Mendeteksi Penyakit ”Tersembunyi” Warga di Pulau Terluar di Pangkejene dan Kepulauan

kompas.id
7 jam lalu
Cover Berita

Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Provinsi Sulawesi Selatan, terpilih sebagai kabupaten Terbaik II di Wilayah Regional II dalam pelaksanaan Program Cek Kesehatan Gratis sepanjang 2025. Kabupaten ini mendapat penghargaan untuk kategori Jumlah Kehadiran Terbanyak dan Capaian Tertinggi Cek Kesehatan Gratis, sebesar 84 persen.

Keberhasilan itu disumbang dari pelaksanaan CKG di pulau-pulau terluar. Dibalik pencapaian tersebut, terdapat para tenaga kesehatan yang bergelut dengan cuaca ekstrem demi memastikan layanan medis menjangkau warga.

Bagi tenaga kesehatan di daerah ini, termasuk pemerintah desa, menjaga kesehatan penduduk ibarat menjaga api tetap menyala di tengah badai. Setiap pulau adalah lilin yang harus dijaga agar tidak padam. Kehadiran tenaga kesehatan yang handal dan tangguh serta tempat layanan kesehatan yang didukung fasilitas memadai adalah hal yang tidak bisa ditawar.

Mereka tidak menunggu cek kesehatan gratis itu duduk di puskesmas. Tapi, mereka justru datang ke pulau-pulau, datang ke daerah-daerah, bekerja sama dengan desa.

Pulau Sabutung misalnya. Puskesmas di pulau tersebut benar-benar menjadi kepanjangan tangan negara yang hadir bagi rakyat di daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T).

Puskesmas tersebut melayani sekitar 11.000 hingga 12.000 jiwa yang tersebar di tujuh desa dan 17 pulau. Di wilayah ini, setiap embusan angin bisa menentukan apakah seorang pasien bisa selamat atau tidak.

Mereka bukan hanya berhadapan dengan penyakit, tetapi juga bertaruh nyawa di tengah ombak, dan tantangan untuk meyakinkan penduduk pulau tentang pentingnya kesehatan.

"Kami ini ibaratnya garda terdepan yang terisolasi. Ketika ada kasus gawat darurat, kami harus berhitung cepat: melawan ombak atau melawan waktu," ujar Kepala Puskesmas Sabutung Harmawati saat menerima Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono, Selasa (16/12/2025) lalu.

Baca JugaProgram Cek Kesehatan Gratis Jangkau Mayoritas Warga Kepulauan di Sulsel

Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengapresiasi capaian Pangkep dalam CKG. ”Kenapa, kok, bisa berhasil seperti itu? Karena mereka tidak menunggu cek kesehatan gratis itu duduk di puskesmas. Tapi, mereka justru datang ke pulau-pulau, datang ke daerah-daerah, bekerja sama dengan desa,” katanya.

Dante mengecek Puskesmas Sabutung dan menemukan ada sejumlah peralatan untuk memeriksa kesehatan reproduksi perempuan tetapi tidak bisa dioptimalkan karena keterbatasan sumber daya manusia.

Sejumlah ibu-ibu di Pulau Sabutung menyatakan bahwa program CKG sangat bermanfaat untuk mendeteksi penyakit-penyakit yang selama ini tidak diduga. Namun, mereka berharap deteksi dini kesehatan reproduksi perempuan juga penting dilakukan.

Perjuangan menjangkau "jantung" pulau

Program Cek Kesehatan Gratis yang sukses di Pangkep sebagian besar bertumpu pada perjuangan tenaga kesehatan di pulau-pulau seperti di Puskesmas Sabutung. Strategi "jemput bola" yang dicanangkan Dinas Kesehatan Pangkep diterjemahkan di Sabutung sebagai upaya keras menembus setiap sudut pulau.

"Masyarakat di sini, kalau tidak dijemput, mereka tidak akan datang. Mereka merasa sehat atau takut kalau ketahuan sakit. Tugas kami adalah meyakinkan mereka bahwa kami datang bukan untuk menakut-nakuti, tapi untuk memastikan mereka baik-baik saja," kata Harmawati, Kepala Puskesmas Sabutung.

Baca JugaNilai Manfaat Program Cek Kesehatan Gratis Capai Rp 2 Juta Per Orang

Satriani, salah seorang dokter di Puskesmas Sabutung menceritakan bagaimana ia dan timnya harus berjuang dengan alam. "Kadang kami harus menempuh perjalanan laut dengan perahu kecil, melawan ombak besar hanya untuk menjangkau satu dusun terpencil. Kami bawa alat-alat CKG, dari tensimeter sampai alat cek gula darah, semua kami pikul," tuturnya.

