JAKARTA, KOMPAS.com – Di balik citra menyeramkan yang kerap melekat pada profesi debt collector atau mata elang, tersimpan kisah manusiawi yang jarang terdengar.
Di jalan-jalan Ibu Kota, para penagih utang ini tidak hanya berhadapan dengan debitur bermasalah, tetapi juga dengan dilema moral, tekanan kerja, hingga risiko kekerasan yang mengancam nyawa.
Menyeramkan adalah kata yang kerap disematkan masyarakat kepada para debt collector atau mata elang yang banyak beredar di Jakarta.
Tugas utama mereka menagih utang membuat sebagian masyarakat merasa takut jika harus berhadapan langsung dengan para mata elang.
Baca juga: Keluh Mata Elang Usai Aplikasi Matel Dihapus: Kami Tak Bisa Kerja Lagi
var endpoint = 'https://api-x.kompas.id/article/v1/kompas.com/recommender-inbody?position=rekomendasi_inbody&post-tags=alex, indepth, mata elang, debt collector, penarikan kendaraan, in depth&post-url=aHR0cHM6Ly9tZWdhcG9saXRhbi5rb21wYXMuY29tL3JlYWQvMjAyNS8xMi8yNC8xMjU3MjIyMS9kaS1iYWxpay1jaXRyYS1zZXJhbS1tYXRhLWVsYW5nLWFkYS1kaWxlbWEtbnVyYW5pLWRpLWphbGFuLXJheWE=&q=Di Balik Citra Seram Mata Elang, Ada Dilema Nurani di Jalan Raya§ion=Megapolitan' var xhr = new XMLHttpRequest(); xhr.addEventListener("readystatechange", function() { if (this.readyState == 4 && this.status == 200) { if (this.responseText != '') { const response = JSON.parse(this.responseText); if (response.url && response.judul && response.thumbnail) { const htmlString = `Tak hanya menagih utang berupa uang, mata elang resmi juga mendapatkan kuasa dari perusahaan leasing untuk melakukan penarikan kendaraan bermasalah kredit ketika ditemukan di jalan raya.
Penarikan kendaraan di jalan kerap melukai perasaan para debitur. Mereka mau tak mau harus menyerahkan sepeda motor atau mobil akibat ketidakmampuan membayar cicilan pinjaman dari leasing.
Tak jarang, proses penarikan ini memicu keributan karena debitur berusaha mempertahankan kendaraannya.
Apabila debitur menolak kendaraannya dibawa, para mata elang akan mengarahkannya ke kantor leasing terkait untuk mencari jalan tengah.
Namun, kendala sering muncul ketika debitur menolak diajak ke kantor leasing, tetapi juga enggan menyerahkan kendaraannya di jalan.
Bahkan, banyak debitur dengan sengaja menghindari pertemuan dan panggilan dari pihak leasing atau debt collector karena tidak mampu membayar cicilan. Dalam kondisi tersebut, mau tak mau mata elang harus aktif mencari keberadaan debitur di jalan.
Baca juga: Tak Sekadar Tarik Kendaraan, Realita Pahit Mata Elang di Jalan Raya
Pengalaman melepaskan orangMencari keberadaan debitur yang menunggak cicilan bukan perkara mudah bagi mata elang. Saat berhasil ditemukan pun, tidak ada jaminan debitur mampu atau mau membayar tunggakan kreditnya.
Tak jarang pula, mata elang memilih melepaskan debitur karena merasa tak tega dengan kondisi yang dihadapi. Hal inilah yang kerap dilakukan Alex (bukan nama sebenarnya, 35).
Selama 16 tahun menjadi mata elang, Alex mengaku sudah tak terhitung berapa banyak nasabah yang ia lepaskan karena alasan kemanusiaan.
“Kalau ngelepasin orang sering ada. Itu yang sering kami ketemu, motor atau mobil tersebut masih atas nama sesuai debitur, tapi karena dia pindah alamat, pindah kontrakan, setelah kami ketemu ternyata dia kehilangan pekerjaan atau keluarganya sakit, ya, kami manusiawi enggak tega,” tutur Alex ketika dihubungi, Senin (22/12/2025).
Baik nasabah perempuan maupun laki-laki, tua atau muda, pernah dilepaskan Alex meski menunggak cicilan selama berbulan-bulan. Tak sedikit debitur memohon sambil menangis agar diberi toleransi dan kendaraannya tidak ditarik.





