PRAKTISI perbankan Mira Rozanna menekankan pentingnya perencanaan keuangan yang matang sebagai fondasi ketenangan hidup. Salah satu langkah awal yang harus dimiliki setiap individu adalah tabungan darurat (emergency saving) yang terpisah dari tabungan harian.
Idealnya, dana darurat disiapkan sebesar tiga hingga enam bulan biaya hidup dan dapat ditempatkan pada instrumen yang relatif aman.
"Seperti deposito agar tidak mudah digunakan," ujarnya dalam diskusi Beautiful Balance Wealth, Wisdom, and Wonderfup Love di Jakarta, Senin (22/12).
Selain dana darurat, Mira juga menegaskan pentingnya proteksi keuangan, baik dalam bentuk perlindungan kesehatan, jiwa, maupun aset seperti rumah dan kendaraan. Proteksi ini berfungsi untuk mengantisipasi risiko tak terduga, seperti sakit kritis atau musibah lainnya. Menurutnya, perencanaan keuangan bukan semata menjaga harta, tetapi juga menjaga martabat, ketenangan, dan rasa aman dalam kehidupan.
Ia menambahkan, risiko bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti, melainkan dikelola.
"Hujan boleh saja turun, tapi kita harus aman dengan pelindung yang ada," tegasnya.
Dalam hal investasi, Mira mengingatkan agar masyarakat memahami profil risiko masing-masing. Ia menjelaskan bahwa perencanaan keuangan idealnya mencakup tiga pilar utama, yakni manajemen arus kas (cashflow management), manajemen risiko (risk management), dan perencanaan investasi (investment planning). Selain itu, masyarakat juga perlu cermat membedakan antara kebutuhan (needs) dan keinginan (wants), serta menyesuaikannya dengan anggaran agar tidak terjadi pemborosan.
"Biaya hidup bisa ditekan, namun yang kerap menjadi mahal adalah gaya hidup yang berlebihan atau bahkan flexing," katanya.
Mira juga menegaskan prinsip dasar investasi adalah risiko dan imbal hasil berjalan beriringan. Semakin besar potensi keuntungan, semakin besar pula risikonya. Karena itu, ia mengingatkan agar masyarakat tidak mudah tergiur investasi yang menjanjikan hasil tinggi dengan risiko rendah.
"Karena itu, tidak ada investasi yang konsisten menawarkan risiko rendah dengan hasil yang tinggi, itu bohong," tegasnya.
Memahami instrumen investasi
Senada dengan hal tersebut, Senior Consultant PT Marx Capital Asia Reita Farianti menyatakan, risiko selalu melekat pada setiap instrumen investasi. Kuncinya adalah memahami dan mengukur risiko sesuai dengan profil investor, apakah agresif, moderat, atau konservatif.
Ia mencontohkan, menyimpan uang tunai tanpa diinvestasikan selama puluhan tahun akan tergerus oleh inflasi, sehingga nilai riil atau daya belinya terus menurun.
"Uang Rp10 juta yang disimpan 20 tahun lalu tanpa diinvestasikan, nilainya tetap Rp10 juta, tetapi daya belinya jauh berkurang. Musuh utamanya adalah inflasi," jelas Reita.
Karena itu, ia menekankan pentingnya memahami instrumen investasi secara menyeluruh agar tidak terjebak tren semata, melainkan membuat keputusan yang bijak dan terukur.
Reita menjelaskan, Marx Capital Asia yang berada di naungan Marx Consulting Group sebagai holding company yang bergerak di bidang layanan profesional, meliputi legal, finansial, dan manajemen bisnis, terus memperluas kiprahnya di Indonesia. Salah satu layanan unggulan grup ini adalah merger dan akuisisi (M&A), serta pendampingan restrukturisasi keuangan, pembentukan perusahaan baru, penyusunan struktur utang, hingga penggalangan dana (fundraising).
Pihaknya berharap dapat memenuhi kebutuhan para investor, baik dari dalam negeri maupun kawasan Asia Tenggara, seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan layanan konsultasi bisnis dan keuangan yang komprehensif.
"Semoga kehadiran kami mampu memenuhi kebutuhan para investor," pungkas Reita. (Ins/E-1)




