Jakarta (ANTARA) - Menteri Transmigrasi (Mentrans) M. Iftitah Sulaiman Suryanagara menegaskan komitmen pihaknya untuk menindaklanjuti hasil kajian akademis (riset) Tim Ekspedisi Patriot (TEP) sebagai rekomendasi dalam penyusunan program pemerintah ke depan, terutama dalam merealisasikan visi Transmigrasi 5.0.
Ia menuturkan, peran dunia akademik sangat vital dalam agenda transformasi transmigrasi, karena TEP bukan sekadar program pengabdian masyarakat, tapi juga merupakan sebuah jembatan strategis yang menghubungkan kajian ilmiah perguruan tinggi dengan eksekusi kebijakan pemerintah.
"Inti dari Transmigrasi 5.0 adalah revitalisasi dan transformasi. Pendekatan kami hari ini adalah membuat lahan yang tidak produktif menjadi produktif melalui peran kampus, termasuk penerapan teknologi tepat guna," ucap M. Iftitah Sulaiman Suryanagara dalam keterangan resminya yang diterima di Jakarta, Minggu.
Ia mengatakan, langkah tersebut diambil sebagai respons terhadap tantangan pengelolaan kawasan transmigrasi yang selama ini kerap terkendala oleh kurangnya basis data yang akurat.
Dengan menjadikan kawasan transmigrasi sebagai living lab atau laboratorium hidup, ilmu pengetahuan yang dikembangkan di universitas dapat diterapkan langsung di lapangan.
Salah satunya laporan Tim Ekspedisi Patriot Universitas Gadjah Mada (UGM) yang mencakup pemetaan potensi lahan berbasis data dan teknologi, mitigasi kebencanaan, hingga rekomendasi pemanfaatan ruang yang selaras dengan kebutuhan masyarakat dan arah pembangunan nasional.
Iftitah menyatakan bahwa kebijakan yang berbasis pada ilmu pengetahuan (science-based policy) akan meminimalisir risiko kegagalan program dan memastikan anggaran negara terserap untuk kegiatan yang berdampak nyata, sehingga program Ekspedisi Patriot tersebut juga merupakan bentuk investasi pemerintah bagi kesejahteraan masyarakat.
Ia mengungkapkan, laporan TEP tidak hanya akan ditindaklanjuti oleh pemerintah, tapi juga melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk investor.
Ia menuturkan, hasil riset tersebut akan digunakan untuk memetakan potensi kawasan yang siap ditawarkan kepada investor agar dapat menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru yang inklusif dan berkelanjutan.
Iftitah menyampaikan, melalui langkah tersebut, program transmigrasi dapat menjadi salah satu solusi pemerintah dalam menghadapi tantangan bonus demografi.
Dengan data dari para peneliti TEP, pihaknya optimistis dapat mengembangkan kawasan transmigrasi yang tidak hanya layak huni, tapi juga berdaya saing ekonomi tinggi.
"Kalau hasil riset kampus dimanfaatkan oleh investor dan mampu membuka lapangan kerja, di situlah karya cipta tertinggi (dihasilkan oleh) perguruan tinggi. Masyarakat lokal harus menjadi tuan rumah pembangunan di negerinya sendiri," ujarnya.
Baca juga: Tim Ekspedisi Patriot UI rekomendasi komoditas di Belantikan Raya
Baca juga: Hasil kajian patriot landasi pembangunan transmigrasi Palolo Sigi
Baca juga: Kementrans: TEP perkuat riset pengembangan kawasan transmigrasi di NTT
Ia menuturkan, peran dunia akademik sangat vital dalam agenda transformasi transmigrasi, karena TEP bukan sekadar program pengabdian masyarakat, tapi juga merupakan sebuah jembatan strategis yang menghubungkan kajian ilmiah perguruan tinggi dengan eksekusi kebijakan pemerintah.
"Inti dari Transmigrasi 5.0 adalah revitalisasi dan transformasi. Pendekatan kami hari ini adalah membuat lahan yang tidak produktif menjadi produktif melalui peran kampus, termasuk penerapan teknologi tepat guna," ucap M. Iftitah Sulaiman Suryanagara dalam keterangan resminya yang diterima di Jakarta, Minggu.
Ia mengatakan, langkah tersebut diambil sebagai respons terhadap tantangan pengelolaan kawasan transmigrasi yang selama ini kerap terkendala oleh kurangnya basis data yang akurat.
Dengan menjadikan kawasan transmigrasi sebagai living lab atau laboratorium hidup, ilmu pengetahuan yang dikembangkan di universitas dapat diterapkan langsung di lapangan.
Salah satunya laporan Tim Ekspedisi Patriot Universitas Gadjah Mada (UGM) yang mencakup pemetaan potensi lahan berbasis data dan teknologi, mitigasi kebencanaan, hingga rekomendasi pemanfaatan ruang yang selaras dengan kebutuhan masyarakat dan arah pembangunan nasional.
Iftitah menyatakan bahwa kebijakan yang berbasis pada ilmu pengetahuan (science-based policy) akan meminimalisir risiko kegagalan program dan memastikan anggaran negara terserap untuk kegiatan yang berdampak nyata, sehingga program Ekspedisi Patriot tersebut juga merupakan bentuk investasi pemerintah bagi kesejahteraan masyarakat.
Ia mengungkapkan, laporan TEP tidak hanya akan ditindaklanjuti oleh pemerintah, tapi juga melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk investor.
Ia menuturkan, hasil riset tersebut akan digunakan untuk memetakan potensi kawasan yang siap ditawarkan kepada investor agar dapat menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru yang inklusif dan berkelanjutan.
Iftitah menyampaikan, melalui langkah tersebut, program transmigrasi dapat menjadi salah satu solusi pemerintah dalam menghadapi tantangan bonus demografi.
Dengan data dari para peneliti TEP, pihaknya optimistis dapat mengembangkan kawasan transmigrasi yang tidak hanya layak huni, tapi juga berdaya saing ekonomi tinggi.
"Kalau hasil riset kampus dimanfaatkan oleh investor dan mampu membuka lapangan kerja, di situlah karya cipta tertinggi (dihasilkan oleh) perguruan tinggi. Masyarakat lokal harus menjadi tuan rumah pembangunan di negerinya sendiri," ujarnya.
Baca juga: Tim Ekspedisi Patriot UI rekomendasi komoditas di Belantikan Raya
Baca juga: Hasil kajian patriot landasi pembangunan transmigrasi Palolo Sigi
Baca juga: Kementrans: TEP perkuat riset pengembangan kawasan transmigrasi di NTT


:strip_icc()/kly-media-production/medias/5451530/original/096587700_1766306322-IMG_4944.jpeg)
