Di pesisir Madura, Jawa Timur, hamparan pasir putih yang selalu tergerus abrasi atau pengikisan pantai perlahan beralih fungsi menjadi penopang ekonomi baru bagi warga Desa Tlangoh.
Kawasan yang sebelumnya identik dengan ancaman pengikisan pantai kini berkembang sebagai destinasi wisata pesisir, seiring upaya mitigasi dan pengelolaan yang melibatkan masyarakat setempat dengan dukungan Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO).
Kepala Desa Tlangoh, Kudrotul, menjelaskan sebelum adanya upaya penanganan abrasi, wilayah pesisir desanya kerap terdampak kenaikan muka air laut, terutama pada rentang Februari hingga Maret. Kondisi tersebut semakin diperparah oleh aliran air dari kawasan perbukitan di sejumlah kecamatan sekitar yang bermuara ke Desa Tlangoh. Sehingga memperbesar tekanan terhadap garis pantai.
“Akhirnya ketika air ini naik di bulan 12 (Desember) sampai bulan 2 (Februari), air gunung itu turun karena di beberapa desa, beberapa juga dari kecamatan lain, ini jalurnya juga masuk dari sini. Akhirnya bertabrakan di tengah. Sehingga abrasi besar di sini,” ujar Kodratul kepada wartawan di Pantai Pasir Putih Tlangoh, Madura, Jawa Timur, Senin (22/12).
Sebagai respons atas persoalan tersebut, PHE WMO memasang Hexareef, struktur buatan berbentuk heksagonal yang berfungsi meredam energi gelombang dan menahan laju abrasi.
Upaya tersebut dilengkapi dengan pembentukan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang mendapatkan pendampingan agar mampu mengelola destinasi secara mandiri. Studi lanjutan yang dilakukan bersama Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) pun menunjukkan hasil positif, dengan laju abrasi berhasil ditekan menjadi sekitar satu hingga dua meter per tahun.
Kodratul menilai dukungan PHE WMO tidak hanya berfokus pada aspek teknis mitigasi, tetapi juga membuka ruang bagi masyarakat untuk membangun ekonomi berbasis potensi lokal melalui sektor pariwisata.
“Dengan adanya PHE WMO yang sudah membantu dan juga memberi ruang untuk kami di sini dengan membantu dengan adanya wisata. Ini agak mengurangi untuk adanya abrasi. Abrasi ini per tahun mencapai 7 meter,” tutur Kodratul.
Meski tantangan alam seperti pasang laut dan limpasan air dari wilayah sekitar masih terus terjadi, berbagai upaya mitigasi dinilai mampu menekan potensi kerugian ekonomi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
“Dengan adanya bantuan berupa Hexa(reef) dan kemudian dengan yang lainnya, toilet, dan juga yang lainnya terkait dengan Hexa, Alhamdulilah ini agak mengurang untuk adanya abrasi,” kata Kodratul.
Ke depan, Pantai Pasir Putih Tlangoh diproyeksikan tidak hanya menjadi tujuan wisata, tetapi juga contoh kerja sama antara korporasi, pemerintah desa, dan masyarakat dalam membangun ekosistem ekonomi pesisir yang lebih baik terhadap risiko lingkungan.
“Mungkin nanti teman-teman Pokdarwis dan juga masyarakat yang di sini, kita bekerja sama untuk ke depannya. Sehingga di wisata kami ini, agar kemudian ini gimana caranya untuk ke depannya ini bisa maju,” tutur Kades.
Salah satu perwakilan Pokdarwis, Zainuddin, menilai seiring meningkatnya popularitas Pantai Pasir Putih Tlangoh, penguatan sumber daya manusia menjadi kebutuhan berikutnya. Katanya, PHE WMO turut mendorong pemberdayaan masyarakat melalui berbagai pelatihan, termasuk dengan menghadirkan tutor nasional untuk meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan destinasi wisata.
“(PHE WMO) pernah mendatangkan tutor nasional ya, Jadi itu untuk memberi pemahaman tentang bagaimana mengelola wisata. Karena wisata ini, peluang orang datang untuk wisata ini sekali,” tutur Zainuddin dalam kesempatan yang sama.
Menurutnya, kehadiran wisata pesisir ini telah memberikan dampak nyata bagi perekonomian warga. Masyarakat yang sebelumnya merantau atau berstatus ibu rumah tangga kini memiliki alternatif mata pencaharian di desa melalui pembukaan UMKM, pengelolaan lahan parkir, hingga aktivitas pendukung wisata lainnya.
“Nah ini membuka lahan pekerjaan ke masyarakat sekitar sampai sini. Dan sampai sekarang kurang lebih 40 untuk UMKM yang di sini. Ini manfaatnya itu sebenarnya,” ujar Zainuddin.
Selain menggerakkan ekonomi warga, pengembangan wisata juga turut mengangkat citra Desa Tlangoh di tingkat daerah. Zainuddin menuturkan pada 2018 desa tersebut sempat meraih penghargaan sebagai desa terbaik kedua di Kabupaten Bangkalan.
“Karena ini salah satu pantai dengan bina Pertamina itu. Tapi ke depan memang ini namanya kan butuh pengembangan ke depan. Tidak cukup seperti ini. Karena tadi disampaikan, semakin ke depan ini persaingan semakin ketat,” sebut Zainuddin.
Berdasarkan catatan PHE WMO, hingga kini sebanyak 395 unit Hexareef telah terpasang di kawasan Pantai Tlangoh. Ke depan, pemasangan struktur mitigasi tersebut akan terus dilanjutkan secara bertahap guna menjaga ketahanan pesisir Madura dari ancaman abrasi. Kapasitasnya masih terbatas sekitar 100 unit per tahun.




