Jakarta, VIVA – Tingginya angka penipuan online di Indonesia kini menjadi perhatian serius berbagai sektor, termasuk industri telekomunikasi.
Laporan Global Anti-Scam Alliance atau GASA State of Scams in Indonesia 2025 yang dirilis akhir Agustus lalu, mencatat 66 persen orang dewasa mengalami upaya penipuan dalam setahun terakhir.
Dari total angka tersebut, 14 persen di antaranya kehilangan uang dengan total kerugian mencapai Rp49 triliun (US$3,3 miliar).
Sebagian besar penipuan terjadi melalui platform pesan langsung (direct-message), seperti pesan instan (instant-messaging) dan SMS.
Selain dampak finansial, 51 persen orang yang menjadi korban penipuan menyatakan mengalami stres akibat hal tersebut.
Maka dari itu, Telkomsel meluncurkan Sistem Cegah Scam Keliling (siSCAMling)—layanan proteksi tanpa biaya dan tanpa instalasi yang secara real-time mendeteksi, memblokir, dan memberi peringatan terhadap panggilan serta SMS mencurigakan.
Cara kerja dan kapabilitas utama siSCAMling:
1. Deteksi proaktif adaptif karya anak bangsa: Model AI dilatih berkelanjutan dengan telko big data, validasi lintas unit internal, integrasi global data, dan analisis riwayat data panggilan, menghasilkan identifikasi pola penipuan dengan tingkat akurasi yang sangat tinggi.
2. Proteksi jaringan: Pencegahan dilakukan di tingkat jaringan, sehingga perlindungan aktif otomatis tanpa perlu aplikasi tambahan.
3. Peringatan kontekstual: Memberikan notifikasi risiko pada panggilan/SMS yang terindikasi scam atau spam, agar pelanggan dapat mengambil keputusan aman.
4. Kepatuhan dan privasi: Dirancang dengan prinsip privacy-by-design, mematuhi standar perlindungan data pelanggan dan regulasi yang berlaku.
5. Kontrol pelanggan: Pengaturan preferensi dan ringkasan aktivitas perlindungan dapat dikelola melalui mini-app siSCAMling di aplikasi MyTelkomsel.
6. Edukasi dan pelaporan: Menyediakan materi edukasi modus terkini dan kanal pelaporan untuk membantu perbaikan model secara berkelanjutan.
"Dengan adanya siSCAMling, tentu kami ingin menghadirkan rasa aman yang nyata agar pelanggan tetap produktif dan fokus pada aktivitas digitalnya," kata Direktur Utama Telkomsel Nugroho.
Selain itu, pria lulusan Teknik Elektro ITB itu mengingatkan jika fenomena AI bubble atau gelembung kecerdasan buatan mulai ramai dibicarakan seiring meningkatnya investasi global di industri ini.
Ia menilai kemunculan potensi bubble merupakan sesuatu yang lazim dalam siklus perkembangan teknologi.



