Pantau - Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menegaskan bahwa dirinya tidak pernah berniat meremehkan bantuan dari Malaysia kepada korban bencana di Aceh, menyusul kontroversi yang muncul setelah pernyataannya menjadi sorotan publik.
Pernyataan ini disampaikan Tito di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada Jumat (19/12), sebagai respons terhadap kritik dari mantan Menteri Luar Negeri Malaysia, Tan Sri Rais Yatim, yang merasa kecewa atas komentar Tito yang dianggap mengecilkan peran Malaysia.
"Pernyataan saya kemarin mungkin disalahpahami. Saya sama sekali tidak bermaksud untuk mengecilkan bantuan, dukungan dari warga Malaysia kepada Aceh, tidak, sama sekali tidak bermaksud itu," ungkapnya.
Tito menyampaikan permintaan maaf secara terbuka jika ucapannya menimbulkan kesan negatif atau salah paham di kalangan masyarakat maupun pemerintah Malaysia.
"Saya sama sekali tidak bermaksud mengecilkan bantuan dan dukungan dari saudara-saudara kita di Malaysia. Kalau ada yang salah paham, saya minta maaf," ia mengungkapkan.
Hubungan Erat dengan Malaysia dan Penjelasan Maksud PernyataanTito menekankan bahwa hubungan personal dan profesionalnya dengan Malaysia telah terjalin lama, sejak ia masih aktif di Densus 88 pascabom Bali, menjabat Kapolri, hingga kini menjadi Menteri Dalam Negeri.
Ia juga menjalin hubungan baik dengan sejumlah pejabat tinggi Malaysia, termasuk Menteri Dalam Negeri Saifuddin Nasution, Menteri Luar Negeri Malaysia, dan bahkan Perdana Menteri Malaysia.
Menurut Tito, inti dari pernyataannya bukanlah membandingkan atau mengecilkan arti bantuan luar negeri, melainkan ingin mengajak publik untuk menghargai kerja keras pemerintah Indonesia.
Ia menambahkan bahwa banyak kerja besar pemerintah pusat dan daerah yang sering kali tidak terekam kamera, tetapi tetap dilakukan secara maksimal di lapangan.
"Yang saya maksud, tolong juga dihargai upaya pemerintah pusat, pemerintah daerah, relawan, dan donatur dalam negeri yang bekerja luar biasa, meski sering tidak terekspos," ujar Tito.
Pemerintah Bergerak Cepat, Dukungan Luar Negeri Tetap DihargaiTito menyatakan bahwa sejak awal bencana melanda Aceh, pemerintah pusat langsung bergerak cepat memberikan bantuan dan koordinasi lintas sektor.
Pada 29 November 2025, Tito turun langsung ke Aceh untuk menyusuri daerah terdampak seperti Banda Aceh, Pidie, Pidie Jaya, hingga Lhokseumawe, guna menyalurkan bantuan serta mengoordinasikan penanganan bencana bersama TNI, Polri, BNPB, Basarnas, dan pemerintah daerah.
Pemerintah mengerahkan logistik besar termasuk ratusan ton beras dari Bulog, helikopter, kapal, pesawat, serta bantuan anggaran operasional bagi daerah-daerah terdampak sesuai arahan Presiden.
"Banyak sekali yang sudah dikerjakan sejak hari pertama, hanya memang tidak semuanya terekam media," ungkap Tito.
Ia juga menegaskan bahwa bantuan dari luar negeri tetap diapresiasi, termasuk dari Malaysia yang disebut memiliki ikatan serumpun dan hubungan emosional kuat dengan Aceh.
Dalam unggahan media sosialnya, Tito menyatakan bahwa nilai bantuan dari Malaysia untuk Aceh sekitar Rp1 miliar, namun ia mengingatkan bahwa Indonesia juga memiliki kapasitas bantuan kemanusiaan yang besar.
"Nilainya nggak sampai Rp1 miliar, kalau sampai Rp1 miliar kita cukup punya anggaran jauh dari itu, mungkin anggarannya tidak seberapa dibandingkan kemampuan kita lebih dari itu," jelasnya.
Pernyataan ini memicu kritik dari Rais Yatim yang menilai pernyataan Tito kurang beretika dalam konteks diplomasi.
Di akhir pernyataannya, Tito kembali menegaskan komitmennya untuk menjaga hubungan baik antara Indonesia dan Malaysia.
"Penekanan saya itu cuma satu sebetulnya, tolong, yang di dalam negeri juga dihargai, kira-kira gitu," pungkasnya.



