Bisnis.com, JAKARTA - Ribuan warga Bulgaria kembali turun ke jalan menentang pemerintahan yang akan lengser, menuntut pemilu yang adil dan reformasi hukum di tengah tudingan korupsi sistemik serta persiapan adopsi euro awal tahun depan.
Melansir Reuters pada Sabtu (20/12/2025), aksi unjuk rasa yang berlangsung di ibu kota Sofia dan sejumlah kota lain di negara kawasan Laut Hitam itu merupakan bagian dari rangkaian demonstrasi berkelanjutan, di tengah persiapan Bulgaria untuk mengadopsi mata uang euro pada 1 Januari mendatang.
Pemerintah yang berkuasa sejak Januari lalu sejatinya diperkirakan akan memimpin proses transisi ke Euro. Namun, Perdana Menteri Rosen Zhelyazkov mengajukan pengunduran diri pekan lalu setelah berminggu-minggu aksi protes jalanan terkait dugaan korupsi negara serta penolakan terhadap anggaran baru yang berpotensi menaikkan pajak.
Dalam aksi protes Kamis (18/12/2025) malam waktu setempat, para demonstran membawa bendera Bulgaria dan Uni Eropa. Salah satu spanduk bertuliskan “Ini bukan sandiwara.”
“Segala sesuatu tentang pemerintah ini sangat terang-terangan. Tidak tahu malu. Perilaku arogan seperti inilah yang mendefinisikan pemerintahan ini. Masyarakat tidak menghormati orang-orang yang menganggap dirinya berada di atas yang lain,” ujar Shisman Nikolov (48), seorang tenaga penjualan.
Presiden Bulgaria Rumen Radev saat ini tengah menggelar konsultasi dengan partai-partai politik. Apabila upaya pembentukan pemerintahan baru gagal, Radev akan menunjuk pemerintahan sementara dan menggelar pemilihan umum lebih cepat.
Baca Juga
- Uni Eropa Pastikan Bulgaria Masuk Zona Euro 2026 di Tengah Krisis Politik dan Gelombang Protes
- Bulgaria Hadapi Kekacauan Setelah Pengunduran Pemerintah
- Gelombang Protes Gen-Z Guncang Dunia, dari Indonesia hingga Bulgaria
Bulgaria, yang merupakan anggota NATO, telah menggelar tujuh pemilu nasional dalam empat tahun terakhir, seiring kegagalan pemerintahan berturut-turut mempertahankan stabilitas parlemen yang terfragmentasi.
Seorang mahasiswa berusia 21 tahun, Kalina Yurukova, menyatakan kekecewaannya terhadap elite politik.
“Jika Anda terus mencuri, berarti Anda menganggap diri Anda lebih tinggi dari semua orang. Saya tidak bisa menghormati orang-orang yang arogan dan tidak memiliki sedikit pun rasa malu,” ujarnya.
Sebelumnya bulan ini, pemerintah menarik kembali rancangan anggaran 2026—yang menjadi anggaran pertama dalam denominasi euro—menyusul aksi protes besar-besaran.
Partai oposisi dan sejumlah organisasi menyatakan penolakan terhadap rencana kenaikan iuran jaminan sosial serta pajak dividen untuk membiayai peningkatan belanja negara.





