Bisnis.com, CIREBON- Momentum libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2026 diprediksi sepenuhnya mampu mendorong peningkatan durasi kunjungan wisatawan di wilayah Cirebon.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, rata-rata lama menginap tamu hotel berbintang di Kabupaten dan Kota Cirebon pada tahun ini hanya mencapai 1,31 hari. Angka ini turun tipis dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang berada di level 1,41 hari.
Data tersebut menunjukkan, meski mobilitas masyarakat diprediksi meningkat selama libur panjang, pola berwisata cenderung berubah. Wisatawan kini lebih memilih perjalanan singkat dengan berpindah destinasi, ketimbang menetap lebih lama di satu tempat.
Fenomena ini menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku industri perhotelan yang berharap libur akhir tahun mampu mengerek pendapatan secara signifikan.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Cirebon, Ida Kartika, mengakui tren lama tinggal yang pendek masih menjadi karakter wisatawan saat ini.
Sejumlah hotel mengalami lonjakan pemesanan, terutama yang berlokasi dekat pusat kota dan akses wisata. Namun, ada pula hotel yang masih bergerak perlahan karena persaingan harga dan banyaknya pilihan akomodasi alternatif.
Baca Juga
- Okupansi Hotel di Kuta Bali Capai 100% Jelang Libur Nataru
- Semringah Pelaku Usaha Hotel & Restoran Sambut Musim Libur Akhir Tahun
- Haris Hotel Sentraland Semarang Hadirkan Promo Liburan Akhir Tahun
Menurut Ida, beberapa faktor mendorong perbaikan kinerja sektor perhotelan di akhir tahun ini. Di antaranya adalah selesainya masuknya masa libur sekolah, kemudahan akses perjalanan, serta promosi wisata yang semakin masif melalui platform digital.
“Sekarang wisatawan sangat terbantu dengan teknologi. Mereka bisa membandingkan harga, melihat ulasan, lalu memesan kamar hanya lewat ponsel. Ini membuat persaingan makin ketat, tapi juga membuka peluang lebih luas,” kata Ida, Rabu (24/12/2025).
Saat ini, terdapat sekitar 25 hotel di Kabupaten Cirebon yang tergabung dalam PHRI. Dari jumlah tersebut, dua di antaranya merupakan hotel bintang empat, sementara sisanya didominasi hotel bintang tiga dan dua. Kondisi okupansi dan tarif kamar pun bervariasi, tergantung segmen pasar yang dibidik masing-masing hotel.
PHRI menargetkan tingkat hunian kamar selama Desember berada di kisaran 50 hingga 70 persen. Target tersebut dinilai realistis untuk menutup kerugian yang sempat dialami pada bulan-bulan sebelumnya, ketika kunjungan wisatawan relatif rendah.
“Kalau bisa tembus 70 persen tentu sangat membantu. Minimal 50 persen saja sudah cukup untuk menstabilkan arus kas hotel yang sempat tertekan,” kata Ida.
Menjelang puncak libur akhir tahun, sebagian hotel juga menyesuaikan tarif kamar. Kebijakan ini disebut sebagai langkah wajar mengikuti dinamika permintaan pasar.
Meski begitu, Ida menegaskan bahwa pelaku usaha tetap berupaya menjaga kualitas layanan agar sepadan dengan harga yang dibayarkan tamu.