Perjuangan ini bukan tanpa hasil. Berkat kegigihan tim, mereka berhasil mendeteksi banyak kasus penyakit kronis yang tersembunyi, terutama hipertensi dan diabetes, yang selama ini dianggap sepele oleh warga.

Sejak diluncurkan Februari 2025, program CKG menjadi strategi baru untuk memetakan kesehatan warga. Hingga Desember, cakupannya telah mencapai 83,9 persen dari populasi.

Selain diabetes dan karies gigi, hipertensi menjadi momok utama di Sabutung. Harmawati mengungkapkan, pola makan menjadi pemicu utama munculnya penyakit tersebut. Saat musim kemarau, warga terbiasa mengawetkan ikan dengan garam (ikan kering) sebagai stok musim hujan ketika mereka tidak bisa melaut. "Ikan kering dimakan dengan daun kelor tiga kali sehari, itu memicu hipertensi," tutur Harmawati.

Itu belum termasuk faktor psikologis. Ketika cuaca buruk mencegah nelayan melaut, mereka stres karena kehilangan penghasilan yang pada akhirnya memperburuk tekanan darah.

Kepala Dinas Kesehatan Pangkep Herlina menyampaikan, tantangan terbesar di wilayahnya bukanlah mendeteksi penyakit, melainkan mengatasi penolakan rujukan dari masyarakat, bahkan untuk kasus gawat darurat seperti ibu hamil berisiko sekalipun.

Baca JugaMekanisme Rujukan Baru Sedang Disiapkan, Rumah Sakit Dibagi dalam 24 Kelompok Layanan

"Kenapa mereka menolak dirujuk walaupun kita sudah bujuk? Ini berisiko. Kalau tidak dirujuk bisa menimbulkan kematian. Kadang-kadang nanti mereka baru setuju dirujuk setelah menjelang kematian," ungkap Herlina.

Penolakan rujukan ini bukan tanpa alasan. Meskipun program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) menjamin biaya pengobatan, warga kepulauan khawatir akan biaya hidup selama mendampingi pasien di rumah sakit (RS) di Pangkep atau di Kota Makassar.

"Nanti kalau ke kota itu, kan, harus ada pendamping. Bagaimana mereka bisa hidup di kota sementara pendapatan sedikit," ujar Herlina.

Kekhawatiran ini seringkali membuat warga memilih bertahan di pulau meski menghadapi risiko kematian. Untuk mengatasi tantangan ini, Dinkes Pangkep merancang sebuah sistem rujukan yang humanis dan melibatkan lintas sektor untuk memastikan pasien mau dirujuk ke rumah sakit kota atau di Makassar.

Konkretnya, Pembak Pangkep menyediakan rumah tunggu di dekat rumah sakit di Kota Pangkajene bagi keluarga pasien rujukan dari pulau-pulau.

Dengan begitu, pasien dan pendamping mereka tidak perlu memikirkan biaya sewa tempat tinggal sementara. Pemkab Pangkep juga berkolaborasi dengan Badan Zakat Nasional dan Dompet Dhuafa untuk memastikan pasien miskin tidak terhambat biaya. “Ini membuat kami, para dokter, bisa fokus pada penanganan medis tanpa harus memikirkan beban finansial pasien," jelas Satriani.

Baca JugaTak Ada Lagi Antrean Sandal Jepit untuk Berobat

Dukungan juga diberikan Dinas Kesehatan Provinsi Sulsel melalui program Pelayanan Kesehatan Bergerak (PKB). Puskesmas Sabutung menjadi salah satu fasilitas kesehatan yang dikunjungi dokter spesialis untuk memberikan layanan bagi pasien warga pulau.

Hingga kini, 2.161 jiwa telah dilayani dokter spesialis anak, kandungan dan kebidanan, penyakit dalam, dan gigi, terutama di daerah yang sebelumnya sulit terjangkau.

"Kami mengapresiasi capaian atau prestasi ini yang didapatkan oleh Kabupaten Pangkep dan tentu ini merupakan satu komitmen yang kuat dari pemerintah daerah dalam mendukung peningkatan layanan kesehatan kepada masyarakat," ujar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Evi Mustikawati Arifin.

Komitmen melawan keterbatasan

Bagi para tenaga kesehatan di Sabutung, perjuangan mereka adalah komitmen melawan sunyi dan keterbatasan. Mereka tidak hanya bertugas sebagai tenaga medis, tetapi juga sebagai penyuluh, motivator, bahkan terkadang sebagai teman curahan hati warga.

