Dari Gaya Hidup ke Industri, Olahraga Sepeda Jadi Motor Ekonomi Baru Indonesia, Nilai Ekonomi Diperkirakan Capai Rp10 Triliun

fajar.co.id
2 jam lalu
Cover Berita

FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Geliat olahraga sepeda di Indonesia kian terasa dalam beberapa tahun terakhir. Sepeda tidak lagi dipandang sekadar alat transportasi, tetapi telah bertransformasi menjadi gaya hidup, sarana rekreasi, olahraga prestasi, hingga penggerak sport tourism. Sejak pandemi, aktivitas bersepeda melonjak signifikan dan membentuk basis pasar yang relatif bertahan hingga kini, sekaligus membuka peluang ekonomi yang semakin menjanjikan di berbagai daerah.

Pengamat ekonomi Andika Isma menilai, dari sisi nilai ekonomi, industri olahraga sepeda nasional memiliki potensi besar dengan perputaran uang yang diperkirakan mencapai Rp7–10 triliun per tahun. Nilai tersebut berasal dari penjualan sepeda, suku cadang, apparel, aksesoris, jasa servis, hingga penyelenggaraan berbagai event olahraga sepeda di dalam negeri.

“Angka ini belum termasuk efek turunan (multiplier effect) seperti sektor pariwisata, UMKM kuliner, penginapan, transportasi, serta konten digital dan sponsorship yang berkembang seiring maraknya komunitas dan lomba sepeda di berbagai daerah,” ucapnya saat dihubungi, Kamis (18/12/2025).

Besarnya perputaran ekonomi itu tercermin dari tingginya aktivitas perdagangan sepeda dan perlengkapannya yang terus tumbuh. Indonesia tidak hanya menjadi pasar konsumsi, tetapi juga mulai berkembang sebagai basis produksi, khususnya untuk sepeda kelas menengah, komponen, dan apparel. Sejumlah kawasan industri di Jawa Barat dan Jawa Tengah bahkan telah mengekspor sepeda dan komponennya ke pasar Asia, Eropa, hingga Amerika, menunjukkan peluang Indonesia masuk dalam rantai pasok global industri sepeda.

Dari sisi peminat, Andika menyebut jumlah pesepeda aktif di Indonesia diperkirakan mencapai 20–25 juta orang. Angka tersebut mencakup pesepeda rekreasional, komunitas hobi, commuter perkotaan, hingga atlet prestasi yang aktif mengikuti berbagai kejuaraan.

“Dari sisi peminat, jumlah pesepeda aktif di Indonesia diperkirakan mencapai 20–25 juta orang, mencakup pesepeda rekreasional, komunitas hobi, commuter perkotaan, hingga atlet prestasi,” ucap Dosen Universitas Negeri Makassar ini.

Tingginya minat masyarakat tersebut didorong oleh populasi usia produktif yang besar, meningkatnya kesadaran terhadap gaya hidup sehat, serta tumbuhnya komunitas sepeda di hampir seluruh kota dan kabupaten. Segmentasi pasarnya pun semakin beragam, mulai dari sepeda lipat, road bike, mountain bike, BMX, hingga sepeda listrik yang kini kian diminati.

Lebih lanjut, Andika menilai potensi industri sepeda akan semakin kuat jika didukung dengan event-event berskala nasional yang melibatkan masyarakat luas. Sport tourism berbasis sepeda dinilai mampu menjadi katalisator perputaran ekonomi, terutama di daerah yang memiliki kontur alam dan destinasi wisata unggulan.

“Daerah dengan kontur alam yang mendukung, seperti Bali, Jawa Barat, Yogyakarta, Nusa Tenggara, dan Sulawesi, memiliki peluang besar menjadikan sepeda sebagai ikon pariwisata olahraga,” ucapnya.

Industri sepeda juga membuka ruang luas bagi UMKM dan sektor ekonomi kreatif. Produk apparel lokal, helm, tas sepeda, hingga konten digital dan kehadiran influencer bersepeda menjadi bagian dari ekosistem industri yang saling terhubung dan terus berkembang.

“Atlet dan figur publik juga berpotensi menjadi brand ambassador, memperkuat nilai komersial sekaligus mendorong regenerasi atlet dan minat masyarakat terhadap olahraga sepeda,” ucapnya.

Potensi tersebut dinilai akan semakin terasa jika program-program massal kembali digulirkan pemerintah. Sebelumnya, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) memiliki program unggulan Gowes Nusantara atau Sepeda Nusantara yang sejak 2017 rutin digelar di berbagai kabupaten dan kota. Program ini bertujuan menggerakkan masyarakat untuk hidup sehat, bugar, serta mempererat persaudaraan melalui kegiatan bersepeda massal dengan slogan “Ayo Olahraga, Bergerak Dimana Saja, Kapan Saja”.

“Jika ada 100 titik kota digelar dengan 1000 peserta, berarti ada 100.000 orang yang bersepeda. Dengan jumlah tersebut, diperkirakan ada 30 persen yang membeli sepeda baru. Kemudian, sisanya hanya menservis sepeda yang sudah dimiliki. Bisa dibayangkan, jika 30 ribu orang membeli sepeda baru dengan harga Rp500 ribu,” ucap Andika.

“Ini jika hitung-hitungan dari segi peserta saja, bisa dibayangkan potensi UMKM, Hotel dan Rumah Makan di sekitar lokasi, tentu nilainya akan jauh lebih besar lagi,” pungkasnya.

Kegiatan Gowes Nusantara kerap dikemas dengan tema persatuan, pembagian doorprize, serta kolaborasi bersama pemerintah daerah, termasuk kampanye “Bike to School” dan “Gerakan Kembali ke Meja Makan”. Jika program Gowes Nusantara kembali digelar secara konsisten, perputaran ekonomi di sektor olahraga sepeda diyakini akan kembali bergerak, menghidupkan UMKM lokal, pariwisata daerah, sekaligus memperkuat ekosistem industri olahraga sepeda nasional. (zak/fajar)


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Donald Trump Mengaku Bersahabat dengan Prabowo, Ingin Perkuat Hubungan AS-RI
• 17 jam laluliputan6.com
thumb
Telkomsel Raih Penghargaan Global Setelah Garap Proyek AI Ini
• 1 jam lalucnbcindonesia.com
thumb
15 Ide Kado Natal 2025 untuk Laki-Laki, Berkesan dan Bermanfaat
• 17 jam lalugrid.id
thumb
Kenapa Megawati Hangestri Bantah Rumor Kembali ke Korea Selatan Musim Depan?
• 4 jam lalutvonenews.com
thumb
Tim Medis LKC Dompet Dhuafa Susur Sungai 3 Jam Tangani Penyintas Banjir Aceh Tamiang
• 20 jam laludisway.id
Berhasil disimpan.