Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi Brian Yuliarto, menekankan bahwa pekerja migran Indonesia (PMI) bukan hanya tenaga kerja, melainkan juga duta bangsa.
“Di sana lah wajah Indonesia ditunjukkan di panggung global dan kita bisa perlihatkan kualitas pekerja Indonesia. Kalau kita melihat negara besar lain yang sudah maju, mereka miliki manusia unggul yang tersebar di berbagai negara. Seperti Tiongkok, India dan lainnya yang menunjukkan kualitas SDM suatu bangsa,” ungkapnya dalam Penandatanganan Nota Kesepahaman antara Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi dengan Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia di Jakarta, Rabu (24/12).
Lebih lanjut, Brian menambahkan seluruh pihak harus mampu menunjukkan bahwa SDM Indonesia merupakan SDM unggul yang mampu bersaing dengan negara lain di panggung global.
“Kita nantinya akan memetakan negara tujuan, keahlian yang dibutuhkan, dan akan kita buat program dari setiap mitra perguruan tinggi, dan para mahasiswa tahun ketiga atau keempat nanti mereka bisa memilih untuk ikut program ini,” ujar Brian.
“Mereka nanti akan kita berikan pelajaran sesuai persiapan yang dibutuhkan. Termasuk bahasa yang nanti akan kita masukkan khusus negara tujuannya. Beberapa waktu lalu juga kami menemani Presiden ke Australia dan mereka butuh guru bahasa Indonesia tapi butuh sertifikasi guru di Australia,” sambungnya.
Di tempat yang sama, Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia, Mukhtarudin, menegaskan bahwa kerja sama ini menandakan sebuah proses yang dilalui dalam rangka melakukan sinergitas antar instrumen negara dalam peningkatan kualitas pekerja migran Indonesia.
“Sesuai arahan Presiden, kami juga sudah melakukan transformasi kelembagaan di mana menjadi kementerian sendiri. Ini sebagai bentuk keseriusan Bapak Presiden dalam rangka mengurus dan menciptakan ekosistem perlindungan pekerja migran dari hulu ke hilir,” ujar Mukhtarudin.
“Bapak Presiden menekankan dua hal yaitu peningkatan kualitas pekerja migran Indonesia sebelum dan sesudah penempatan. Dari pengalaman sebelumnya, pekerja migran yang punya skill itu tidak akan memiliki masalah. Kedua adalah peningkatan kapasitas SDM melalui upgrading skill. Kita bergeser dari lower skill ke medium high skill,” lanjutnya.
Sepanjang 2025, penempatan pekerja migran Indonesia sudah mencapai 292.028 atau 110% melampaui target. Seluruh penempatan pekerja migran ini dikatakan berada di sektor profesional. Namun demikian, menurutnya terdapat 350.476 peluang kerja di luar negeri yang sudah dipetakan. Sayangnya, baru terpenuhi 20% dan sisanya belum mampu disiapkan karena kekurangan dari sisi kompetensi.
“Ternyata ada kesenjangan atau gap antara output pendidikan menengah tinggi dengan kebutuhan kompetensi kerja, khususnya di luar negeri. Kendala paling besar bahasa dan ini butuh waktu yang cukup lama untuk melatihnya. Sehingga peluang kerja ini tidak mampu kita maksimalkan,” tuturnya.
Untuk itu, kerja sama dengan Kemdiktisaintek ini diharapkan dapat mengisi kesenjangan tersebut.
“Ke depan kebutuhan kerja di luar negeri akan semakin banyak. Bahkan Italia akan membuka 500 ribu pekerjaan untuk sektor profesional. Ini akibat dari negara Eropa dan Asia mengalami aging population yang menyebabkan kekurangan pekerja produktif. Oleh karena itu pelatihan vokasi merupakan hal penting untung disiapkan ke depannya,” pungkasnya. (E-3)





