FAJAR.CO.ID, MAKASSAR — Pelaksana tugas Ketua DPD I Partai Golkar Sulsel, Muhidin M Said langsung menggelar rapat setelah tiba di Makassar. Rapat berlangsung di Kantor DPD Golkar Sulsel, Selasa, 23 Desember 2025.
Dalam rapat itu, kader Golkar Sulsel, Andi Iskandar Lathief menyampaikan pertanyaan sekaligus pendapatnya mengenai Musda Golkar Sulsel, khususnya terkait kriteria ketua mendatang.
Andi Icul, sapaan Andi Iskandar Lathief awalnya mempertanyakan wacana yang dimunculkan segelintir orang bahwa ketua Golkar Sulsel harus kepala daerah.
Menurut Andi Icul, Golkar Sulsel sudah punya pengalaman dipimpin dua gubernur, yakni Amin Syam dan Syahrul Yasin Limpo. Dan faktanya kata dia, keduanya tidak memberi efek elektroral seperti yang diharapkan.
Kedua, kalau kepala daerah yang mau memimpin Golkar Sulsel itu berasal dari level tingkat dua, maka ia menilai akan jauh lebih berat dan sulit untuk berharap banyak pada kepemimpinan mereka kelak.
“Contoh kita sudah alami kemarin (periode kepengurusan sebelumnya), kita malah kehilangan kursi Ketua DPRD Sulsel,” tegasnya.
Mengapa itu bisa terjadi? Andi Icul menilai bahwa hal tersebut karena kepala daerah di level kabupaten dan kota daya jangkaunya sudah pasti lebih kecil.
“Ia sudah ditumpuki berbagai macam tugas di daerahnya. Jadi, kalau kemudian mau mengurus lagi wilayah se-Sulsel, itu akan sangat sulit,” ujarnya.
Bagi Andi Icul, kalau wacana bupati atau wali kota menjadi ketua Golkar dikhususkan untuk tingkat kabupaten/kota, maka itu memang relevan.
“Mereka selalu berada di daerahnya, jadi itu relevan. Itu ideal. Tapi kalau level Sulsel, tidak. Karena kalau sudah level Sulsel, maka tugasnya akan 24 kali lipat lebih berat dibanding ketua Golkar kabupaten/kota,” katanya.
Makanya, ia menyuarakan beberapa variabel utama yang dibutuhkan untuk memilih sosok pemimpin yang benar-benar bisa mengembalikan kejayaan Golkar di Sulsel.
Pertama, kata dia, figur itu memang sosok pemimpin, bukan sekadar ketua.
“Maksudnya bahwa dia sudah selesai dengan dirinya sendiri,” katanya.
Kedua, harus punya waktu yang longgar dan cukup untuk mengurus partai.
“Ketiga, dia juga punya kemampuan mobilitas tinggi yang didukung kebiasaan menggunakan biaya politik dari kantong pribadi,” jelasnya.
“Yang bersangkutan juga sebaiknya punya elektoral yang mumpuni di wilayah provinsi agar bisa membawa keranjang elektoral ke partai jika terpilih,” lanjutnya.
Pada kesempatan itu, ia juga memastikan bahwa pengurus Golkar di level Kabupaten/kota dan provinsi sangat taat kepada Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP).
“Tapi tolong jadikan pengalaman yang lalu sebagai pelajaran penting. Dua gubernur dan satu wali kota yang sebelumnya memimpin kita ternyata tidak bisa mempertahankan dominasi. Maka beberapa kriteria atau variable itulah yang paling pas,” tandasnya.
Muhidin M Said ditunjuk sebagai pelaksana tugas ketua Golkar Sulsel menggantikan Taufan Pawe yang sudah berakhir periode kepengurusannya November lalu. Tugasnya adalah konsilidasi partai sekaligus mempersiapkan Musda. (*)



