Berkontemplasi dalam Kesegaran Lereng Arjuno

kompas.id
7 jam lalu
Cover Berita

Lereng Gunung Arjuno di Jawa Timur tak hanya menyuguhkan bentang alam yang memersona, tetapi juga suasana tenang dan damai, jauh dari ingar bingar. Orang-orang yang mendamba kesegaran dan ketenangan batin akan memilih berlama-lama di tempat itu, di mana waktu seolah berjalan lebih lambat.

Gumpalan awan yang sempat menggelayut di lereng tenggara Gunung Arjuno di Kabupaten Malang, Jawa Timur, memudar tersibak oleh angin, Rabu (10/12/2025). Di tengah hamparan tanaman teh yang menghijau, dua pekerja lelaki dan perempuan baru saja menyelesaikan tugasnya.

Satu orang menuntun sepeda motor. Satu orang lainnya memanggul karung berisi daun teh yang baru saja dipetik, lalu ditaruhnya di tepi jalan. Nantinya, karung-karung itu akan diangkut memakai truk menuju pabrik yang lokasinya di dalam area Kebun Teh Wonosari.

”Monggo pak, kiyambakan (sendirian). Mlampah-mlampah (jalan-jalan) menyusuri kebun teh nggih (ya)?” tanya salah satu dari mereka ramah, sebelum akhirnya berlalu.

Cuaca terik siang itu tak begitu terasa. Semilir angin mendinginkan badan yang mulai basah oleh keringat setelah menapaki jalan berbatu dengan kontur menanjak. Rasa sejuk pun mengalir ke seluruh anggota badan. Kesegaran makin terasa setelah paru-paru menghisap oksigen dalam-dalam.

Tak terasa, langkah demi langkah berhasil menyusul dua wisatawan lain yang kala itu tengah menikmati suasana.

”Sejak tadi kami trekking, lari-lari ringan. Sering, ke sini,” tutur Wildan (17) dan Fabio (17), warga Ketindan, Lawang, tidak jauh dari kebun teh. 

Kedua pelajar SMK di Singosari itu mengaku senang beraktivitas di alam yang masih asri, ketimbang main ke destinasi wisata yang populer. Tempat yang lebih tenang menghadirkan nuansa tersendiri yang tidak didapatkan di pusat keramaian.

Hal yang sama dirasakan Iin Indayati (43), warga Ngijo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, yang siang itu trekking bersama seorang tetangga yang punya hobi pencinta alam. ”Ini kali ketiga saya ke sini,” ucapnya.

Iin mengaku ada beberapa alasan mengapa ia suka jalan kaki di sela-sela hamparan tanaman teh. Pertama, dia menyukai berjalan di alam yang nuansanya serba hijau. Kedua, udaranya masih segar dan tenang jauh dari keramaian. Sembari berolahraga, ia bisa berkontemplasi.

Sebaliknya, Iin tidak suka akan obyek wisata yang ramai dan didatangi banyak orang.

”Di mal, misalnya, selain suasananya ramai juga menguras isi kantong,” tutur Iin yang mulai berjalan kaki dari sekitar Stasiun Lawang. Jarak Stasiun Lawang ke Kebun Teh Wonosari sekitar 7 kilometer melalui jalan aspal menanjak.

Lalu, dari pintu masuk kebun teh,  perempuan paruh baya itu masih harus berjalan 2 km lebih menuju area tengah kebun teh, yang ditandai dengan keberadaan Bukit Kuneer. Bukit ini menjadi salah satu spot favorit penunjung karena pemandangannya yang indah.

Di Bukit Kuneer yang berketinggian 1.250 mdpl itu, pengunjung bisa melihat matahari terbit saat cuaca bersahabat. Beberapa puncak gunung juga bisa terlihat, seperti Semeru di sisi timur, Arjuno-Welirang di barat, dan Panderman-Kawi (Pegunungan Putri Tidur) di sisi selatan. Dari lokasi ini pula, lanskap Kota Malang  terlihat di kejauhan.

Warisan kolonial

Kebuh teh Wonosari berdiri sejak 1875, atau sudah berumur 150 tahun. Berdasarkan laman situs Pemerintah Desa Toyomarto, Kecamatan Lawang, kala itu lahan ini berfungsi sebagai kebun kopi dan kina. Baru pada 1910 pemerintah kolonial Belanda mengubah tanaman kopi dan kina menjadi teh. Setelah Indonesia merdeka baru kebun ini dikelola oleh PTPN XII, yang kini menjadi PTPN 1 Regional 5.

Kawasan Kebun Teh Wonosari mencapai 1.100 hektar, dengan luasan tanaman teh sekitar 500-an hektar. Sisanya berupa tanaman lain, seperti kapuk randu dan vegetasi setempat.

