibuk mimpi mobil nasional,” tegasnya.
Kata Herwin, Indonesia seharusnya memperkuat sektor-sektor strategis yang selama ini menjadi keunggulan.
Seperti pangan dan sumber daya alam, sebelum terlalu jauh membangun ambisi industri berteknologi tinggi tanpa fondasi yang kokoh.
Ia juga menyinggung soal krisis identitas dalam arah pembangunan nasional.
Herwin menekankan bahwa Indonesia kerap terjebak dalam keinginan meniru negara lain, alih-alih merumuskan strategi yang berpijak pada realitas dan kebutuhan sendiri.
“Mungkin masalah kita bukan kurang visi, tapi terlalu sibuk ingin jadi orang lain,” tandasnya.
(Muhsin/fajar)



