Ketika Tempe Diperjuangkan untuk Diakui sebagai Warisan Budaya UNESCO

kumparan.com
8 jam lalu
Cover Berita

Pagi itu, tempe tidak hanya hadir di atas piring. Ia dirayakan lewat langkah kaki, peluh, dan riuh kebersamaan. Kementerian Kebudayaan menggelar fun run sebagai bagian dari Festival Budaya Tempe, sebuah kampanye budaya untuk mengawal tempe menuju pengakuan dunia sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO.

Di tengah antusiasme para peserta lari yang bergantian menyerbu booth pameran, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyebut kegiatan ini sebagai ekspresi perayaan tempe yang hidup.

“Ini bagian dari kampanye untuk mengawal tempe sebagai warisan hidup budaya Indonesia,” ujarnya di halaman Kementerian Kebudayaan, Jakarta Pusat, Minggu (21/12) pagi.

Sejak 2025, kata Fadli, pemerintah telah mendaftarkan tempe sebagai Intangible Cultural Heritage UNESCO, dengan harapan pengumuman resmi akan dilakukan pada akhir 2026.

Namun baginya, tempe bukan sekadar urusan pengakuan global. Ia adalah bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.

“Budaya tempe ini bukan hanya soal tempe sebagai kuliner yang disukai mayoritas masyarakat Indonesia. Tapi di belakang itu juga ada satu tradisi, pengetahuan terkait fermentasinya, juga melibatkan banyak orang dan komunitas dalam pembuatannya,” kata Fadli.

Dalam catatan Kementerian Kebudayaan, terdapat sekitar 170 ribu komunitas tempe, dengan jumlah pekerja yang terlibat mencapai sekitar 1,5 juta orang.

“Ini bagian juga dari ekonomi budaya. Karena dalam budaya itu termasuk objek pemajuan kebudayaan, yakni pangan lokal yang tak bisa dipisahkan dari ekspresi budaya,” tutur Fadli.

Festival ini menghadirkan beragam wajah tempe. Belasan booth kuliner menyajikan penganan lokal berbasis tempe—dari makanan berat, camilan seperti nugget, hingga smoothies dan brownies—dengan berbagai sentuhan kreativitas.

Ke depan, setelah proses pendaftaran UNESCO berjalan, pemerintah berharap budaya tempe terus berkembang, terutama pada tahap hilirisasi.

“Mudah-mudahan setelah didaftarkan, budaya tempe ini akan terus berkembang. Dalam post-production, ada hilirisasinya dalam berbagai bentuk penganan. Kita harap ekspresi yang lain semakin kreatif,” ucap Fadli.

Isu kesejahteraan pengrajin tempe juga menjadi perhatian. Fadli membuka kemungkinan adanya workshop bagi pembuat tempe, mulai dari peningkatan higienitas, kesehatan produk, hingga penggunaan bahan yang lebih organik.

“Itu akan mempertinggi nilai tempenya sendiri. Mungkin ada beberapa level tempe. Sehingga pendapatan para pembuat tempe itu akan semakin meningkat,” kata dia.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Gus Yahya Hadiri Haul Gus Dur, Kena “Roasting” Inayah Wahid
• 20 jam lalukompas.com
thumb
Hunian Tetap untuk Korban Banjir Tapanuli Tengah Mulai Dibangun
• 2 jam laluidntimes.com
thumb
Emiten Sawit Austindo (ANJT) Raih Fasilitas Kredit BRI Rp4,84 Triliun
• 11 jam lalubisnis.com
thumb
Kebakaran di Kapuk Muara Hanguskan 14 Rumah, 91 Warga Terdampak
• 8 jam lalukompas.com
thumb
SEA Games 2025 Resmi Berakhir, Indonesia Cetak Sejarah Perolehan Medali
• 19 jam lalugenpi.co
Berhasil disimpan.