FAJAR, MAKASSAR — PSM Makassar harus menelan pil pahit di hadapan publiknya sendiri. Tampil dengan kekuatan terbaik dan membawa kepercayaan diri tinggi, Pasukan Ramang justru takluk 0-1 dari Malut United pada laga pekan ke-15 Super League yang digelar di Stadion Gelora B. J. Habibie, Parepare, Minggu sore.
Kekalahan ini terasa menyakitkan karena terjadi saat PSM sedang berada dalam tren positif, sekaligus membuka mata bahwa persaingan musim ini benar-benar tak mengenal kompromi.
Gol tunggal kemenangan Malut United dicetak oleh David Aparecido Da Silva lewat gol cepat pada menit kedua pertandingan. Gol tersebut lahir dari skema serangan awal yang efektif dan memanfaatkan celah konsentrasi di lini pertahanan PSM.
Baru saja laga dimulai, publik Parepare dibuat terdiam ketika David berhasil menuntaskan peluang dan membawa tim tamu unggul cepat.
Gol kilat itu langsung mengubah dinamika pertandingan.
PSM yang sejak awal diprediksi bakal mendominasi permainan terpaksa mengejar ketertinggalan sepanjang laga. Sementara Malut United tampil semakin percaya diri, bermain disiplin, dan mengandalkan transisi cepat untuk meredam tekanan tuan rumah.
Kekalahan ini terasa kontras dengan ekspektasi sebelum pertandingan. PSM Makassar datang ke laga ini dengan modal yang cukup meyakinkan. Skuad asuhan Tomas Trucha hanya menelan satu kekalahan dalam tujuh laga kandang terakhir, menjadikan Stadion Gelora B. J. Habibie sebagai benteng yang sulit ditembus lawan.
Selain itu, lini serang Juku Eja juga tengah tajam. Dalam lima pertandingan terakhir, PSM mencetak total 12 gol yang dihasilkan oleh delapan pemain berbeda, sebuah bukti bahwa variasi serangan mereka cukup merata.
Namun semua catatan positif itu seakan tak berarti ketika berhadapan dengan Malut United yang tampil sangat efektif. Tim berjuluk Laskar Kie Raha menunjukkan mengapa mereka dikenal sebagai salah satu tim dengan performa tandang terbaik musim ini.
Sejak awal, pelatih Malut United, Hendri Susilo, memang telah mewanti-wanti anak asuhnya bahwa laga di Parepare bukan tugas ringan. Ia menekankan pentingnya konsistensi, fokus, dan kerja keras ekstra untuk menghadapi PSM yang sedang on fire.
“Pertandingan melawan PSM menuntut konsistensi. Pelatih dan pemain harus berjuang karena tim tuan rumah juga memiliki tren positif,” ujar Hendri Susilo dalam konferensi pers jelang laga, Sabtu.
Ucapan itu terbukti bukan sekadar retorika. Meski harus tampil tanpa dua pemain penting—Gustavo Franca yang absen karena akumulasi kartu dan Yakob Sayuri yang terkena sanksi Komisi Disiplin—Malut United tetap tampil solid. Hendri Susilo mampu memaksimalkan kedalaman skuad yang dimilikinya, menunjukkan bahwa kekuatan tim tidak bertumpu pada satu atau dua pemain saja.
“Kami fokus ke persiapan tim sendiri. Tim pelatih sudah mempersiapkan segala situasi yang bisa terjadi di pertandingan,” kata Hendri.
Statistik juga berbicara banyak. Malut United datang ke Parepare dengan catatan tak terkalahkan dalam delapan pertandingan terakhir—enam kemenangan dan dua hasil imbang. Dari tujuh laga tandang terakhir, mereka mencatatkan empat kemenangan, dua imbang, dan hanya satu kekalahan.
Raihan tersebut menjadikan Malut United sebagai tim dengan poin tandang terbanyak kedua di liga, hanya kalah dari Persija Jakarta.
Karakter sebagai tim “jago tandang” itu kembali terlihat jelas. Setelah unggul cepat, Malut United bermain disiplin, rapat dalam bertahan, dan sabar menunggu momen.
PSM berusaha menekan lewat penguasaan bola dan serangan dari berbagai sisi, namun penyelesaian akhir menjadi masalah. Beberapa peluang tercipta, tetapi tak ada yang benar-benar mampu menembus ketatnya pertahanan Malut United.
Gelandang Malut United, Taufik Rustam, sebelumnya juga telah menegaskan kesiapan tim. Ia menyebut seluruh pemain datang ke Parepare dengan motivasi besar untuk membawa pulang poin maksimal. Mentalitas itulah yang akhirnya menjadi pembeda di lapangan.
Kekalahan ini membuat posisi PSM Makassar di klasemen kian tertahan.
Juku Eja tetap berada di papan tengah dengan koleksi poin yang belum mampu memangkas jarak signifikan dengan tim-tim di atasnya. Sebaliknya, Malut United semakin kokoh di papan atas, bertengger di peringkat keempat dengan 25 poin dari 13 laga, menegaskan status mereka sebagai kuda hitam berbahaya musim ini.
Di luar hasil pertandingan, laga ini juga diwarnai pesan penting soal sportivitas. Hendri Susilo sebelumnya menegaskan harapannya agar pertandingan berjalan tanpa ujaran rasis atau tindakan yang mencederai nilai-nilai sepak bola.
“Keindahan sepak bola tidak boleh dinodai dengan tindakan rasisme. Kita harus respek kepada sesama bangsa dan lebih dewasa menyikapi permasalahan ini,” tegasnya.
Dengan performa tandang yang solid, mental juara, serta organisasi tim yang rapi, Malut United membuktikan diri layak diperhitungkan. Sementara bagi PSM Makassar, kekalahan ini menjadi alarm penting bahwa konsistensi dan fokus sejak menit awal adalah harga mati jika ingin bersaing di papan atas Super League musim ini.





