Jadi Pemasok MBG, Perajin Tempe di Madiun Raup Omzet Jutaan Rupiah per Hari

suara.com
2 jam lalu
Cover Berita
Baca 10 detik
  • Sejak Juli, pemasok tempe Madiun, Muhammad Husni, mampu memasok 150 kg tempe sehari dengan omzet jutaan rupiah.
  • Peningkatan permintaan memaksa Husni menambah mesin produksi sekaligus membuka lapangan kerja bagi beberapa tetangganya.
  • Limbah kulit kedelai hasil produksi tempe kini dimanfaatkan sebagai pakan ternak bagi peternak di sekitar desa.

Suara.com - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi berkah tersendiri bagi pemasok tempe di Madiun, Muhammad Husni. Sejak menjadi pemasok tempe pada pertengahan Juli lalu, pria beranak dua itu merasa kehidupannya menjadi lebih baik.

Ia kini mampu memasok hingga 150 kilogram tempe setiap hari ke dapur MBG dengan omzet lebih dari satu juta rupiah per hari.

“Sekarang ini dalam sehari saya bisa memasok 150 kilogram tempe. Kalau diuangkan ya sekitar satu juta lebih dalam sehari. Alhamdulillah, pembayaran juga lancar,” kata Husni di pabrik tempe miliknya di Desa Mojorejo, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun, Jawa Timur.

Meningkatnya permintaan membuat Husni menambah sejumlah mesin produksi untuk mempercepat proses pembuatan tempe. Ia juga membuka lapangan pekerjaan dengan mempekerjakan beberapa tetangganya yang sebelumnya tidak memiliki pekerjaan tetap.

“Sebagai warga yang pada dasarnya kurang mampu, saya merasa senang bisa membantu tetangga-tetangga saya sendiri,” ucapnya.

Tak hanya mempekerjakan para tetangga, Husni juga merasa senang karena bisa membantu para peternak sapi dan kambing di desanya untuk memanfaatkan limbah kulit kedelai sisa pembuatan tempe. Limbah kulit kedelai itu dimanfaatkan sebagai pakan ternak.

“Kulit kedelai itu dipakai untuk mengganti konsentrat. Ternak mereka menjadi lebih cepat gemuk,” katanya.

Husni juga merasa bangga karena bisa berbagi ilmu. Saat ini, dirinya kerap dimintai saran oleh perajin tempe lainnya tentang cara meningkatkan kualitas tempe agar bisa menjadi pemasok di Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG). Ia pun sering mendapat tawaran untuk bekerja sama.

“Sekarang ini banyak orang nanya, bagaimana caranya jadi pemasok MBG. Jadi banyak yang konsultasi,” ujarnya.

Baca Juga: Jadi Pemasok MBG, Omzet Petani Hidroponik di Madiun Naik 100 Persen

Husni berharap Program Makan Bergizi Gratis dapat terus berlanjut. Selain meningkatkan kesejahteraannya, ia melihat langsung dampak positif program tersebut bagi anak-anak di lingkungannya, termasuk kedua anaknya sendiri.

“Di sini kan banyak anak dari keluarga tidak mampu, jadi tidak punya uang jajan. Tapi dengan adanya MBG, semua bisa merata,” ujarnya.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Kabar Baik! Daniel dan Ester Sudah Pulih dari Cedera
• 5 jam lalumedcom.id
thumb
Komdigi Luncurkan Kanal Informasi Mudikpedia Nataru
• 4 jam laluidntimes.com
thumb
PLN Galang Dana Bantuan Sumatera Sambil Cek Kesiapan SPKLU Hadapi Nataru, Terkumpul Rp 149 Juta Lebih
• 14 jam laluviva.co.id
thumb
Banjir Lahar Dingin Semeru Putuskan Akses Jalan, Aktivitas Warga Jugosari Terganggu
• 3 jam lalukompas.tv
thumb
Miris! IDAI Laporkan Bayi Usia 3 Hari Jadi Korban Jiwa dalam Bencana Banjir Bandang di Aceh
• 2 jam laludisway.id
Berhasil disimpan.