Jakarta, VIVA – Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Veronica Tan, menegaskan bahwa Program Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak dirancang sekadar sebagai pembagian makanan, melainkan menjadi instrumen strategis untuk mendorong perubahan perilaku demi mewujudkan generasi emas Indonesia.
“Jadi balik lagi, kita harus switch mindset, Program MBG ini tujuan asal-muasalnya itu adalah benar-benar ingin ada perubahan perilaku, ingin supaya anak-anak sehat, dan berkualitas,” ujar Veronica dalam diskusi bertajuk Refleksi Program MBG yang digelar Titik Project di Ruang Belajar Alex Tilaar, Jakarta, Selasa (23/12/2025).
- Cepi Kurnia/tvOne
Veronica menekankan, keberhasilan MBG sangat bergantung pada pendekatan menyeluruh yang tidak hanya menyasar anak sekolah, tetapi juga menjangkau aspek hulu, terutama ibu hamil di wilayah terpencil. Karena itu, Kementerian PPPA mendorong penguatan sinergi lintas kementerian agar program pembangunan kualitas manusia ini berjalan selaras.
“Kami ingin MBG ini nyampe kepada perut Ibu Hamil. Artinya program itu sudah ada, tapi bagaimana implementasi? Nah inilah yang harus kita olah sama-sama,” jelasnya.
Ke depan, pendekatan MBG disebut akan lebih difokuskan pada skema aglomerasi hingga ke unit terkecil, dengan dapur komunitas sebagai pusat aktivitas. Salah satu inovasi yang diusung adalah keterlibatan aktif perempuan melalui program Kebun Pangan Lokal.
Dalam konsep tersebut, dapur ditempatkan sebagai inti, sementara komunitas kampung di sekitarnya berperan sebagai penopang ketahanan dan kedaulatan pangan berbasis karakter daerah. Veronica menegaskan, menu MBG tidak boleh diseragamkan secara nasional, melainkan disesuaikan dengan kearifan lokal.
“Indonesia ini adalah negara yang dibagi berdasarkan kepulauan. Kalau daerah 3T kita tahu mereka makan jagung. Jadi menu-menu ini tidak berdasarkan jumlah menu atau model aglomerasi, tapi berdasarkan menu kearifan lokal dan kedaulatan pangan,” tuturnya.
Selain aspek gizi, MBG juga diarahkan untuk menciptakan ekonomi restoratif bagi perempuan, salah satunya melalui metode tanam permakultur yang ramah lingkungan. Veronica pun mengajak seluruh pemangku kepentingan, mulai dari akademisi, LSM, hingga media, untuk terlibat aktif memberikan masukan.
“Yakinlah bahwa kami di sini bukan seseorang yang ingin datang untuk pasang badan. Tapi kami datang justru membuka diri, ingin mengajak semua partisipan termasuk universitas dan LSM untuk bekerjasama memberi input masuk,” tegasnya.





