Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan mulai 2026 stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) swasta akan berhenti impor solar. Hal ini termasuk dari bagian penyetopan impor yang dilakukan pemerintah mulai tahun depan.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Laode Sulaeman menyebut hingga saat ini sudah banyak data yang masuk terkait rencana impor solar dari pihak swasta.
“Sebenarnya yang dimaksud penghentian impor itu termasuk swasta. Jadi kalau mau (pasokan) Solar (swasta) silakan beli dari produk kilang dalam negeri,” kata Laode dalam acara Temu Media Sektor ESDM, Jumat (19/12).
Alasan penghentian solar ini dilakukan berkaitan dengan beroperasinya proyek RDMP kilang Pertamina Balikpapan. Pada tahun depan Indonesia berpotensi mengalami kelebihan pasokan solar dan disimpan dalam negeri.
Selain itu penyetopan impor juga berkaitan dengan kewajiban atau mandatory biodiesel B50 yang rencananya mulai diterapkan paruh kedua 2026. Tidak hanya stop impor, disaat yang bersamaan Indonesia juga membuka peluang ekspor Solar pada tahun depan.
Indonesia saat ini memproduksi dua jenis produk Solar, yakni CN48 dan CN51. Produk CN48 merupakan Solar yang digunakan sebagai bahan pencampur FAME agar bisa menjadi biodiesel.
Biodiesel adalah bahan bakar alternatif terbuat dari minyak nabati atau hewani yang dapat digunakan untuk menggantikan solar pada mesin diesel. Indonesia saat ini telah menerapkan campuran biodiesel 40% atau B40.
Sementara itu, produk CN51 merupakan bahan bakar yang ditujukan untuk mesin khusus dengan kandungan sulfur mengikuti standar Euro 5. Indonesia bisa mengubah kualitas CN48 menjadi CN51 melalui unit pengolahan bernama hydrotreater.
“Kalau Solar sudah menjadi CN51 maka jika ada kelebihan pasokan, bisa diekspor,” ucapnya.
Menurutnya yang terpenting saat ini adalah Indonesia menyiapkan produk kilang berstandar internasional. Sebab penjualan BBM di global dilakukan melalui pasar spot dengan kedatangan langsung dari para penawar.
Stop Impor Solar 2026Rencana penyetopan impor Solar sebelumnya sudah diungkapkan oleh Menteri ESDM Bahlil Lahadalia. Penghentian impor solar ini berkaitan dengan penerapan Biodiesel 50% dalam BBM.
“(Biodiesel) bisa mengurangi impor solar agar uang negara tidak lari keluar. Atas arahan Bapak Presiden dan sudah diputuskan bahwa 2026 kami dorong B50, sehingga tidak lagi melakukan impor Solar,” kata Bahlil di Investor Daily Summit 2025, Kamis (9/10).
Berdasarkan data Kementerian ESDM, jumlah konsumsi solar pada 2025 mencapai 39,15 juta kilo liter (KL). Angka ini terdiri atas produksi 18,56 juta KL, produksi FAME 13,16 juta KL, dan impor sebanyak 4,9 juta KL atau 10,58% dari total kebutuhan pada 2025. Sementara itu di sepanjang 2024, jumlah impor Solar mencapai 8,02 juta KL.
Implementasi B50 akan mensubstitusi kebutuhan impor minyak solar pada 2026. Selain itu, penerapan B50 juga berpotensi menghemat devisa negara sebanyak US$ 10,48 miliar atau Rp 179,3 triliun.
Penghematan devisa tersebut didapat dari impor solar yang berhasil ditekan setelah program biodiesel diimplementasikan. Secara total, penerapan biodiesel telah menghemat devisa US$ 40,71 miliar di sepanjang 2020 hingga 2025.



