Eksplorasi Laut Dalam Berlanjut, Gunung Bawah Laut Sulawesi Utara Dipetakan

kompas.id
7 jam lalu
Cover Berita

JAKARTA, KOMPAS – Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN bersama OceanX kembali menjalankan misi penelitian laut di wilayah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia. Terbaru, para peneliti akan menjalankan riset yang berfokus pada karakterisasi gunung bawah laut di wilayah Sulawesi Utara sebagai habitat penting bagi keanekaragaman hayati laut dalam.

Direktur Pengelolaan Armada Kapal Riset BRIN Nugroho Dwi Hananto menyampaikan, 70 persen wilayah laut Indonesia adalah laut dalam yang belum tereksplorasi. Hal ini membuka peluang besar bagi Indonesia untuk menemukan kekayaan alam baru yang bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan, sekaligus meningkatkan nilai ekonomi bangsa.

Melalui kolaborasi ini, para periset Indonesia diharapkan dapat terus melakukan eksplorasi lanjutan di perairan samudra lainnya.

”Tahun 2025 ini merupakan kedua kali riset ilmiah kelautan antara OceanX dan BRIN. Pada tahun ini, tema yang kita pilih adalah ’Multiparameter Characterization of Seamounts as Critical Habitat for Sustaining Biodiversity in Northern Sulawesi with Identification of Vulnerable Marine Ecosystem Criteria’,” kata Nugroho, Sabtu (20/12/2025).

Misi pertama fokus pada pemetaan dasar laut, kondisi arus samudra, hingga mamalia laut dan sebaran rumpon di perairan Sulawesi. Seluruh data dan sampel yang dikumpulkan akan disimpan dengan aman di Repositori Ilmiah Nasional, kemudian dikelola dan diteliti lebih lanjut oleh para ilmuwan dalam negeri, tanpa ada data yang dikirim ke luar negeri.

Guna melihat persiapan eksplorasi, BRIN memberikan laporan langsung dari kapal penelitian canggih OceanXplorer, Jumat (19/12/2025). Tim peneliti dari BRIN, OceanX, perguruan tinggi, dan lembaga terkait lainnya mengungkap sejumlah temuan awal signifikan, mulai dari aspek geologi hingga megafauna laut melalui pemetaan di kedalaman 4.500 meter.

Adapun tim yang terlibat dalam eksplorasi ini, antara lain, teknisi kapal OceanXplorer yang dipimpin nakhoda Roger Solem dan Expedition Lead Andrew Craig, para periset dari ITB, ITS, IPB University, Politeknik Negeri Batam, Universitas Halu Oleo, serta Indo Ocean Foundation.

Baca JugaEkspedisi BRIN-OceanX Berhasil Mengambil 600 Data Sampel dari Laut Dalam

Selain itu, misi ini juga didampingi tim pengamanan dari Pusat Hidro-Oseanografi TNI AL (Pushidrosal) dan Kementerian Pertahanan. Pengawasan ketat dilakukan untuk memastikan seluruh operasi penelitian sesuai dengan prosedur keamanan nasional.

Pelaksana Tugas Kepala Pusat Riset Laut Dalam BRIN Marina Frederik menjelaskan, mekanisme sinkronisasi dan orkestrasi berbagai kegiatan riset berlangsung secara bersamaan. Mekanisme ini mulai dari pengambilan sampel laut hingga pemetaan dan pengoperasian wahana teknologi.

”Setiap sore, kami ada rapat untuk pelaksanaan kegiatan esoknya, dilanjut pemetaan di malam hari. Sejak pagi hari, tim mulai mengambil sampel dan sedimen dari berbagai kedalaman. Setelah pengumpulan, dilanjut mengidentifikasinya secara ringkas. Kemudian, kami harus membungkus untuk persiapan pemindahan ke repositori,” tuturnya.

Selain menjelaskan mekanisme operasional harian, Marina turut memaparkan tujuan dan keluaran (output) dari riset laut dalam yang tengah dilakukan. Penjelasan ini memberi gambaran hasil ilmiah yang diharapkan, mulai dari pemetaan dasar laut, penelitian biota, hingga studi geologi gunung bawah laut.

Proses pemetaan

Proses pemetaan gunung bawah laut ini dilakukan dengan pembagian shift untuk menjaga kualitas data dan menghasilkan model elevasi harian secara langsung. Data digunakan untuk mengidentifikasi bentuk rupa bumi yang nantinya akan diusulkan penamaannya oleh tim Badan Informasi Geospasial (BIG) dan Pushidrosal serta dikaji secara kolaboratif.

Selain itu, para ahli geologi dan biologi juga bekerja sama untuk mendapatkan gambaran keseluruhan mengenai proses pembentukan rupa bumi serta tingkat jangkauan yang mendukung kehidupan di bawah laut. Melalui kolaborasi ini, para periset Indonesia diharapkan dapat terus melakukan eksplorasi lanjutan di perairan samudra lainnya.

Saat berdialog dengan pimpinan BRIN, Andrew Craig memaparkan terkait pelaksanaan riset di perairan Indonesia serta interaksi dan kolaborasi yang terjalin dengan para ilmuwan nasional. Menurut dia, selama kurang lebih tiga minggu ekspedisi, timnya memperoleh pengalaman yang luar biasa dan memahami peran masing-masing.

Ia menilai, riset di perairan Indonesia berjalan sangat produktif dengan dukungan sumber daya manusia yang siap serta pemanfaatan fasilitas kapal riset secara maksimal. Kelengkapan teknologi yang tersedia juga memungkinkan pengambilan sampel dan data ilmiah dalam jumlah besar yang bernilai penting bagi penelitian lanjutan.

”Kami sedikit tidak yakin bagaimana kita akan menggunakan kapal yang luar biasa ini. Namun, kami memahaminya dengan perlahan, banyak sampel, banyak informasi yang bisa diambil dari kapal ini,” ungkap Craig.

Baca JugaGunung Bawah Laut Ditemukan di Selatan Pacitan

Ekspedisi BRIN dan OceanX dimulai pada 2024 yang dibagi dalam lima etape bertema multidisiplin. Tahap pertama fokus pada studi megathrust atau zona tumbukan Sumatera Utara, diikuti dengan survei oseanografi dan keanekaragaman hayati skala besar di perairan Sumatera, hingga eksplorasi ekosistem laut dalam di Sulawesi Utara.

Selama ekspedisi ini, dilakukan 136 kali penyelaman dengan kapal selam dan wahana kendali jarak jauh (ROV). Kegiatan ini berhasil mengambil lebih dari 600 sampel dari laut dalam. Ekspedisi ini juga berhasil melakukan 140 jam survei udara menggunakan helikopter dan pemetaan dasar laut seluas 27.000 kilometer persegi.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Kapolda dan Gubernur Banten Tinjau Korban Terdampak Banjir Padarincang Serang
• 21 jam laludetik.com
thumb
Momen Prabowo Sapa Debitur Rumah Subsidi dari NTB dan Papua
• 17 menit lalukompas.com
thumb
Sinopsis Drama China Hidden Shadow, Aksi Agen Perempuan dengan Dua Jiwa
• 7 menit lalugrid.id
thumb
Mensos Ajak Filantropi-Dunia Usaha Perkuat Program Sosial & Penanganan Bencana
• 23 jam lalukumparan.com
thumb
BMKG Pastikan Awan Lenticularis di Tanggamus Bukan Fenomena Berbahaya
• 22 jam lalukumparan.com
Berhasil disimpan.