Memasuki pekan keempat pasca banjir bandang dan tanah longsor, kebutuhan air bersih dan sanitasi masih menjadi persoalan mendesak bagi warga Desa Bandar Khalifa, Kabupaten Aceh Tamiang.
Secara umum, percepatan perbaikan pasca bencana di Aceh Tamiang terus dilakukan. Bantuan logistik berupa bahan pokok, makanan, dan pakaian juga rutin berdatangan. Namun, warga setempat masih mengeluhkan sulitnya akses terhadap air bersih dan fasilitas MCK yang belum merata di beberapa titik.
Baca Juga :
Banjir di Keerom Surut, Brimob Polda Papua Salurkan Air Bersih
Di Desa Bandar Khalifa, tidak terlihat adanya fasilitas MCK atau toilet darurat. Kepala desa setempat pun membenarkan bahwa hingga pekan keempat pascabencana, fasilitas sanitasi dan air bersih belum tersedia. Lebih dari 300 kepala keluarga terdampak di desa ini, dan sebagiannya masih tinggal di tenda pengungsian.
Mereka kesulitan memenuhi kebutuhan dasar, seperti minum, mencuci, memasak, dan kebersihan pribadi. Seorang warga bahkan menceritakan bahwa mereka terpaksa pergi ke lahan perkebunan sawit untuk menggali lubang sebagai tempat buang air. Kondisi ini dinilai berpotensi menimbulkan masalah kesehatan dan perlu segera mendapat perhatian pemerintah.
Pemerintah pusat sebelumnya telah membenarkan terkait adanya hambatan pendistribusian air bersih di Aceh akibat kerusakan sistem perpipaan dan tercemarnya sumber air. Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo menyampaikan akan mempercepat pembangunan sumur bor di Provinsi Aceh, khususnya di Aceh Tamiang, dengan total 209 titik.
Kepala Desa Bandar Khalifa juga menyebut telah dihubungi anggota Polri untuk pendataan titik sumur bor. Pembangunan sumur disebut akan diprioritaskan di rumah ibadah terlebih dahulu. Pihak desa menyatakan akan terus memantau percepatan perbaikan, termasuk pembangunan sumur bor untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga.
(Nada Nisrina)