"Kami tahu, kami tidak bisa menunggu. Kami harus menjemput bola, menjemput kesehatan mereka. Karena bagi kami, setiap nyawa di pulau ini sangat berharga," tutur Harmawati.

Baca JugaCek Kesehatan Gratis: Upaya Pemerataan Akses Kesehatan dan Mendorong Kesadaran Masyarakat

Untuk menjangkau pulau-pulau, dinas kesehatan melakukan inovasi layanan kesehatan melalui program "Perahu Sehat Pulau Bahagia” atau PSPB yang dimulai tahun 2018. Inovasi ini diperkuat melalui kerjasama dengan pemerintah desa pada 2020 yang membagi beban secara gotong royong.

Sistemnya adalah berbagi anggaran. Pemerintah desa membiayai transportasi dan konsumsi tim, sementara puskesmas menyediakan obat-obatan, bahan medis habis pakai, dan tenaga kesehatan.

Dengan sistem ini, tim yang terdiri dari tiga dokter umum dan dua dokter gigi dapat turun langsung ke pulau-pulau. Kehadiran dokter di tempat membuat masyarakat tidak perlu lagi menyeberang ke puskesmas induk, karena rujukan bisa langsung diterbitkan di lokasi, baik untuk poli maupun UGD.

Layanan darurat di kepulauan ini tidak pernah tidur. Sejak 2023, sebuah ambulans laut bantuan Pemkab Pangkep bersiaga 24 jam di dermaga Pulau Sabutung lengkap dengan anak buah kapal yang selalu siap siaga.

Jika ada kondisi kritis, ambulans tersebut akan meluncur dan terkoneksi langsung dengan tim komunikasi di daratan Maccini Baji, Pangkep untuk diteruskan ke Rumah Sakit Batara Siang, Pangkep.

Kepedulian desa tidak berhenti di operasional perahu. Setiap desa di pulau-pulau tersebut juga memiliki ambulans desa sendiri. Mobilisasi warga untuk pemeriksaan khusus seperti EKG, USG, hingga pemeriksaan ibu hamil difasilitasi langsung oleh kepala desa menuju puskesmas.

Baca JugaKapal Ambulans Hilang Kontak di Selat Makassar

Bagi para tenaga kesehatan, setiap kunjungan adalah pertaruhan. Harmawati mengenang peristiwa memilukan pada tahun 2024, ketika timnya nyaris tenggelam saat menyeberang antar pulau yang jaraknya sebenarnya dekat.

"Cuaca awalnya bagus, tapi di tengah kami dihantam ombak. Kami hampir tenggelam, bahkan ada videonya di Instagram kami," kenangnya.

Oleh karena itu, dalam kondisi cuaca ekstrem, protokol utama mereka adalah menstabilkan pasien di lokasi terlebih dahulu.

Meski dibayangi bahaya, bagi tim dokter, semua rasa lelah dan takut terbayar saat melihat antusiasme warga. Bagi mereka, sambutan hangat masyarakat yang menunggu kehadiran dokter di dermaga adalah "obat" yang membuat mereka tetap bertahan mengabdi di gugusan Pulau Sabutung.

Kisah Puskesmas Sabutung adalah cerminan keberhasilan Pangkep meraih CKG tertinggi, sebuah kemenangan yang diraih bukan di ruang rapat, melainkan di tengah lautan, melalui dedikasi tanpa batas para pejuang kesehatan.

Mengelola kesehatan di Sabutung ibarat menjaga api tetap menyala di tengah badai. Setiap pulau adalah lilin yang harus dijaga agar tidak padam. Layanan kesehatan harus tetap sampai ke setiap rumah meski ombak besar berusaha memadamkannya.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Cuaca Ekstrem, BPBD Jatim Petakan Wilayah Selatan Berpotensi Terdampak Bencana
• 21 jam lalusuarasurabaya.net
thumb
Ahmad Dhani Bocorkan Rencana Pernikahan El Rumi dan Syifa Hadju Tahun Depan
• 4 jam laluintipseleb.com
thumb
Ramalan Keuangan Zodiak 21 Desember 2025: Aries, Taurus, Gemini, Cancer, Leo, dan Virgo
• 13 jam lalutvonenews.com
thumb
Mandalika Experience Tawarkan Wisata Motorsport di Sirkuit Pertamina Mandalika Selama Libur Natal dan Tahun Baru
• 4 jam lalupantau.com
thumb
PLN Percepat Pemulihan Listrik Aceh, Ubah Crane jadi Tower Darurat
• 1 jam lalukatadata.co.id
Berhasil disimpan.