jpnn.com, JAKARTA - Menjadi seorang ibu adalah perjalanan penuh kebahagiaan, tetapi data terbaru menunjukkan ada tantangan besar yang membayangi.
Berdasarkan data Cek Kesehatan Gratis (CKG) Kementerian Kesehatan RI pada Oktober 2025, sebanyak 8,5% ibu hamil di Indonesia terindikasi memiliki potensi depresi.
BACA JUGA: Nutrisi Bagi Anak-Anak Tekan Biaya Rumah Sakit hingga 4 Kali Lipat
Angka ini sangat mengkhawatirkan karena mencapai 8 kali lipat lebih tinggi dibandingkan angka kejadian depresi pada populasi dewasa secara umum. Fenomena ini menjadi pengingat bahwa di balik unggahan manis di media sosial, banyak ibu yang sedang berjuang melawan tekanan mental dan fisik.
Psikolog Klinis Dewasa, Jennyfer, M.Psi., mengungkapkan bahwa ibu dari generasi Gen Z cenderung lebih terbuka menyuarakan perasaan mereka. Namun, paparan informasi yang berlebihan di media sosial sering kali menciptakan standar "ibu ideal" yang tidak realistis, sehingga memicu rasa cemas dan kewalahan (overwhelmed).
BACA JUGA: Pemerintah, IBI, dan Kalbe Nutritionals Perkuat Peran Bidan-Edukasi Nutrisi
"Yang dibutuhkan para ibu bukan sekadar informasi, tapi juga emotional validation; rasa dimengerti dan didukung. Perasaan takut, cemas, hingga sedih saat hamil adalah hal normal dan valid," jelas Jennyfer, Senin (22/12).
Ia juga menekankan pentingnya peran pasangan sebagai co-parent untuk menurunkan risiko baby blues. Selain aspek mental, kondisi fisik ibu hamil di Indonesia juga memerlukan perhatian serius.
BACA JUGA: Nutrisius Dukung Tren Gaya Hidup Sehat Lewat Inovasi Minuman Bernutrisi
"Tidak ada perempuan yang sempurna, tetapi setiap moms berhak merasa didukung. Moms cukup fokus menjalani peran dengan versi terbaik diri sendiri, bukan versi ideal menurut orang lain,” ujarnya.
Di sisi lain, data Medical Journal of Indonesia (2017) mengungkap 80% ibu hamil kekurangan asupan protein. Sementara itu, Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 mencatat 3 dari 10 ibu hamil mengalami anemia dan 17% berisiko Kurang Energi Kronik (KEK).
Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan, dr. Muhammad Fadli, Sp.OG, menegaskan bahwa nutrisi adalah investasi awal sejak masa persiapan kehamilan (promil).
“Asupan Protein, Asam Folat, DHA, Zat Besi, dan Kalsium sangat krusial. Nutrisi yang tidak terpenuhi dapat meningkatkan risiko bayi lahir prematur dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR),” tuturnya.
Dokter Fadli juga menambahkan bahwa kombinasi Protein dan Vitamin B6 efektif meredakan morning sickness pada trimester pertama. Persiapan yang matang di fase ini menjadi fondasi agar janin dapat bertumbuh optimal sejak detik pertama pembuahan.
Memasuki masa kehamilan, tantangan fisik moms juga meningkat. Protein, Asam Folat, DHA, Zat Besi, dan Kalsium yang cukup adalah wajib untuk menjaga stamina ibu sekaligus mendukung tumbuh kembang janin.
“Hal ini juga merupakan langkah preventif yang krusial untuk memastikan proses kehamilan berjalan optimal hingga persalinan, sekaligus menekan risiko bayi lahir prematur dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR),” tambah dr. Fadli.
Merayakan Hari Ibu Nasional, Prenagen hadir sebagai support system melalui kampanye #SiapaTakutJadiIbu. Kampanye ini bertujuan mendorong percakapan jujur bahwa menjadi ibu memang tidak mudah, tetapi tidak harus dijalani sendirian.
“Moms cukup jadi versi terbaik diri sendiri. Kami mengajak pasangan dan lingkungan untuk lebih suportif menemani langkah perempuan di setiap fase motherhood,” ungkap Business Group Manager Prenagen, Junita.
Telah dipercaya selama lebih dari 40 tahun, produk ini menyediakan rangkaian nutrisi lengkap yang dirancang khusus untuk mudah dicerna dan diserap tubuh, mulai dari masa promil, kehamilan, hingga menyusui. (esy/jpnn)
Redaktur : Budianto Hutahaean
Reporter : Mesyia Muhammad



