DIABETES Melitus (DM) merupakan masalah kesehatan kronis global, dengan perkiraan kasus mencapai 693 juta pada 2045. Penyakit yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah (hiperglikemia) ini memicu pencarian tanpa henti akan pengobatan yang efektif dengan efek samping minimal.
Salah satu jalur yang menjanjikan adalah memanfaatkan senyawa bioaktif dari tanaman obat, yang sudah lama diakui secara tradisional karena potensi terapeutiknya.
Sirsak, atau Annona muricata L., dikenal kaya akan senyawa bioaktif dengan potensi antioksidan dan antidiabetes. Namun, temuan dari berbagai studi sebelumnya seringkali tidak konsisten. Untuk mendapatkan kesimpulan yang lebih kuat, sebuah tim peneliti dari Universitas Airlangga melakukan meta-analisis sebuah metode statistik yang menggabungkan dan menganalisis hasil dari beberapa penelitian independen.
Meta-analisis ini menyaring studi dari berbagai basis data ilmiah dan memfokuskan pada penelitian yang melibatkan tikus diabetes yang diobati dengan ekstrak sirsak (Annona muricataL. Extract/AME).
Hasilnya antara lain Efek Hipoglikemik Signifikan, suplementasi dengan ekstrak sirsak (AME) secara signifikan menurunkan kadar gula darah pada tikus diabetes dibandingkan dengan kelompok kontrol, dan potensi terapeutik, di mana temuan ini menunjukkan bahwa Annona muricata memiliki efek penurun gula darah yang signifikan dan menjanjikan sebagai agen terapeutik alami untuk manajemen diabetes.
Analisis mendalam mengenai dosis ekstrak sirsak menghasilkan temuan yang mengejutkan, yaitu penggunaan ekstrak sirsak pada dosis yang lebih rendah berpotensi menghasilkan efek terapeutik yang lebih kuat dan konsisten dalam menormalkan kadar gula darah.
Mekanisme antidiabetes Annona muricata L. diduga terjadi melalui beberapa jalur, di antaranya menghambat Penyerapan Karbohidrat, di mana ekstrak sirsak terbukti menghambat aktivitas enzim alpha-amilase dan alpha-glukosidase. Penghambatan enzim ini menunda pemecahan karbohidrat menjadi gula sederhana, sehingga memperlambat penyerapan glukosa ke dalam aliran darah dan mengurangi lonjakan gula darah setelah makan.
Kemudian melindungi Sel Beta Pankreas, di mana sirsak menunjukkan efek protektif dan regeneratif pada sel beta pankreas. Sel beta adalah “pabrik” yang memproduksi dan mensekresikan insulin. Dengan melindungi sel-sel ini, ekstrak sirsak meningkatkan sekresi dan fungsi insulin, yang pada akhirnya menstabilkan kadar gula darah pada tikus diabetes.
Efek perlindungan ini diyakini berasal dari senyawa polifenol yang terdapat pada sirsak, seperti luteolin dan quercetin.
Bagian penting dari potensi antidiabetes sirsak terletak pada cara bahan aktifnya diekstrak dan digunakan. Studi-studi yang dianalisis dalam meta-analisis ini menunjukkan adanya variasi dalam metode ekstraksi dan bagian tanaman yang digunakan.
Secara umum, mayoritas penelitian menggunakan ekstrak berbasis air (aqueous extract). Air dipilih sebagai pelarut karena sifatnya yang ramah dan meniru penggunaan tradisional.
Variabilitas dalam bagian tanaman ini penting, sebab komposisi senyawa bioaktifnya dapat berbeda jauh, memengaruhi konsentrasi dan efikasi senyawa aktif seperti flavonoid.
Tantangan lain dalam studi herbal adalah menentukan dosis yang tepat dan konsisten. Dalam penelitian yang dikumpulkan, dosis ekstrak sirsak (AME) yang diberikan kepada tikus diabetes bervariasi secara signifikan, berkisar antara sekitar 6.76 mg/kg hingga 200 mg/kg berat badan.
Perbedaan dosis ini, ditambah dengan variasi dalam teknik ekstraksi dan kondisi pertumbuhan tanaman, menjadi faktor utama yang menimbulkan heterogenitas tinggi antar studi.
Meskipun demikian, hasil meta-analisis mengisyaratkan bahwa dosis yang lebih rendah (6.76 mg/kg hingga 50 mg/kg) menunjukkan hasil yang lebih konsisten dalam menormalkan kadar gula darah ke rentang non-diabetes pada model hewan coba. Hal ini menyoroti perlunya standardisasi metode ekstraksi dan penetapan dosis untuk penggunaan terapeutik di masa depan.
Meta-analisis ini menjadi yang pertama menggabungkan bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa ekstrak Annona muricata L. (Sirsak) sangat efektif dalam mengurangi hiperglikemia pada model tikus diabetes. Hasil ini menegaskan posisi sirsak sebagai agen antidiabetes alami yang menjanjikan.
Meskipun demikian, penelitian di masa depan harus berfokus pada standarisasi bagian tanaman yang digunakan (daun, kulit, atau buah) dan dosis yang optimal untuk memastikan konsistensi dan efikasi yang maksimal pada manusia. (H-1)




:strip_icc()/kly-media-production/medias/5451284/original/009394300_1766252768-bonnie.jpg)