Emiten kongsi grup Bakrie–Salim, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) bakal kebanjiran emas dan tembaga pada 2026. BUMI kini menguasai 64,98% saham tambang emas Jubilee Metals Limited (JML) dan 100% saham tambang tembaga Wolfram Limited.
Presiden Direktur Bumi Resources Adika Nuraga Bakrie menyampaikan, JML diperkirakan mulai melakukan kegiatan penambangan pada Juli 2026 dan menargetkan produksi sebesar 9,89 ribu ons emas pada tahun depan.
Ia mengatakan, JML menjadi aset emas berkadar tinggi yang siap berproduksi dalam waktu dekat dan memiliki potensi kenaikan signifikan. Tambang ini juga akan melengkapi platform tembaga yang diperoleh BUMI melalui akuisisi Wolfram.
“Kombinasi kedua aset ini memperkuat roadmap diversifikasi BUMI dan meningkatkan kemampuan kami dalam menghasilkan kinerja yang stabil lintas siklus komoditas,” kata Adika dalam keterangannya, dikutip Senin (22/12).
Menurut Adika, akuisisi JML juga sejalan dengan strategi diversifikasi jangka panjang BUMI yang menargetkan komposisi EBITDA terkonsolidasi berimbang 50:50 antara batu bara termal dan aset non-batu bara termal pada 2031.
Menurut dia, transformasi ini bertujuan memperkuat ketahanan perseroan, mengurangi ketergantungan pada satu siklus komoditas, serta memposisikan BUMI untuk tumbuh di tengah transisi energi global.
Adika juga menyebut, Wolfram Limited yang telah diakuisisi penuh oleh BUMI memberikan akses terhadap sumber daya tembaga yang signifikan dan memperluas kehadiran Perseroan di koridor tembaga–emas Australia. Wolfram ditargetkan kembali beroperasi pada Juni 2026 dan diperkirakan menghasilkan 9.334 ton tembaga ekuivalen pada 2026.
Selain itu, menurut dia, anak usaha BUMI, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), menargetkan produksi emas sekitar 80.000 ons pada 2026. Target tersebut meningkat dibandingkan proyeksi produksi 2025 yang berada di kisaran 68.000 ons hingga 72.000 ons. Seluruh target produksi emas tersebut berasal dari tambang emas Palu di Sulawesi yang dioperasikan oleh anak usaha PT Citra Palu Minerals.
PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) dan entitas anak usahanya PT Citra Palu Minerals (CPM) sebelumnya telah meneken fasilitas pinjaman sindikasi jangka panjang dari perbankan senilai US$ 625 juta atau sekitar Rp 10,44 triliun (kurs Rp 16.709 per dolar AS). Pinjaman ini diperoleh dari Bangkok Bank Public Company Limited, PT Bank Permata Tbk (BNLI), PT Bank Mega Tbk (MEGA) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Chief Financial Officer sekaligus Direktur BRMS Charles Gobel menjelaskan, fasilitas pinjaman terdiri dari dua bagian. Fasilitas bagian pertama, sebesar US$ 425 juta akan digunakan oleh anak usahanya CPM. Sedangkan bagian kedua sebesar US$ 200 juta digunakan untuk kebutuhan BRMS. Adapun fasilitas sebesar US$ 425 juta akan digunakan CPM untuk tiga kebutuhan utama.
Pertama, dana tersebut digunakan untuk menyelesaikan konstruksi tambang emas bawah tanah pada kuartal ketiga 2027 dan meningkatkan kapasitas pabrik pengolahan emas Carbon In Leach (CIL) pertama dari 500 ton menjadi 2.000 ton per hari pada kuartal keempat 2026.
Kedua, fasilitas tersebut akan mendukung kebutuhan modal kerja dan belanja modal CPM. Ketiga, digunakan untuk melunasi pinjaman sebelumnya senilai US$ 120 juta dari Bank Mega.
Adapun fasilitas bagian kedua senilai US$ 200 juta kepada BRMS akan dialokasikan untuk ekspansi tiga anak usahanya. Dana tersebut akan digunakan untuk pembiayaan eksplorasi di tiga entitas, yaitu PT Gorontalo Minerals (GM) untuk meningkatkan sumber daya dan cadangan tembaga, PT Linge Mineral Resources (LMR) untuk memperkuat cadangan emas dan perak di Aceh, serta PT Suma Heksa Sinergi (SHS) untuk eksplorasi lanjutan emas dan perak di Lebak, Banten.
“Fasilitas pinjaman tersebut memiliki jangka waktu 6 tahun (termasuk grace period sekitar 10 bulan). Pinjaman tersebut akan jatuh tempo pada 31 Desember 2031,” kata Charles dalam keterangan resmi dikutip Senin (24/11).
Direktur Utama BRMS Agus Projosasmito mengatakan, pembiayaan ini akan membantu perseroan mencapai tiga sasaran utama. Pertama, pendanaan diperlukan untuk meningkatkan kapasitas pabrik emas CPM di Palu menjadi 2.000 ton per hari yang ditargetkan rampung pada Oktober 2026.
Peningkatan kapasitas ini diproyeksikan mendongkrak produksi emas pada kuartal IV 2026. Kedua, fasilitas pinjaman tersebut akan digunakan untuk penyelesaian konstruksi tambang emas bawah tanah di Palu.
Agus mengatakan, tambang tersebut memiliki prospek signifikan dengan kadar emas tinggi sekitar 4,9 gram per ton (g/t), sehingga produksi emas BRMS akan meningkat tajam pada semester II 2027. Ketiga, dana juga dialokasikan untuk kegiatan pengeboran dan eksplorasi di Gorontalo dalam 18 bulan ke depan. BRMS menargetkan peningkatan cadangan tembaga dan berencana mengumumkan hasil pengeboran tersebut pada semester I 2027.


:strip_icc()/kly-media-production/medias/5451664/original/097692400_1766326361-152533cb-8ac9-4f95-80e8-c911bb377c8d.jpeg)

