Pernah dengar soal Candi Kedulan di Sleman?
Jika jawabanmu tidak, kamu tidak sendirian. Pasalnya, memang banyak orang tidak tahu soal candi yang satu ini.
Candi Kedulan ditemukan pertama kali pada 1993 oleh penambang pasir. Candi ini bertahun-tahun tergenang air, berubah jadi kolam pemancingan warga, lalu pelan-pelan tenggelam dari perhatian publik.
Kedulan bukan satu-satunya. Di banyak daerah, candi-candi kecil menghadapi nasib yang serupa: gersang, sepi, nyaris dianggap hanya tumpukan batu.
Masalah utamanya bukan cuma soal minimnya pengunjung atau promosi. Lingkungan sekitar candi justru sering tidak terawat. Pagar rendah, patroli yang jarang, bahkan ada pula yang tidak tercatat dalam statistik resmi.
Sando Selogriyo di Magelang, misalnya. Jumlah pengunjungnya anjlok dari 21 ribu (2019) menjadi hanya 222 orang di 2022. Sebuah penurunan yang ekstrem dan jarang dibicarakan.
Karena itulah, banyak pihak yang bertanya soal cara menghidupkan kembali warisan budaya tanpa merusaknya.
Peran Bakti Lingkungan Djarum FoundationMelihat gentingnya persoalan ini, Bakti Lingkungan Djarum Foundation menghadirkan Candi Darling. Gerakan ini dilakukan dengan cara yang berbeda, mereka bukan membangun ulang candi, tetapi memulihkan ekosistem yang dulu menopangnya.
Anak-anak muda dari berbagai daerah, disebut Darling Squad, menanam ribuan flora asli di zona penyangga candi seperti Prambanan, Dieng, Muaro Jambi, hingga Trowulan.
Mereka juga melakukan perawatan intensif agar terbentuk peneduh alami yang melindungi situs.
Nah, kumparan menjelaskannya melalui video berjudul Candi yang Hampir Hilang dari Ingatan, Tapi Diselamatkan Anak Muda.
Video ini mengajak kamu untuk menelusuri candi yang hilang dari memori masyarakat, alasan banyaknya situs kecil terlupakan, hingga bagaimana energi anak muda bisa mengubah itu semua.
Jika kamu punya kepedulian yang sama terhadap sejarah dan lingkungan, atau sekadar penasaran kenapa candi-candi tersebut, bisa tonton videonya hingga selesai, ya!
Hanya di YouTube kumparan!




