EtIndonesia. Jangan pernah menganggap dirimu seekor tikus—karena jika demikian, kamu pasti akan dimangsa kucing.
EtIndonesia. Pada tahun 1858, sebuah keluarga kaya di Swedia dianugerahi seorang anak perempuan. Namun kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Tak lama setelah kelahirannya, sang anak terserang penyakit lumpuh yang tak dapat dijelaskan secara medis, hingga kehilangan kemampuan untuk berjalan.
Suatu ketika, gadis kecil itu ikut keluarganya berlayar dengan kapal. Istri kapten kapal bercerita kepadanya tentang seekor burung Cenderawasih (bird of paradise) milik sang kapten. Deskripsi burung yang indah itu membuat si gadis sangat terpesona. Dia begitu ingin melihatnya dengan mata kepala sendiri.
Pengasuhnya lalu meninggalkan gadis itu di dek kapal dan pergi mencari kapten. Namun sang anak tidak sabar menunggu. Dia memohon kepada seorang pelayan kapal agar segera membawanya menemui burung tersebut. Pelayan itu tidak tahu bahwa gadis kecil ini tidak bisa berjalan, dan tanpa ragu dia menggandeng tangannya untuk pergi melihat burung yang indah itu.
Saat itulah keajaiban terjadi.
Karena hasrat yang begitu kuat dan keinginan yang menggebu, sang gadis lupa akan dirinya sendiri. Dia menggenggam tangan pelayan itu dengan erat, dan perlahan—langkah demi langkah—dia mulai berjalan.
Sejak peristiwa itu, penyakitnya berangsur-angsur sembuh.
Ketika dewasa, dia kembali menenggelamkan dirinya secara total—kali ini dalam dunia sastra. Dengan sepenuh jiwa, dia berkarya tanpa henti, hingga akhirnya menjadi perempuan pertama yang meraih Hadiah Nobel Sastra. Dia adalah Selma Lagerlöf.
Renungan
Lupa diri dalam makna yang positif adalah jalan pintas menuju keberhasilan. Dalam kondisi itulah manusia mampu melampaui batas-batas dirinya, membebaskan potensi terdalam, dan melepaskan energi terbesar yang selama ini terbelenggu.(jhn/yn)





