JAKARTA, KOMPAS.com — Perubahan di sebuah kampung padat di Jakarta Timur ini tidak ditandai dengan bangunan baru atau proyek fisik berskala besar.
Tak ada jalan yang dilebarkan, tembok yang dirobohkan, atau fasilitas megah yang diresmikan. Namun, warga merasakan perubahan nyata dalam keseharian mereka, yaitu udara yang lebih bersih, tanpa kepulan asap rokok.
Selama bertahun-tahun, asap rokok menjadi bagian tak terpisahkan dari ritme hidup kampung. Pagi hari diisi obrolan sambil menyeruput kopi dan menyalakan rokok. Sore hari, kebiasaan itu terulang ketika warga berkumpul, berbincang, dan melepas lelah sepulang kerja.
Asap mengepul tanpa pernah benar-benar dipikirkan ke mana arahnya dan siapa saja yang menghirupnya.
Baca juga: 6 Tahun Menjaga Kampung Tanpa Asap Rokok di Matraman, Perjuangan yang Tak Mudah
var endpoint = 'https://api-x.kompas.id/article/v1/kompas.com/recommender-inbody?position=rekomendasi_inbody&post-tags=kawasan bebas asap rokok, indepth, kampung bebas asap rokok, in depth, perubahan perilaku warga, udara lebih segar&post-url=aHR0cHM6Ly9tZWdhcG9saXRhbi5rb21wYXMuY29tL3JlYWQvMjAyNS8xMi8yMi8xMTU1NDM3MS9jZXJpdGEta2FtcHVuZy1iZWJhcy1hc2FwLXJva29rLWRpLW1hdHJhbWFuLW1lbGF3YW4tcmVmbGVrcy1zYWF0LW5nb3Bp&q=Cerita Kampung Bebas Asap Rokok di Matraman: Melawan Refleks Saat Ngopi dan Nongkrong§ion=Megapolitan' var xhr = new XMLHttpRequest(); xhr.addEventListener("readystatechange", function() { if (this.readyState == 4 && this.status == 200) { if (this.responseText != '') { const response = JSON.parse(this.responseText); if (response.url && response.judul && response.thumbnail) { const htmlString = `Ketika wacana kawasan bebas asap rokok mulai diterapkan, sebagian warga pun ragu kebiasaan lama itu bisa berubah. Rokok sudah terlanjur lekat dengan kehidupan sehari-hari.
Namun, aturan yang lahir dari kesepakatan bersama itu perlahan mengubah wajah kampung.
Sebelum ada aturanBagi warga lanjut usia, keberadaan asap rokok bukan sekadar persoalan kenyamanan, melainkan menyangkut kesehatan dan ruang hidup yang semakin terbatas. Di usia yang tidak lagi muda, tubuh menjadi lebih sensitif terhadap udara yang tercemar.
Seorang warga lansia, Wakinem (70), menggambarkan situasi tersebut sebagai sesuatu yang selama ini dianggap wajar, meski diam-diam memberatkan.
“Dulu hampir tiap hari, pagi-pagi orang ngopi sambil nerokok, sore nongkrong juga rokok. Kadang kalau lagi duduk di teras, asap rokok ke mana-mana," katanya saat ditemui di kawasan RW 06, Kelurahan Kayu Manis, Matraman.
"Saya kan sudah tua, batuk-batuk juga. Mau negur juga sungkan, namanya tetangga," imbuh dia.
Baca juga: Raperda KTR Tegas Larang Rokok Dijual Dekat Sekolah dan Tempat Bermain Anak
Antara senang dan raguKetika aturan kawasan bebas asap rokok mulai diperkenalkan, respons warga tidak sepenuhnya seragam. Ada harapan akan lingkungan yang lebih sehat, tetapi juga keraguan apakah perubahan perilaku benar-benar bisa terjadi.
Perasaan campur aduk itu dirasakan Wakinem, yang sebelumnya kerap terpapar asap rokok.
“Senang karena kalau beneran jalan enak orang tua sama anak-anak. Tapi ragu, masa orang-orang mau nurut, wong rokok sudah kebiasaan dari dulu. Banyak yang ngomel juga (awal-awal)," ungkapnya.
Seiring waktu, perubahan mulai terasa, terutama dari hal paling sederhana, yaitu udara. Bagi Wakinem yang sehari-hari banyak beraktivitas di sekitar rumah, kualitas udara menjadi indikator paling nyata dari keberhasilan aturan tersebut.
“Itu udaranya. Sekarang kalau duduk di luar rumah, enggak kecium bau rokok. sudah jarang yang nyalain rokok sembarangan," katanya.





