Penulis: Lidya Thalia.S
TVRINews, Jakarta
Kementerian Kesehatan RI memberangkatkan ratusan relawan tenaga kesehatan untuk membantu penanganan dampak bencana di sejumlah wilayah di Aceh. Pelepasan relawan dilakukan oleh Direktur Jenderal Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK) Kemenkes, Yuli Farianti, di Terminal 3 Gate 5 Bandara Soekarno-Hatta, Sabtu, 20 Desember 2025.
Relawan yang diberangkatkan merupakan tenaga medis dan tenaga kesehatan lintas profesi yang secara sukarela mengabdikan diri untuk melayani masyarakat di daerah terdampak bencana. Saat ini, fokus utama penugasan berada di Provinsi Aceh sebagai wilayah dengan dampak paling besar, sebelum nantinya dilanjutkan ke Sumatera Barat dan Sumatera Utara.
Tim relawan terdiri dari berbagai disiplin keahlian, antara lain dokter spesialis mata, bedah, neurologi, dan anak, dokter umum, perawat, bidan, tenaga gizi, tenaga laboratorium, radiografer, tenaga kesehatan lingkungan, epidemiolog, hingga psikolog klinis dan psikiater. Layanan kesehatan mental dan trauma healing menjadi salah satu prioritas, terutama bagi warga di posko pengungsian.
Para relawan akan ditempatkan di rumah sakit, puskesmas, serta posko pengungsian sesuai kebutuhan di lapangan, sebagai bentuk semangat gotong royong dan kepedulian kemanusiaan.
“Saya mengucapkan terima kasih atas pengabdian para relawan. Saat ini fokus kita di Aceh karena dampaknya paling besar, selanjutnya akan dilanjutkan ke Sumatera Barat, khususnya Agam, serta Sumatera Utara,” ujar Yuli Farianti dalam keterangan tertulis, Sabtu, 20 Desember 2025.
Ia menjelaskan, sejak hari ketiga pascabencana, Kemenkes sebenarnya telah mengirimkan tenaga kesehatan ke wilayah terdampak. Namun pada tahap awal, pengiriman dilakukan secara mandiri oleh masing-masing rumah sakit. Kini, distribusi relawan dilakukan secara terkoordinasi agar pelayanan kesehatan dapat menjangkau seluruh wilayah terdampak secara merata.
“Kami lakukan koordinasi agar tidak ada daerah yang kelebihan tenaga dan tidak ada yang kekurangan. Semua masyarakat harus mendapatkan layanan kesehatan sesuai kebutuhannya,” jelasnya.
Pada tahap keberangkatan kali ini, sebanyak 126 relawan dikirim ke wilayah dengan tingkat kesulitan tinggi, seperti Bener Meriah, Takengon, Aceh Utara, dan Gayo Lues, termasuk daerah yang hanya dapat dijangkau dengan berjalan kaki.
Sebelumnya, 70 relawan telah bertugas di Aceh dan Medan. Kemenkes juga merencanakan pengiriman 207 relawan pada tahap berikutnya dan 87 relawan pada tahap selanjutnya, sehingga total relawan yang dikerahkan hingga 22 Desember 2025 mencapai sekitar 600 orang.
“Kami membawa tim yang lengkap, termasuk psikolog klinis dan psikiater untuk penanganan trauma healing, karena pemulihan pascabencana tidak hanya menyangkut fisik, tetapi juga kondisi mental masyarakat,” tambah Yuli.
Salah satu relawan, Chani Sinaro Putra, dokter spesialis mata dari RS Cicendo Bandung, menyatakan kesiapan tim dalam menghadapi tantangan di lapangan.
“Persiapan kami tidak hanya fisik, tetapi juga mental. Kami mempelajari kondisi wilayah, masyarakat, serta kemungkinan penyakit yang akan ditemui. Mudah-mudahan kehadiran kami dapat membantu warga terdampak maupun tenaga medis yang sudah bertugas,”ungkapnya.
Sementara itu, Desin Pambudi, dokter spesialis saraf dari RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, menekankan pentingnya layanan neurologi dalam situasi bencana.
“Dalam kondisi bencana, akses layanan kesehatan sering terputus sehingga pasien dengan pengobatan rutin berisiko putus obat. Pasien stroke, hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung sangat rentan. Karena itu kami bersyukur Kemenkes bergerak cepat melibatkan kami untuk membantu masyarakat terdampak,” kata Desin.
Para relawan berasal dari berbagai rumah sakit pusat, daerah, dan swasta, di antaranya RSUP Cipto Mangunkusumo, RSUP Dr. Sardjito, RSUP Persahabatan, RSJ Marzoeki Mahdi, RS Cicendo, serta rumah sakit swasta seperti Siloam dan Hermina.
Editor: Redaktur TVRINews




:strip_icc()/kly-media-production/medias/5450964/original/094338600_1766214114-WhatsApp_Image_2025-12-20_at_13.09.38.jpeg)