Berbeda dengan kebanyakan industri teh yang menyasar pasar dalam negeri dengan produk teh kemasan, sebagian besar produk Kebun Teh Wonosari ditujukan untuk pasar ekspor, seperti Pakistan dan India yang banyak mengkonsumsi teh hitam. Sisanya baru untuk pasar dalam negeri.

Manajer Kebun Teh Wonosari PTPN 1 Regional 5 Danang Joko Prasetyo, menuturkan, kebun teh ini cocok menjadi lokasi wisata yang bersifat kontemplatif. Jauh dari ingar-bingar keramaian. Mereka yang menyukai ketenangan batin biasa menghabiskan waktu luang di tempat hening seperti ini.

Untuk mendukung proses komtemplasi pengunjung, Kebun Teh Wonosari menyediakan sejumlah fasilitas, mulai dari kafe, hotel dan resor, play ground, persewaan jip, hingga cottage yang berada di tengah hamparan kebuh teh. Hotel Rollaas di Kebun Teh Wonosari memiliki 46 kamar, sedangkan jumlah cottage ada 20 unit yang dibanderol mulai Rp 825.000-Rp 2 juta per unit per malam.

”Untuk tanggal 31 Desember ini kamar hotel sudah penuh terpesan. Sedangkan cottage masih ada beberapa yang kosong namun tidak banyak. Sekitar 60 persen cottage telah terisi. Kebanyakan tamunya dari daerah cuaca panas, seperti Surabaya, Sidoarjo, dan Pasuruan,” ujarnya.

Setiap akhir tahun baik hotel maupun cottage di kebun teh ini selalu penuh. Sedangkan pada akhir pekan biasa okupansi hotel mencapai 50 persen.

”Kalau high season biasanya kami sampai menolak tamu karena penuh. Yang booking biasanya rombongan keluarga besar,” ucapnya.

 Namun opsi pengunjung untuk menginap tidak terbatas pada kamar hotel ataupun cottage. Kemping atau berkemah di area Kebun Teh Wonosari, kata Danang, juga mulai digemari.

”Oh iya, sekarang orang juga suka kemping. Lokasinya yang lagi tren di area Kemping Ground AGP (Arjuno Geo Park). Kalau kemping sendiri ada biaya sewa lahan dan tiket masuk. Kami juga bisa menyediakan tenda, tetapi musti reservasi dulu,” tuturnya.

Para tamu, menurut Danang, datang untuk mencari kedamaian dan ketenteraman. Begitu malam, kondisinya gelap dan sepi sehingga cocok untuk menenangkan diri. Sedangkan saat hujan biasanya berkabut sehingga suasananya terasa makin syahdu.

Selama berada di kebun teh, mereka tidak hanya bisa menikmati suasana alam, melihat aktivitas pemetik teh, tetapi juga bisa melihat aktivitas di pabrik teh. Namun, untuk masuk ke dalam pabrik ada biaya tambahan.

Wonosari di lereng Arjuno tidak hanya menjadi tempat wisata, tetapi juga tempat berkontemplasi, merenung, dan memikirkan banyak hal.

Spot yang menawarkan keheningan semacam ini tak hanya dapat ditemukan di wilayah Kabupaten Malang tetapi juga di Kota Batu.

Beberapa lokasi lainnya, seperti Budug Asu yang berada persisi di samping Kebun Teh Wonosari; hingga kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Raden Soerjo.

Di kawasan Tahura Raden Soerjo, ada sejumlah jalur pendakian pendek dengan elevasi sekitar 1.500 mdpl ke bawah, yang asik untuk trekking dan disukai oleh anak muda.

Sedangkan bagi mereka yang ingin merasakan sensasi pedesaan yang tenteram bisa menikmati agrowisata  seperti petik apel di Desa Tulungrejo, Bumiaji, Kota Batu.

Kebun teh di lereng Gunung Arjuno, dan banyak kawasan pedesaan wisata lainnya di Malang Raya, menawarkan ruang untuk berhenti sejenak, rehat dari keriuhan kota dan mencari keheningan di akhir tahun.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Trump Ngotot Mau Kuasai Greenland, Tunjuk Gubernur Louisiana Jadi Utusan Khusus
• 3 jam lalukumparan.com
thumb
JPMorgan Mau Buka Layanan Perdagangan Kripto untuk Klien Institusional
• 11 jam laluwartaekonomi.co.id
thumb
53 jiwa kehilangan tempat tinggal akibat kebakaran di Gropet Jakbar
• 15 jam laluantaranews.com
thumb
La Ode Darwin Sebut Rapimnas Golkar Perkuat Soliditas Kader untuk Kawal Pemerintahan
• 3 jam lalujpnn.com
thumb
Pulang ke Tim Debutan, Megawati Hangestri Targetkan Titel Juara Back to Back untuk Jakarta Pertamina Enduro
• 15 jam lalutvonenews.com
Berhasil disimpan.