jpnn.com, JAKARTA - Di tengah kesibukan menempuh pendidikan profesi dokter spesialis penyakit dalam, dr. Dhea Andhira meluangkan waktu untuk terjun langsung ke lokasi bencana.
Dia menjadi sukarelawan tenaga kesehatan di lokasi bencana Aceh Tamiang.
BACA JUGA: Kabar Baik, Bantuan Asing untuk Korban Banjir Diizinkan Masuk Aceh
Dokter yang akrab disapa Dhea ini saat ini bertugas di Aceh Tamiang dan memberikan pelayanan kesehatan kepada korban bencana.
Sebagai anggota Bhayangkari Cabang Cilegon, istri dari AKP Gusti Almasri S, Trk, S.IK yang menjabat sebagai Kapolsek KSKP Merak itu merasa terpanggil untuk mengabdi saat bencana melanda Aceh Tamiang. Namun, pengabdian dr. Dhea bukan tanpa tantangan karena harus menghadapi berbagai kasus medis di luar keahliannya sebagai Residen Penyakit Dalam.
BACA JUGA: Pemerintah Fokus Tangani 89 Ribu Hektare Sawah yang Terdampak Banjir di Aceh
"Pengalaman unik yaitu saat ini ditunjuk menjalani satgas sebagai dokter sukarelawan bencana di Aceh Tamiang. Tantangannya yaitu menemukan berbagai kasus pasien di luar bidang penyakit dalam seperti merawat luka bakar, membantu persalinan, pasien anak, dan lainnya," ungkap dr. Dhea dikutip, Selasa (23/12)
Tantangan Tidak Berhenti
Kondisi pascabencana yang serba terbatas memaksanya bekerja dengan segala keterbatasan. Minimnya peralatan medis, fasilitas kesehatan yang rusak, hingga keterbatasan obat-obatan menjadi ujian nyata bagi kompetensinya sebagai tenaga medis.
"Selain itu dihadapi dengan situasi yang sangat terbatas pada saat pasca bencana. Keterbatasan alat, sarana dan obat-obatan," tambahnya.
Perjalanan dr. Dhea di bidang kedokteran dimulai sejak menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional. Kecintaannya pada bidang penyakit dalam lahir dari ketertarikan mendalam terhadap kompleksitas masalah penyakit serta tatalaksana yang dibutuhkan.
"Tertarik dengan masalah penyakit serta tatalaksana pada penyakit di bidang penyakit dalam. Karena dibutuhkan skill dan keterampilan untuk menangani di setiap kasusnya," ungkap dr. Dhea.
Menjalani pendidikan spesialis sambil mengabdi sebagai relawan bencana tentu bukan perkara mudah dr. Dhea mengakui harus pandai mengelola waktu, tenaga, dan mengendalikan stres, terutama ketika berhadapan dengan kasus pasien yang sulit dan mengancam jiwa.
Meski menghadapi berbagai tantangan, lulusan Fakultas Kedokteran UPN kelahiran 11 April 1996 ini memiliki target yang jelas untuk masa depannya.
"Tentunya lulus tepat waktu dan segera mengabdi ke masyarakat. Bisa mengaplikasikan ilmu yang didapat kepada masyarakat," tuturnya.
Keputusan untuk membantu korban bencana di Aceh Tamiang diakui dr. Dhea merupakan upaya untuk merealisasikan sumpah kedokteran yang pernah diucapkannya.
"Saya ingin membuktikan komitmen profesi dengan mengabdi untuk mereka yang sedang dilanda bencana. Semoga ini bisa menolong warga yang sengat membutuhan perawatan medis,” ujar Dhea.(mcr10/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul




