Yogyakarta: Sebanyak 1.296 mahasiswa di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang keluarganya terdampak banjir dan longsor di Aceh, Sumatra Barat, dan Sumatra Utara, memperoleh bantuan. Bantuan itu berupa biaya hidup (living cost) untuk enam bulan.
Hasil validasi data yang dilakukan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Dikpora) DIY hingga 19 Desember lalu, 1.296 mahasiswa berasal dari 52 perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS) yang berhak menerima manfaat. Setiap mahasiswa akan menerima bantuan sebesar Rp300 ribu per bulan.
"Kami berpartisipasi agar tujuan mereka datang ke Jogja untuk belajar itu tidak putus di tengah jalan. Nyatanya, dari pengalaman yang ada, semua bisa menyelesaikan pendidikannya karena beban itu kita tanggung bersama," kata Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, di Yogyakarta, Senin, 22 Desember 2025.
Baca Juga :
Harta dan Kedai Bakso Hanyut Tersapu Banjir, Nariazulmi Pasrah Memulai dari NolSekretaris Daerah (Sekda) Pemerintah DIY, Ni Made Dwi Panti Indrayanti, mengatakan 52 perguruan tinggi telah membantu proses validasi data dalam waktu cukup singkat. Ia mengatakan proses validasi data menjadi krusial agar bantuan tepat sasaran dan memenuhi syarat administrasi perbankan.
"Kami sempat melakukan cut-off data pada Jumat lalu. Awalnya kami mendata berdasarkan NIM, namun karena penyaluran melalui rekening BPD DIY membutuhkan NIK, kami bekerja lembur dua hari untuk melengkapinya agar bantuan bisa segera cair," jelas Ni Made.
Sisa lumpur dan kayu yang dibawa saat banjir bandang di Aceh. (Metrotvnews.com/Fajri F)
Menurut dia bantuan logistik berupa beras juga telah dikirimkan Pemerintah DIY ke asrama-asrama Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa (IKPM) asal Sumatra untuk membantu konsumsi sehari-hari mahasiswa. Selain uang saku, kampus-kampus di DIY juga telah berkomitmen memberikan kategorisasi keringanan Uang Kuliah Tunggal (UKT).
"Untuk kategori terdampak berat, UKT dibebaskan. Untuk kategori sedang diberikan potongan 50%, dan kategori ringan 25%. Ini dukungan luar biasa agar beban mahasiswa tidak terlalu berat," ucap Ni Made.
Kondisi sulit dirasakan Azmi, mahasiswa Program Studi Teknik Pertambangan UPN "Veteran" Yogyakarta asal Aceh Tamiang. Ia menyebut keluarganya kehilangan tempat tinggal akibat banjir besar.
"Keluarga saya pedagang di Bukit Temurung. Kemarin banjir sampai seatap rumah. Sekarang semuanya masih mengungsi," kata Azmi.
Meski kiriman dari orang tua terhenti total, Azmi sempat bertahan menggunakan sisa tabungan dan bantuan makan gratis dari pihak kampus. Ia mengaku bantuan yang saat ini didapat sangat berarti bagi keberlanjutan studinya.
"Kepingin balik rumah untuk bantu-bantu, cuma karena ekonomi belum stabil, ya saya berharap bantuan ini bisa untuk menyambung hidup di sini sampai selesai," ujar Azmi.



